"Lingkungan Pulau Tertidur semakin membaik setiap hari, asalkan terbang, Tili bisa melihat kerumunan dan pasar besar yang ramai."
"Kini tempat ini bukan lagi lokasi pengasingan 300 penyihir perempuan. Melalui negosiasi, Teluk Bulan Sabit, Pulau Naga Kembar, Pelabuhan Senja, dan Kota Air Dangkal di kepulauan Fjord telah membangun hubungan komersial dengan Pulau Tertidur. Dia juga mendatangkan penduduk biasa dari desa-desa padat di pulau-pulau kecil."
"Meski saat ini mereka terkonsentrasi di perimeter luar pulau, jauh dari para penyihir perempuan, Tili yakin suatu hari Pulau Tertidur akan menjadi kota tanpa sekat. Integrasi adalah proses lambat namun penuh antisipasi - baik penyihir bangkit dari pulau lain yang bergabung, maupun yang tetap di tanah kelahiran dan diterima rakyat setempat, semuanya kabar baik bagi Pulau Tertidur. Ini berarti Tili dan para penyihir migran akan mendapat lebih banyak pendukung."
"Turunlah, angin mulai kencang!" teriak Abu dari bawah, "Sangat hati-hati jatuh!"
"Aku baik-baik saja!" Dia melambaikan tangan, tiba-tiba tubuhnya terhuyung turun beberapa jarak sebelum stabil, "Hmm... masih agak sulit dikendalikan."
"Tahu sulit dikendali masih terbang setinggi itu!" Abu menghentakkan kaki, "Kamu bisa berlatih di ketinggian lebih rendah atau di laut. Kalau tidak turun, aku akan naik ke atap untuk menangkapmu!"
“Baiklah baiklah, aku mengerti.” Tili merasakan angin yang semakin kencang, tak lagi memaksakan diri. Dia menarik kembali energi sihir yang dilepaskan, lalu mendarat perlahan di taman rumahnya.
“Lain kali jika mau melakukan hal seperti ini, panggil Moriel dulu.” Abu membelalakkan matanya, ”Setidaknya pelayan maginya bisa menangkapmu.”
“Selama aku terus menyuplai energi sihir, mustahil akan jatuh. Paling-paling hanya kehilangan kendali arah saja,” ujarnya sambil melepas sarung tangan Batu Ajaib Mako biru di tangannya, menyodorkannya ke lawan bicara. ”Coba kamu juga. Sensasi terbang ini sungguh luar biasa! Memandang Pulau Tertidur dari udara, akan terasa seluruh dunia menjadi baru sama sekali.”
”Aku lebih baik tidak,” Abu melambaikan tangan, ”Batu Petir saja awalnya tak bisa kugunakan, apalagi batu yang harus terus-menerus disuntik energi ini. Lagipula hanya ada satu. Meski kuuasai teknik kendalinya, tak ada cara untuk terbang bersamamu.”
”Benar juga,” Tili menarik kembali sarung tangannya dengan sedikit kecewa, ”Sering kupikir, andai bisa memahami prinsip kerjanya, alangkah baiknya jika kita bisa membuat Batu Ajaib dengan kemampuan serupa.”
”Kau yakin ini buatan manusia?”
”Tentu saja,” dia mengangguk tanpa ragu-ragu, ”Dari segi polesan hingga fungsi, batu-batu ini hampir mustahil terbentuk alami. Para pembangun reruntuhan itu pasti memiliki pemahaman lebih dalam tentang energi sihir. Sayangnya selain literatur tak terbaca, mereka tak meninggalkan petunjuk lain.”
Pada saat itu, sosok putih raksasa jatuh dari langit. Karena kecepatan turunnya terlalu tinggi, ia hampir mendarat dengan keras di tanah, menimbulkan debu berhamburan.
"Maisie?" Abu mengangkat alis.
"Ugh... sakit sekali, guk," kata gadis kecil itu sambil bangkit dari tanah dan menggosok kepalanya. "Barusan aku tidak salah lihat, kan? Nyonya Tili benar-benar terbang di udara! Kalau bukan karena warna rambutnya berbeda, aku pikir itu petir."
"Kamu tidak salah lihat. Aku memang benar-benar terbang tadi," kata Tili sambil tersenyum dan menggosok pipi gadis itu. "Bagaimana... apakah penyihir Pulau Tertidur masih baik-baik saja di Perbatasan Kota?"
"Baik-baik saja, guk. Mereka semua menyuruhku mengantarkan surat untukmu," kata Maisie sambil mengobrak-abrik tas selempangnya. "Ini dari Lian, ini dari Evelyn, dan ini... dari Yang Mulia Pangeran."
Tili tertegun sejenak. Surat dari Pangeran itu tebalnya setengah jari, terbungkus rapat seperti paket. Saat dipegang terasa agak berat, jelas isinya bukan sekadar kertas surat biasa.
"Kamu bekerja keras."
Abu mengeluarkan setengah kue gandum, memecahkan sebagian kecil dan menyodorkannya ke Maisie. Namun gadis itu menggelengkan kepala, malah menyekapkan segenggam ikan kering ke mulutnya sambil berkata tak jelas, "Aku main ke Moriel." Setelah itu, ia berubah kembali menjadi Merpati Putih raksasa dan terbang keluar taman dengan mengepakkan sayapnya.
"Kenapa aku merasa dalam sebulan ini tubuhnya bertambah besar lagi?"
“Setuju,” Tili tersenyum, “secara garis besar kehidupan di Perbatasan Kota memang sangat menyenangkan.”
Kembali ke dalam rumah, ia membuka surat dari Roland Wimbledon, dan menemukan bahwa selain selembar kertas surat berisi tulisan, belasan halaman lainnya ternyata berisi lukisan-lukisan yang sangat hidup.
“Apa ini?”
Pertanyaan Abu juga menjadi kebingungan dalam hati Tili. Ia menggelengkan kepala dan membentangkan satu per satu kertas lukisan—kontennya sulit dipercaya: Latar belakang seperti padang gurun di senja hari, di bawah matahari terbenam merah darah, dua Monster berwujud mengerikan sedang bertempur kacau dengan sekelompok penyihir perempuan. Para penyihir perempuan jelas berada di posisi inferior, kemampuan andalan mereka seolah kehilangan efek. Baik ular berbisa maupun bola api tak mampu menghentikan langkah musuh. Saat melihat halaman terakhir, beberapa penyihir perempuan sudah tergeletak dalam genangan darah.
Alis Tili berkerut ketat. Adegan di depan mata jelas merupakan hasil goresan penyihir perempuan, hanya energi sihir yang bisa menciptakan gambar begitu nyata. Tapi... apakah ini sekedar lukisan polos, atau fakta yang pernah terjadi?
Dengan gelisah ia meraih kertas surat dan mulai membacanya cepat-cepat.
Tak lama, Tili merasakan titik vital jantungnya mengencang. Sebuah kata yang berulang muncul dalam surat membuat telapak tangannya gemetar halus: 「Iblis」.
“Ada apa?” Abu menggenggam pergelangan tangannya, “Apa yang tertulis di surat itu?”
“Masa lalu Persaudaraan,” dia menepuk punggung tangan lawan bicaranya, memberi isyarat bahwa dia baik-baik saja, “Mereka pernah mencari gunung suci di tanah liar... Apakah kamu masih ingat legenda gunung suci itu?”
“Hmm, tempat peristirahatan para penyihir perempuan dalam legenda, di gunung suci seseorang bisa mendapatkan ketenangan dan kedamaian sejati, tapi ini hanyalah kabar tak berwujud,” Abu berkata sinis, “Kami juga bisa hidup tenang di Pulau Tertidur, Iblis yang menggerogoti tubuh hanyalah kebohongan yang diciptakan gereja.”
“Tapi Halaka percaya gunung suci benar-benar ada, dan dia pernah menemukan buku kuno di reruntuhan hutan wilayah timur, meyakini pintu menuju gunung suci berada di daerah terlarang yang tak terjamah itu. Lalu dia memimpin Persaudaraan melewati Pegunungan Jurang menuju tanah liar, namun para penyihir perempuan tak menemukan gunung suci, malah bertemu makhluk mengerikan.” Tili berbisik pelan.
“Seperti yang ada di gambar?” Abu menarik napas tajam.
“Benar,” ekspresinya terlihat berat, “Surat itu menyebut, mereka memiliki kekuatan fisik mengejutkan, lincah, bisa mengendalikan makhluk jahat, salah satunya bahkan bisa mengeluarkan petir dari tangannya... Seperti kemampuan penyihir perempuan. Dari empat puluh lebih penyihir perempuan, hanya enam yang selamat, akhirnya dalam kondisi terjepit tanpa jalan keluar, mereka memutuskan meminta perlindungan pangeran Perbatasan Kota.”
“Jadi... seperti itu rupanya.”
“Selain itu, yang membuatku bingung adalah di akhir buku kuno itu ada sebuah catatan tergesa-gesa yang ditulis menggunakan aksara Empat Kerajaan,” Tili membalik kertas surat ke bagian punggung, “Di dalamnya disebutkan tentang Kota Suci, pertempuran melawan Iblis, serta uji coba Pasukan Hukuman Dewa Akaris, seharusnya ini adalah peristiwa lebih dari 400 tahun yang lalu. Tapi jika mereka sudah menguasai bahasa Kerajaan, mengapa menggunakan sistem penulisan yang sama sekali berbeda untuk merekam dokumen dan buku-buku kuno?”
Setelah lama merenung tanpa hasil, Putri Kelima akhirnya mengesampingkan semua hal ini, mengeluarkan surat dari Hill, berniat memahami hasil investigasi terhadap pangeran Perbatasan Kota.
Kalimat pertama surat itu langsung membuatnya tertegun tak berkutik, bahkan lebih mengejutkan daripada ketika melihat kata "Iblis".
「Nyonya Tili, aku tidak menemukan jejak penyamaran atau pengaruh energi sihir pada Roland Wimbledon. Di kota kecil ini selain Aliansi Penyihir Perempuan, tidak ada penyihir perempuan dari pengaruh lain yang bersembunyi. Jadi kurasa... dia mungkin adalah Kakak sejatimu.」
