Di aula istana raksasa ibu kota kerajaan Musim Dingin Abadi, api perapian telah berkobar dengan dahsyat.
Dibandingkan Greycastle yang memiliki empat musim jelas, musim panas di sini sangat singkat sementara musim gugur lebih seperti peringatan akan datangnya hawa dingin ekstrem. Bahkan sebelum sempat mengganti pakaian tipis, angin dingin akan kembali datang tanpa disadari.
Garcia Wimbledon berselimut mantel bulu rubah, duduk tegap di takhta sambil mendengarkan keluhan dan permintaan para bangsawan.
Dia tidak menyukai istana ini - pilar, dinding, dan lantai seluruhnya terbuat dari batu putih salju yang dipoles licin mengilap, terlihat seperti es keras. Meskipun kursinya diberi dua lapis bantalan sutera bulu angsa, tetap terasa hawa menusuk tulang yang dipancarkan kursi besi dingin.
Rumah terkutuk ini seolah dibangun dari es, pikirnya kesal. Begitu situasi stabil, hal pertama yang akan dilakukan adalah menghancurkan lantai dan tembok, lalu menggantinya dengan lempengan granit hitam kecoklatan.
\"Yang Mulia Kaisar, harap Baginda bisa menegakkan keadilan untuk hamba!\"”
Seorang bangsawan merintih dengan wajah memelas.
"Orang ini sebelumnya meracau panjang lebar, padahal sebenarnya bisa dijelaskan dalam beberapa kalimat. Intinya setelah gereja menguasai ibu kota kerajaan, beberapa bangsawan yang melakukan banyak kejahatan menjalani pengadilan terbuka yang dipimpin oleh Uskup Hisher. Sebagian besar dihukum gantung, sedangkan orang ini beruntung hanya dihukum penyitaan harta benda yang kemudian dibagikan kepada rakyat biasa korban."
"Permintaanmu saya pahami, properti pribadi tidak boleh direbut," Garcia merenung sejenak, lalu berbicara perlahan, "Tapi jumlah pastinya sulit ditentukan. Begini saja, jika kamu bisa menyediakan laporan keuangan lima tahun terakhir, saya akan mengambil sebagian dari rampasan untuk kompensasimu berdasarkan nilai rata-rata."
"Tapi, gerombolan pengacau telah menjarah rumah saya hingga bersih, rekaman ini mungkin..."
"Kalau begitu saya hanya bisa memberi kompensasi berdasarkan standar gelar bangsawan sesuai pengumuman yang diterbitkan," Garcia memotong, "Lihatlah sekelilingmu, mereka semua bangsawan yang juga dijarah. Jika saya memberimu lebih banyak, yang lain akan mendapat lebih sedikit. Bagaimana?"
"Benar! Siapa tahu angka yang kau laporkan itu benar atau tidak!"
"Masih meracau apa lagi, Jazz Haron? Naga emas itu memang bukan milikmu sejak awal!"
"Sudah untung kau kebagian bagian. Lihatlah kawan-kawanmu, mereka harus menagih kompensasi ke dewa di surga!"
Melihat para bangsawan di sekitarnya memandangnya dengan marah, ia pun membungkuk memberi hormat dengan pengecut, "Kalau begitu mari kita gunakan standar Yang Mulia. Terima kasih atas kebaikan Yang Mulia Kaisar."
"Bagus," Garcia tersenyum tipis, "Selanjutnya."
“Salam hormat, Yang Mulia Kaisar.” Seorang orang tua berambut putih perak keluar dari kerumunan, dengan hormat menyentuh dada sementara lambang keluarga Bangau Perak di depan dadanya berkilauan.
“Marquis Bode, saya ingat wilayah Anda tidak diserang oleh penjahat gereja.”
“Benar,” ia mengangguk menjawab, “Bukan karena mereka tidak ingin, tapi tidak bisa... Lereng Salju Tersebar mudah dipertahankan dan sulit diserang. Ksatria saya menghalangi invasi para penjahat. Namun anak saya tidak seberuntung itu, saat kerusuhan terjadi kebetulan ia sedang bertugas di istana Raja. Untuk melindungi mantan ratu, ia tidak hanya dibunuh oleh para penganut, mayatnya pun digantung di gerbang kota. Hingga Yang Mulia tiba di Musim Dingin Abadi, barulah ia terbebas dari penghinaan itu.”
“Kisah yang menyedihkan,” Garcia berpura-pura terlihat pilu sambil menghela napas, “Lalu apa yang Anda butuhkan dariku?”
“Pembunuhnya bernama Tukang Jagal, kini menjadi pemimpin para pemberontak yang tersisa. Kelompok ini bersembunyi di pegunungan terjepit sebelah utara, saya ingin membalas dendam untuk anak saya.” Marquis menyampaikan dengan tenang.
“Tapi pasukan saya tidak banyak. Selain patroli rutin, menjaga tembok kota dan gudang pangan, sulit mengerahkan pasukan untuk mencari ratusan penjahat pelarian di pelosok pegunungan.” Ia menggelengkan kepala menunjukkan penyesalan, “Dan begitu musim dingin tiba, salju akan menutup gunung. Tanpa suplai, cepat atau lambat mereka akan mati beku di dalam. Mengapa Anda harus terburu-buru?”
“Hanya dengan membunuh pelaku sendiri aku bisa mendapatkan ketenangan, Yang Mulia Kaisar. Aku juga tidak perlu merepotkan Yang Mulia mengirim ahli seni bela diri untuk mencari pemberontak. Di bawah kaki pegunungan terdapat banyak lubang alami, pasti mereka bersembunyi di sana. Namun sebagian besar area masuk lubang sangat sempit, jika menggunakan pecahan batu untuk menyegel, bahkan ksatria pun akan sulit menyerang masuk. Aku berharap Yang Mulia bisa menyediakan barang alkimia yang bisa meledakkan gerbang kota, sisanya akan kulakukan sendiri.”
Dia menginginkan bubuk salju? Garcia mengerutkan alisnya. Benda ini memiliki kekuatan dahsyat, merupakan senjata rahasia yang cukup untuk mengubah situasi pertarungan, sama sekali tidak boleh beredar keluar.
Dia baru saja ingin menolak, lawan bicaranya kembali berkata, "Jika Yang Mulia bisa mengabulkan permintaanku, aku bersedia kembali ke istana untuk melayani Yang Mulia. Keluarga Silver Heron juga akan mendukung penuh Yang Mulia dalam memimpin Kerajaan Musim Dingin Abadi."
Kalimat ini membuat Garcia sedikit terhenti. Saat gereja menghukum mati ratu, mereka juga membantai sekelompok menteri penting. Marquis Bode sangat dihormati di wilayah ini. Jika bisa mengangkatnya sebagai perdana menteri istana untuk menyatukan sisa bangsawan, akan bisa memperbaiki kesulitan operasional administrasi sampai tingkat tertentu.
"Permintaan ini tidak berlebihan," dia merenung sejenak akhirnya membuat keputusan, "Tapi aku tidak bisa menyerahkan bubuk mesiu alkimia langsung untukmu gunakan. Ketika membutuhkannya, aku akan mengirim alkimiawan khusus untuk membantumu meledakkan mulut gua."
……
“Setelah sidang istana berakhir, Garcia kembali ke ruang belakang. Farien menyambutnya dan menyodorkan secangkir wine buah yang telah dihangatkan, "Sudah lelah, Yang Mulia Kaisar. Benar saja para bangsawan itu semuanya berpihak pada Paduka. Dengan begini, meski tanpa mengandalkan Raja Serigala, Paduka perlahan bisa menelan seluruh Kerajaan Musim Dingin Abadi.""
"Kalau saja tidak ada gereja." Sang Ratu mengangkat bahu.
Tindakan gereja yang merenggut hak waris tahta para bangsawan telah mendorong mereka semua ke pihaknya. Dengan dukungan kelompok ini, ditambah pelemahan besar-besaran para faksi berpengaruh sebelumnya, tidak sulit untuk menancapkan kaki kokoh di ibu kota kerajaan. Tapi masih ada jalan panjang untuk menguasai Musim Dingin Abadi - rakyat di sini sangat terpengaruh gereja. Pasukan Kapal Layar Hitam yang dikirimnya untuk membersihkan gereja-gereja di beberapa kota besar lain justru diserang oleh rakyat biasa dan penganut. Karena itu aliansi dengan Hati Serigala sangat penting, tidak hanya untuk bersama-sama menghadapi gereja, tapi juga melemahkan pengaruh mereka melalui pengiriman penduduk.
Untuk rakyat biasa yang bandel dan tidak bisa diajar itu, lebih baik dibunuh sampai habis.
"Omong-omong, Raja Serigala baru saja mengirim utusan membawa surat untuk Paduka," Farien mengeluarkan sebuah amplop dari dalam jubahnya, "Karena Paduka sedang menangani urusan pemerintahan tadi, hamba tidak berani mengganggu."
Garcia membuka amplop itu, mengeluarkan kertas surat dan membentangkannya. Ekspresi wajahnya langsung menjadi serius.
"Apakah kabar buruk?"
"Gereja kembali mengerahkan pasukan," katanya dengan suara berat, "Mereka sedang bergerak melalui jalan darat menuju Kota Hati Serigala. Beberapa garis pertahanan sementara sudah berhasil mereka tembus."
“Apa?” Farien membelalakkan mata tak percaya, “Bulan Iblis hampir tiba, apakah mereka bermaksud mengabaikan Kota Suci baru?”
Garcia duduk kembali di meja kerja, mengerutkan alis dalam perenungan.
Gereja mustahil menghentikan serangan, tapi dia tak menyangka lawan datang secepat ini. Jika perang dimulai musim semi tahun depan, persiapannya akan jauh lebih matang. Musuh jelas tak ingin memberinya kesempatan bernapas - jika permintaan bantuan Raja Serigala diabaikan, begitu Kerajaan Hati Serigala hancur, dirinya pun tak akan bertahan lama.
Tapi ini juga merupakan sebuah kesempatan.
Jika berhasil menguras habis pasukan besar gereja di Hati Serigala, saat makhluk jahat menyerbu Hermes secara besar-besaran, musuh akan menghadapi bencana penghancuran total.
Mereka mungkin mengirim lebih banyak Pasukan Hukuman Dewa, tapi Garcia memiliki senjata kuat seperti bubuk salju, ditambah Air Hitam sungai kematian yang sulit dipadamkan, serbuk nafsu buruk, serta tembok kota Hati Serigala yang menjulang. Semua ini pasti bisa mengonsumsi kekuatan hidup mereka dalam jumlah besar.
Memikirkan ini, Garcia berkata, “Sampaikan perintahku, persiapkan prajurit Kapal Layar Hitam untuk majulah! Tahun ini, kita akan melewati musim dingin di Hati Serigala.”
