Dentang lonceng menggema, seluruh perkemahan seketika mendidih bagai air mendidih.
Fanar melesat keluar dari tenda, mengikuti kerumunan menaiki tembok kota, dan mengambil posisi tempurnya. Proses ini telah dilatih ribuan kali, bahkan tanpa komando, semua orang tahu apa yang harus dilakukan.
Seperti tahun lalu saat Xie Yue, dalam kondisi waspada setiap bagian tembok hanya diatur tim patroli kecil. Makhluk jahat yang terserak bisa ditangani dua tiga orang. Alarm baru akan berbunyi jika menara pengawas melihat serangan kawanan makhluk jahat besar.
Di cakrawala, sosok bayangan hitam bergerak mendekat. Fanar memperkirakan jumlah musuh sekitar seribu ekor - setahun lalu, pertempuran ini pasti sangat sulit. Sebagai prajurit tombak panjang yang bertugas mengulur waktu pasukan senjata api mengisi ulang amunisi, dia harus bergantian dengan pasukan cadangan untuk bertahan.
Tapi kini, kekuatan fisik kota kecil ini telah mengalami perubahan besar.
“Cakar Kucing membuka selimut meriam, mengguncangkan tumpukan salju. Rodney memeriksa laras meriam lapangan, memastikan tidak ada benda asing di dalamnya sebelum mulai mengisi ulang amunisi. Tembok kota yang sekarang meski sudah diubah menjadi tumpukan tanah, ketinggian dan lebarnya meningkat, dan setiap ratusan meter dilengkapi platform tembakan meriam, membuat kemampuan pertahanan panas meningkat signifikan.
Lebar lorong bisa dilalui empat orang berbaris. Saat pertempuran, barisan pertama adalah pasukan senjata api, barisan kedua adalah rekrutan pengisi peluru yang bertugas memasukkan peluru ke sarang peluru, lalu menyerahkannya ke prajurit resmi di depan.
“Mereka tidak bosan ya,” Rodney menguap, “Setiap Bulan Iblis selalu datang seperti orang gila. Meski berhasil menyerbu kota kecil, tidak ada keuntungan bagi mereka kan?”
“Sempurna untuk latihan kita,” Nelson tertawa, “Dibandingkan sasaran kayu yang diam, melawan makhluk jahat jauh lebih menarik.”
“Bicara soal latihan tembak, baru-baru ini aku dengar kabar menarik terkait pasukan meriam kita,” Youpi berkata dengan ekspresi misterius.
“Kabar apa itu?”
“Kata regu meriam lain, penembak jitu akan dimasukkan ke pasukan meriam elit yang mendapat tugas baru,” dia berhenti sebentar, “Ada yang tahu info lebih lanjut?”
“Pasukan meriam elit?”
“Kamu yang mengaku berpengalaman saja tidak tahu, bagaimana mungkin kami bisa lebih tahu.”
“Mungkin ini cuma omongan kosong orang yang sedang bosan.”
Hanya Fanar yang diam di regu meriam. Mendengar perkataan Youpi, alisnya berkerut – bagaimana mungkin ada orang yang membocorkan hal ini sebagai bahan pamer?
Seminggu yang lalu, Kapak Besi pernah mencarinya dan memberitahukan bahwa Yang Mulia Pangeran berencana mengembangkan meriam baru yang sama sekali berbeda dengan meriam lapangan yang digunakan sekarang. Meriam ini tidak akan diserahkan ke Angkatan Darat Pertama, melainkan akan dipasang di kapal untuk menciptakan kapal perang dengan kemampuan serangan jarak jauh. Operator meriam baru akan dipilih dari anggota terbaik pasukan meriam. Jika berminat bergabung, bisa mengajukan permohonan ke Kapak Besi.
Fanar tentu saja menyetujui tanpa ragu-ragu. Ini jelas merupakan kesempatan untuk lebih jauh dalam karier militernya. Menurut penjelasan Kapak Besi, Yang Mulia Pangeran memiliki harapan besar terhadap spesies baru pasukan ini - bahkan mungkin memisahkan diri dari Angkatan Darat Pertama dan membentuk kesatuan tentara yang sama sekali baru. Jika bisa berjasa besar, kapal perang baru di masa depan akan dinamai sesuai nama mereka yang berprestasi gemilang.
Sungguh kehormatan yang luar biasa! Bayangkan jika ada kapal perang bernama "Fanar", dia akan puas seumur hidup. Mengingat awal karirnya hanya sebagai pekerja kasar tambang yang selalu merasa diri istimewa, namun gagal menyelamatkan nyawa adiknya sendiri di permukiman rakyat biasa benteng. Kini dia tak perlu lagi menyombongkan diri - tentara tak kekurangan makanan, seragam tebal menghangatkan; bahkan saat kembali ke kompleks perumahan, tetangga sekitar sudah bisa menyebut namanya.
Segala perubahan ini dibawa oleh Yang Mulia.
Memutuskan bergabung dengan Pasukan Milisi demi sebutir telur dulu, ternyata merupakan pilihan paling bijak dalam hidupnya.
"Selain itu, Kapak Besi juga menanyakan apakah dia memiliki kandidat rekomendasi yang cocok, yang nantinya bisa diajukan bersama. Dengan kata lain, anak-anak muda ini berpotensi mendapat kesempatan untuk menonjol, tapi mereka terlalu ceroboh, lebih baik tunggu sampai lebih tenang. Lagipula, jika mereka membuat jasa besar, apakah kapal perang itu harus dinamai Youpi atau Cakar Kucing? Kedengarannya mengerikan... Rodney atau Nelson masih bisa dipertimbangkan."
"Mengenai ada yang tidak tahan membocorkan informasi ini ke bawahan, harus dilaporkan ke Kapak Besi. Seperti yang dijelaskan dalam kelas peraturan, semua informasi Angkatan Darat Pertama dilarang disebarkan tanpa perintah atasan."
"Berhenti merengek! Fokus ke medan perang sekarang!" Batuk Fanar memutus diskusi regu meriam, "Ingat pesan Yang Mulia Kapak Besi - satu kesalahan kecil bisa berakibat fatal."
"Siap!" jawab yang lain serentak.
Karena bola besi padat kurang efektif, grapeshot digunakan saat makhluk jahat mendekat. Saat serigala mengerikan melintasi garis ratusan meter, tembakan dimulai.
Gelombang panas mengangkat tumpukan salju di bawah laras meriam. Gemuruh membuat telinga Fanar sakit. Kabut darah hitam pekat membubung di kejauhan, menjatuhkan sekelompok makhluk jahat. Baik babi hutan maupun beruang - bulu mereka tak sanggup menahan hantaman peluru besi dari jarak dekat.
“Ada yang besar di sana,” Cakar Kucing menunjuk ke arah kiri depan, “Jenis Serigala Merah!”
Sekelompok orang dengan gesit menggerakkan meriam, mengarahkan laras ke tujuan, lalu mengisi ulang dan menembak—secara teori, grapeshot tidak perlu dibidik, cukup tembak ke depan pasti mengenai banyak musuh. Selain itu, tembok tanah baru lebih tinggi dari tembok batu, jenis serigala pun tak bisa mengancam puncak tembok. Prioritas menyerang makhluk jahat lincah ini hanya untuk latihan tembak belaka.
Akhirnya tiba giliran pasukan senjata api yang sudah menahan diri. Untuk menjamin tingkat akurasi, mereka selalu menunggu sampai jarak 50 meter baru menembak.
Suara Roda Raksasa Senapan tidak seragam seperti flintlock, melainkan padat dan terus-menerus. Asap putih mengepul di puncak tembok, bau mesiu yang menyengat membuatnya tak bisa menahan bersin.
“Brengsek-brengsek ini, kekuatannya kecil tapi asapnya paling tebal,” Youpi bergumam kesal.
“Tapi pada akhirnya artilerilah yang menentukan pertarungan,” Rodney menyetujui, “Melawan ksatria begitu, melawan makhluk jahat juga harus begitu.”
Tiba-tiba, dentang lonceng darurat terdengar dari pos pengawas—tanda deteksi makhluk jahat campuran.
Fanar menyipitkan mata memandang ke depan. Dua sosok bayangan hitam raksasa bergerak maju perlahan dalam kabut. Dari ukuran tubuhnya, sepertinya berpelindung tebal.
“Barusan bilang apa?” ujarnya sambil menyeringai, “Sekarang saatnya kami unjuk gigi, ganti ke peluru padat ujung runcing.”
Untuk menghadapi musuh dengan pertahanan tinggi ini, pabrik senjata mengembangkan peluru baru yang mampu menembus cangkang lawan dalam jarak sekitar 200 meter. Jika serangan terhadap hewan jahat jenis serigala tadi sebagai pemanasan, sekarang adalah tembakan resmi.
“Kerja bagus,” tepuk Fanar, “Tunjukkan ke regu meriam lain, siapa pasukan artileri paling elit.”
