Tiga hari kemudian, Roland mendapatkan jawaban pasti dari putra sulung Bunga Emas-Perak.
"Saya bersedia terus melayani Yang Mulia, demikian pula keluarga Emas-Perak." Ia membungkuk memberi hormat, "Saya akan meyakinkan ayah saya. Beliau berbeda dengan keluarga-keluarga besar lainnya..."
"Benarkah," kata Roland dengan hati yang gembira, "Itu yang terbaik."
"Selama hari-hari ini, saya menyaksikan perubahan mengejutkan yang terjadi di wilayah Yang Mulia... Kurang lebih, inilah kota yang saya impikan," kata Perot terus terang, "Jika Bunga Emas-Perak bisa berkembang pesat seperti ini, ayah pasti takkan keberatan menyatukan keluarga dengan kota baru."
Ucapan ini menyentuh sang Pangeran. Tujuan awal memanggilnya hanya dua: pertama, menyampaikan peristiwa besar secara langsung sebagai bentuk ketulusan; kedua, mengobservasi sikapnya terhadap surat perintah. Tak disangka efek sampingannya seperti ini. Ia mengangguk, "Tentu, dengan waktu yang cukup, setiap jengkal tanah Greycastle akan berubah menjadi tempat tinggal nyaman bagi rakyat."
"Kalau begitu saya akan segera kembali ke benteng untuk menyampaikan kabar ini pada ayah."
“Masih ada Empat Keluarga Besar, serta seluruh bangsawan Wilayah Barat,” Roland menambahkan, “Keluarga mana pun yang bersedia menerima syarat ini, kota baru akan menerima mereka tanpa menyimpan dendam masa lalu. Anda bisa mengadakan pesta di Benteng Kastil dan menyebarkan pesanku.”
“Yang Mulia bermaksud menugaskan saya untuk mengumumkan ini?” Perot tertegun.
“Benar,” sang Pangeran tersenyum, “Kali ini... jadilah Tuan Duta Besarku.”
“Segera, Yang Mulia.” Putra sulung Bunga Emas-Perak memberi hormat dengan tangan di dada.
Saat hendak pergi, Roland memanggilnya, “Omong-omong, urusan penyihir perempuan kau tangani dengan baik. Kini tak perlu lagi bersikap penuh rahasia. Sejak pendidikan dasar dijalankan, mereka yang masih berharap pada gereja dan keras kepala, bisa dihapuskan dari Wilayah Barat. Cara pelaksanaannya, kau yang tentukan.”
“Baik.”
Setelah Perot Helmon mundur, Roland meregangkan badan dan melanjutkan memeriksa laporan proyek dari Balai Kota.
Terdampak Yuki, Jalan Kerajaan telah lama dihentikan. Pembangunan gedung tempat tinggal juga melambat, hanya pekerjaan dekorasi dalam ruang yang berjalan. Untungnya, serangkaian lubang tanah yang dibangun Lian sebelum pergi telah memenuhi kebutuhan pengungsi. Bahkan jika jumlah pengungsi bertambah, cukup menjejalkan lebih banyak orang ke setiap lubang - inilah keunggulan tempat tidur berpemanas.
Menurut keterangan Departemen Pembangunan, saat ini setidaknya lebih dari 60% pekerja berada dalam status menganggur. Hal ini membuat rekrutmen sementara yang dikeluarkan Balai Kota menjadi rebutan, seperti membersihkan tumpukan salju di jalan dan mengangkut bijih di area tungku tinggi. Di kota lain, fenomena dimana begitu banyak orang bersemangat bekerja selama Xie Yue sudah merupakan hal yang tak terbayangkan. Perlu diketahui musim dingin adalah masa tersulit bagi rakyat biasa, dimana kebanyakan orang bertahan di rumah dan mengandalkan bahan makanan yang disimpan sejak musim gugur merupakan kondisi normal. Namun di mata Roland, melihat begitu banyak tenaga kerja yang menganggur selalu menimbulkan rasa ketidakrelaan di hatinya. Di dalam hati, ia merencanakan mungkin perlu melakukan sesuatu untuk memanfaatkan semua mereka ini.
Lagipula Perkumpulan Dagang Margaret telah mengangkut mesin uap terakhir tahun ini. Di tangan Balai Kota, persediaan uang dan bahan makanan sangat melimpah. Ia memiliki banyak rencana besar yang bisa diimplementasikan.
Memikirkan hal ini, Roland menyuruh pengawalnya memanggil Menteri Pembangunan Karl Van Bert.
Setelah menyampaikan perkiraannya, Karl tak bisa menahan diri membelalakkan matanya, "Yang Mulia ingin tukang batu dan tukang lepa membuat kapal untuk Anda?"
Ia mengangguk dan berkata dengan serius, "Benar. Lokasinya akan dibangun di dekat dermaga, mendirikan bengkel sementara dari kayu. Di dalam ruangan akan dinyalakan baskom api untuk menjaga kehangatan. Setelah selesai bisa langsung didorong masuk ke air."
"Tapi Yang Mulia, bagaimana mungkin mereka mengerti membuat hal seperti ini?"
"Tentu saja, sama seperti membangun Gedung Penyihir Perempuan," Roland mengeluarkan selembar kertas dan mulai menggambar sketsa, "Pasang cetakan, bentangkan besi tulangan, tuangkan beton... Untuk kapal pertama saya akan membimbingmu cara membangunnya, kapal-kapal berikutnya akan kamu yang bertanggung jawab mengawasi, sehingga semua pekerja bisa dimanfaatkan."
Karl memandang sketsa kasar itu dengan bingung, "Ini... baskom?"
Dia tak bisa menahan sudut mulutnya yang melengkung, “Benar, sebuah baskom semen raksasa.”
Karena Karl tidak terlibat dalam pembangunan Kapal Kota Kecil, wajar jika muncul pemikiran seperti ini. Faktanya, kapal-kapal telah mengalami beberapa perubahan bentuk selama proses perkembangan yang panjang, bahkan hampir tidak ada warisan yang kontinu antara desain awal dan akhir. Merancang kapal kayu klasik dengan lunas bagi Roland tentu merupakan hal yang mustahil, namun pada esensinya membangun kapal semen sama seperti membuat model dari tanah liat - yang penting bisa mengapung. Hal serupa berlaku untuk kapal baja: berkat kemajuan teknologi pengelasan, kebanyakan lambung kapal modern telah meninggalkan metode pemasangan lunas tradisional, beralih ke penyambungan segmen kotak baja yang dirangkai modul demi modul. Pelat dasar menanggung beban secara keseluruhan, sehingga tidak perlu menguasai metode pembuatan kapal kayu terlebih dahulu.
Tentang kapal semen batch baru, dia telah mempertimbangkannya lama—baik untuk menambang sumber daya batubara di dekat gunung salju maupun mengangkut pengungsi, dibutuhkan kapal sungai dengan daya angkut tinggi untuk menjalankan tugas. Oleh karena itu, desain dasar datar dengan draft rendah masih menjadi pilihan paling sesuai. Dibandingkan Kapal Kota Kecil yang desainnya pasif, lambung kapal baru bisa dibuat lebih panjang, meningkatkan kecepatan sambil mempertahankan beban dan stabilitas. Untuk mengurangi kesulitan konstruksi, Roland akhirnya memilih sistem propulsi roda dayung yang sudah diuji pada kapal kayu, memudahkan adaptasi para pengrajin.
"Yang Mulia, berapa pasukan yang akan dialokasikan untuk membangun... kapal semen ini?" Karl bertanya dengan terbata-bata.
"Kerahkan semua pekerja yang menganggur, seperti saat membangun gedung tempat tinggal. Beberapa kapal bisa dikerjakan sekaligus."
Dengan ini, mesin uap rakitan baru pabrik yang belum terjual pun dapat dimanfaatkan. Area tungku juga bisa terus memproduksi semen tanpa henti, sebuah solusi multifungsi. Jika tahun depan armada kapal semen berskala besar dapat diwujudkan, Angkatan Darat Pertama akan memiliki pilar pendukung logistik yang andal untuk serangan ke mana pun.
Setelah memberi instruksi, Roland berniat mengunjungi taman belakang kastil.
Pohon zaitun dan tanaman anggur yang ditanam Yezi memberikan perlindungan dari angin dan salju. Jika tidak ada pekerjaan mendesak, para penyihir perempuan biasanya berlatih kemampuan di taman ini—termasuk Yiran yang baru bergabung.
Mendengar laporan Wendy, kemampuannya tidak seperti mengatur suhu maupun memulihkan materi. Selain air, efeknya terhadap objek lain sangat kecil. Hal ini membuat Roland penasaran. Sudah tiga hari berlalu, seharusnya gadis kecil itu tidak lagi sepenakut dan pemalu seperti saat pertama tiba. Lebih baik pergi mengamatinya langsung.
Begitu masuk ke taman, Roland langsung merasakan keanehan.
Dalam pandangan terhampar hijau lebat, seolah terisolasi sempurna dari dunia luar yang putih salju. Pohon zaitun yang selalu hijau dengan tanaman rambat membelit rantingnya memang wajar tak tertembus salju. Tapi tanaman-tanaman ini terlihat terlalu subur. Berbeda dengan hutan yang tertidur, meski tak ada angin dingin, setiap helai rumput dan pepohonan bergoyang lembut dengan ritme teratur.
Awalnya dia mengira ini ilusi. Tapi saat masuk lebih dalam, ranting pohon zaitun merunduk seolah memberi hormat. Rumput hijau di kakinya rebah ke satu sisi bagai menyambut kedatangannya.
Sensasi ini membuat Roland merinding. Bulu kuduknya berdiri. Rasanya bukan berjalan di taman, melainkan menyusuri dalam tubuh makhluk raksasa.
Seluruh taman seperti sedang bernapas.
