Hari ujian akhir tiba dengan cepat.
Para penyihir perempuan duduk rapi di aula, menunggu Guru Book Scroll membagikan lembar ujian.
Andrea dengan anggun merapikan kukunya menggunakan pisau kecil, pikirannya sudah melayang ke makan malam - menurut penjelasan Yang Mulia Roland, setelah ujian hari ini, periode pembelajaran pertama akan resmi berakhir. Untuk merayakannya, semua orang akan mendapatkan roti es krim.
Bagi dirinya, ini berarti bisa mendapatkan roti jauh lebih dari satu porsi.
Beberapa hari terakhir, setiap ada waktu luang ia selalu bertanding Dou Dizhu dengan Abu dan Sha Wei. Permainan yang membutuhkan strategi dan teknik ini mirip dengan permainan catur binatang yang pernah populer di kalangan bangsawan tinggi, sama-sama mengutamakan prinsip memanfaatkan keunggulan dan menghindari kelemahan serta bertindak setelah perencanaan matang. Dibandingkan ini, ia yakin tidak kalah dari Nyonya Tili, apalagi Abu - fakta pun membuktikannya. Kini di tangannya terkumpul enam surat hutang roti es krim, empat dari Abu dan dua dari Sha Wei. Dengan kata lain, selama Yang Mulia menyajikan hidangan penutup ini, keduanya harus menyerahkan jatah mereka.
Hari ini jelas hari panen yang baik. Saat makan malam nanti, ia bisa menikmati tiga porsi roti es krim sekaligus, benar-benar bisa makan sampai kenyang!
Soal ujian? Andrea tentu sudah penuh keyakinan.
Sejak mengetahui keberadaan tes ini, dia bertanya pada Sylvie tentang situasi tes sebelumnya dan mencoba mengerjakan soal-soal tersebut sendiri. Hasilnya, ia menemukan bahwa ujian semacam ini sangat sederhana, kurang lebih setara dengan pendidikan dasar kaum bangsawan, terutama dalam hal baca tulis. Pengetahuan aritmatika yang disebut-sebut pun hanya perhitungan laba-rugi paling dasar, belum mencapai level bendahara pengurus, apalagi perhitungan perdagangan keluarga. Dalam bidang ini, ia diakui sebagai jenius di kalangan keluarga, bahkan sudah bisa memverifikasi catatan keuangan sejak usia 15 tahun.
Menyelesaikan segala sesuatu dengan sempurna - inilah wibawa seorang bangsawan sejati.
Kertas ujian segera dibagikan.
Total ada tiga lembar kuesioner. Andrea melirik tajuknya dengan cepat: tiga kertas tersebut bertuliskan "Tes Bahasa Kerajaan", "Aritmatika Dasar", dan "Ilmu Alam Pemula".
Bagus, persis seperti terakhir kali.
Tanpa sadar sudut mulutnya naik. Ia membentangkan lembar tes bahasa kerajaan terlebih dahulu, lalu mengambil pena bulu dan mulai menulis.
Hanya dalam seperempat jam, semua pertanyaan di kertas telah terjawab. Meskipun cakupan kosakata lebih luas dari sebelumnya dan ditambahi beberapa metode ujian aneh seperti "pemahaman bacaan" dan "pelengkapan kalimat", semua ini tak bisa menghentikannya. Bukankah ini cuma menjawab pertanyaan setelah memahami teks dan melengkapi kalimat? Sekadar trik untuk membingungkan saja.
Selanjutnya adalah aritmatika dasar.
Awalnya masih perhitungan laba-rugi sederhana, namun perlahan kecepatan Andrea mulai menurun.
Apa maksudnya ini? Dua garis yang bersilangan berbentuk salib ditambah beberapa titik di atasnya, harus dideskripsikan dengan persamaan?
Dia merasa dadanya sesak, perasaan saat membaca 《Dasar Teori Ilmu Pengetahuan Alam》 itu kembali muncul. Mengapa setiap karakter terlihat familiar, tapi saat dirangkai menjadi tak dipahami?
Beberapa soal berikutnya juga seperti ini.
Andrea merasakan butiran keringat mengucur di dahinya.
Ia menarik napas panjang, menahan napas, lalu melirik ke Nightingale di belakang - sesama bangsawan, mungkinkah dia memberi petunjuk?
Namun ekspresi wajah Nightingale langsung mendinginkan hatinya.
Nightingale hanya terdiam memandangi kertas ujian, pena bulu tergigit di mulut, tatapannya tak bergerak sama sekali.
Jangan-jangan soal ini terlalu sulit?
Nyonya Tili tidak ikut ujian, Nona Anna yang legendaris berbakat juga tak terlihat. Sedangkan peserta lain masih berantem dengan halaman pertama, tak bisa dijadikan patokan.
Setelah seperempat jam, mereka mulai membuka lembar kedua. Meski begitu, pena di tangan mereka tak berhenti bergerak - Astaga, bahkan Maisie yang memegang pena bulu seperti cakar dalam kepalan tangan pun masih menulis!
Andrea akhirnya tak sabar, pura-pura menyelesaikan ujian aritmatika dasar, lalu membuka lembar terakhir tentang alam dasar.
Tapi alih-alih tanya-jawab sederhana seperti sebelumnya, kini muncul angka dan simbol tak dikenal. Tunggu... ini juga perlu dihitung?
Tiba-tiba dia yakin, perkembangan situasi ini menyimpang dari perkiraannya.
“Yang menggembirakan hanyalah, Abu sudah lama berhenti menulis, jelas-jelas juga tak bisa mengatasi masalah-masalah ini.”
“Tapi… sial,” pikirnya dengan geram, “Apa yang perlu dibanggakan dari mengalahkan orang bodoh yang otaknya berotot?”
Dalam kecemasan, Book Scroll mengumumkan ujian berakhir. Andrea bersandar di kursi, melihat kertas ujiannya diambil, sejenak merasa tiga es krim malam ini pun tak lagi menggugah selera.
……
“Yang Mulia, inilah semua kertas ujiannya,” Book Scroll meletakkan setumpuk kertas di meja kerja, “Benarkah Yang Mulia akan memeriksa hasilnya sendiri?”
“Tentu,” Roland tersenyum, “Kadang memeriksa kertas ujian juga menyenangkan.”
Misalnya melihat berbagai jawaban aneh, atau menangkap kesakitan dan siksaan peserta ujian dari goresan tinta, semuanya menjadi panganan roh di waktu senggang.
“Boleh saya bantu menghitung nilainya?”
“Kalau begitu merepotkanmu.” Ia mengangguk, lalu berteriak, “Nightingale, jangan mengintip!”
“Dari tahuuuu,” Nightingale menampakkan wujud dari kursi malas, menyeringai, “Kenapa Anna tidak perlu ikut ujian? Bukankah studi mereka sudah selesai? Harusnya semua saudari perempuan di Aliansi Penyihir Perempuan ikut serta.”
Roland tak tahan tertawa, “Soalnya kertas ujian ini dia dan Book Scroll yang membuatnya.”
Suaranya tercekat, lama kemudian baru berkata, “Lalu adikmu bagaimana?”
“Tili ya… Dia bertindak sebagai pemeriksa kertas ujian, mengerjakan soal terlebih dahulu untuk memeriksa kelalaian,” Pangeran mengangkat tangan, “Sebagai catatan tambahan, nilainya sempurna.”
Siluet Nightingale tiba-tiba terlihat sangat berat.
Roland menggelengkan kepala dengan pasrah dan mulai memeriksa kertas ujian.
……
Setelah semua nilai selesai dihitung, dia meregangkan pinggang. Dalam ujian akhir kali ini, penyihir perempuan Pulau Tertidur menunjukkan kemajuan signifikan. Cahaya Lilin, Evelyn, dan Sylvie yang bertahan semuanya lulus. Evelyn mengalami peningkatan terbesar dari 5 poin sebelumnya menjadi 62 poin kali ini, meski tetap terendah di antara trio, tapi jelas telah berusaha keras.
Tiga penyihir tempur baru justru mendapat nilai rendah, tak ada yang mencapai 50 poin. Mungkin karena durasi pengajaran yang singkat dan penurunan porsi nilai Bahasa Kerajaan, hasil tidak ideal masih bisa dipahami.
Tapi Nightingale sangat buruk. Meski terus belajar bersama, total tiga mata pelajarannya lebih rendah dari sebelumnya, membuat Roland tersenyum getir. Rupanya belajar benar-benar merupakan sebuah bakat yang tak bisa dipaksakan.
Satu-satunya yang aneh adalah Maisie.
Di bagian hitungan matematika dan natural, hampir semua jawabannya salah dengan formula yang ngawur. Tapi pilihan ganda dan penilaiannya benar 90%, akhirnya mendapat 63 poin yang tak terbayangkan.
Bagaimana dia melakukannya?
Roland tak kunjung menemukan jawabannya.
