Saat kegelapan menghilang, Mein mendapati dirinya berdiri di alun-alun yang kosong.
Segala sesuatu di depan mata memberi kesan déjà vu... rumah-rumah penduduk rendah, biara yang masih dalam pembangunan, dan gereja batu baru. Tanah lumpur kering dan padat, tanpa jejak tumpukan salju, sinar matahari di balik awan kadang muncul kadang menghilang, angin sepoi-sepoi yang sesekali menyentuh pipi terasa hangat dan lembut, sama sekali tidak seperti berada dalam Xie Yue.
"Tunggu," dia tiba-tiba tersadar, mungkinkah ini adalah Kota Suci Lama tempatnya baru menjadi penganut agama dulu? Saat itu di alun-alun, Yang Mulia Oberlain-lah yang memimpin ritual pencucian.
"Rupanya tempat yang paling membekas bagi Yang Mulia adalah sini," suara Jieluo tiba-tiba terdengar dari belakang, "Memang tempat yang cukup bagus."
Penyuci!
Ingatan yang terputus sejenak tiba-tiba tersambung kembali. Dia merasakan murka menyembur keluar, berbalik, mata menatap tajam lawannya, berkata kata demi kata: "Jieluo, kau gila?!"
Dia berani menggunakan kemampuan terhadap dirinya sendiri!
Dan mengapa Batu Hukuman Dewa yang dibawanya tidak berefek?
"Aku sangat tahu apa yang kulakukan," Jieluo tersenyum, "Justru Yang Mulia... mungkin masih terkecoh. Tak apa, ini dunia kesadaran, waktu kita tak terbatas, bisa kujelaskan perlahan."
Medan perang jiwa, Mein tidak asing dengan kemampuan ini - bertarung hanya dengan kesadaran di dunia terkikis, pemenang mendapat segalanya, pecundang kehilangan semua. Ini juga kemampuan tipe panggilan langka yang hampir mustahil dihindari tanpa Batu Hukuman Dewa. Tapi... sialan, dia jelas-jelas memakai batu itu!
Tangannya merogoh kantong pakaian dalam dan mengeluarkan kristal biru langit. Di bawah sinar matahari, siluet poligonalnya memancarkan kilau biru laut yang menyilaukan, tanpa keanehan apapun.
"Mengapa?!" Mein menggeretakkan gigi.
“Yang Mulia maksudnya batu suci?” Jieluo tersenyum, “Sederhana saja, getaran wilayah kekuasaannya sudah dihaluskan. Tentu bagi orang biasa, takkan bisa merasakan perbedaannya.”
Getaran dihaluskan? Paus tak kuasa membelalakkan matanya. Hanya ada satu orang di Kota Suci yang bisa menghilangkan efek pelarangan sihir Batu Hukuman Dewa — Penyuci Isabella.
Ini... pengkhianatan telanjang!
Dasar pelacur terkutuk! Mein merasakan urat di dahinya menegang. Amarah menggelora membuat telapak tangannya gemetar. Sudah tahu alat-alat ini tak bisa diandalkan, seharusnya saat penobatan dia mengubah mereka semua menjadi Pasukan Hukuman Dewa! Dengan susah payah menekan amarahnya, dia bergumam geram, “Kapan ini terjadi?”
“Darimana saya tahu kapan dia mulai bertindak? Bukankah Yang Mulia sudah mengurung saya di penjara untuk memberi pelajaran?” Jieluo mengangkat bahu, “Saya hanya mempercayakannya padanya, itu saja.”
"Kalimat pernyataan yang bagus! Jika bukan karena kalian telah merencanakan ini sejak lama, bagaimana mungkin dia bisa melakukan penghinaan seperti ini dengan mudah!" Tidak, hatinya tiba-tiba berdebar, bahkan jika mereka berdua sekalipun tidak mungkin melakukan ini... Setelah menerima posisi Paus, dia tinggal di kamar tidur gereja yang sebelumnya menjadi milik Yang Mulia Oberlain. Tempat itu tidak hanya dipenuhi berbagai mekanisme tersembunyi, tetapi juga dijaga ketat oleh banyak Samurai Pengadilan. Belum lagi beberapa batu suci tingkat tinggi yang selalu tersedia di ranjang, yang setiap hari bisa dia gunakan kapan saja, dengan pengawal yang selalu mendampingi ke mana-mana. Bagaimana mungkin ada kesempatan baginya untuk memaksamu?
Marah sampai tingkat ini, Mein justru menjadi waspada, "Apa sebenarnya yang ingin kau lakukan, hanya untuk membalas hukuman cambukku? Bahkan jika kau membunuhku, seluruh lubang gua di bawah keranjang gantung ini berada dalam area pengaruh batu suci. Ke mana lagi kamu bisa kabur? Begitu mendarat, Tentara Pengadilan yang sudah menunggu lama akan melihat situasi mencurigakan dan menangkapmu. Jangan berkhayal bisa menyembunyikan diri dari mekanisme tersembunyi Pusat. Saat mereka mengaktifkan interogasi penyiksaan, kau akan sadar bahwa cambukan beberapa hari lalu hanyalah seperti gigitan nyamuk."
"Aku tidak berniat melarikan diri," Jieluo menggelengkan kepala, "Aku ingin menggantikan Yang Mulia, meneruskan posisi Paus."
"......" Mein tertegun. Dia telah memperkirakan berbagai situasi mencurigakan, tapi sama sekali tidak menyangka akan mendengar jawaban ini, "Penyuci menjadi Paus? Kau benar-benar mengada-ada, yang menerima penobatan di hadapan banyak penganut gereja besar adalah aku! Kau pikir dengan membunuhku, mereka akan mengakui kekuasaanmu?"
“Saya tidak perlu muncul di depan banyak orang, cukup menjadi 「penyampai pesan」Paus saja,” kata Jieluo dengan santai, “Anda lihat, Yang Mulia Oberlain juga tinggal di Istana Rahasia Pusat sepanjang tahun, sesekali keluar masih mengenakan topeng. Dalam situasi mencurigakan seperti ini, siapa yang akan mendeteksi bahwa Paus telah berganti orang?”
“Anda sama sekali tidak bisa menyembunyikan sampai saat itu! Tidak dengar ucapan saya tadi? Begitu sangkar gantung mendarat dan melihat saya tidak ada, Anda akan langsung berada di bawah kendali mereka!” geram Mein, “Sekarang masih ada waktu untuk melepaskan saya, saya bisa menganggap Anda belum melakukan hal semena-mena ini!”
“Begitu pertarungan jiwa dimulai, tidak akan bisa diakhiri,” ujar Jieluo sambil tersenyum, “Selain itu, mereka tidak akan menangkap saya, Yang Mulia sudah salah berpikir sejak awal.”
Tidak akan menangkapnya... Apa maksudnya? Paus mengerutkan kening menatap Penyuci, berusaha mencari sesuatu di matanya, namun di balik kilauan cahaya memikat itu, tidak terlihat sedikitpun ketakutan atau kepanikan. Ia juga tidak menghindari kontak mata, hanya diam menatapnya seolah sedang menceritakan hal yang sangat biasa.
Tiba-tiba Mein merasakan kilatan listrik di pikirannya!
「Bahkan menyerah pun adalah pilihan bijak.」
「Maafkan Ibu, nak.」
Mulutnya terbuka lebar, namun tenggorokannya seperti dicekik tangan besar, hampir tak bisa bersuara. Hatinya terus menyelam, seperti terjatuh ke dalam lubang es. Setelah lama, barulah ia berkata dengan susah payah: “Jangan-jangan ini semua adalah ulah Oberlain——”
"Tampaknya Yang Mulia akhirnya mengerti," Jieluo mengangkat alisnya, "Yang Mulia Paus telah memerintahkan semua pengawal Istana Rahasia Pusat dan Samurai Pengadilan - mereka takkan pernah meninggalkan bawah tanah, dan hanya patuh pada Paus. Meski Yang Mulia menerima tongkat kekuasaan di gereja atas, tetap bukan pengendali Istana Rahasia Pusat." Dia terkikik dua kali, "Coba pikir, kita berada di atas lubang, di bawah kaki adalah mekanisme inti gereja. Di sinilah satu-satunya posisi yang bisa menghindari semua penjaga darat sekaligus tak terpengaruh Batu Hukuman Dewa. Bukankah ini panggung yang sempurna?"
Penyuci itu menyembunyikan senyum keanehan, cahaya di matanya mekar bagai kobaran api, "Ini juga medan perang yang diatur Yang Mulia untuk kita. Saat pertarungan jiwa berakhir, yang bertahan hidup akan menjadi penguasa sejati gereja."
Rupanya... begini maksudnya! Mein merasa tenggorokannya kering, Orang tua terkutuk itu, karena merasa aku mencuri kekuasaan yang seharusnya milik penyihir perempuan, ingin menebus dosa dengan cara seperti ini? Sungguh menggelikan!
Ambisi membara yang bersinar di tatapan lawannya adalah emosi yang hampir mustahil terlihat pada Penyuci - sejak lahir mereka dididik sebagai alat serba guna, harus setia pada petinggi gereja. Jika bukan karena Penyerapan terhadap orang-orang nekat itu... Tidak, sial! Mein teringat ucapan Yang Mulia sebelum menyerang Kerajaan Hati Serigala.
「Aku akan mengirim dua Penyuci untuk membantumu dalam strategi tempur. Tak seorang pun bisa lolos dari pembunuhan di tangan mereka.」
Apakah dia tak pernah berpikir, bagaimana dampak pengambilan ingatan Raja Serigala dan Ratu Redwater terhadap Jieluo sendiri?
Mengingat ekspresi lega terakhir Oberlain, akhirnya Mein menyadari makna tersirat dalam kata-kata sang Paus sebelum wafat. Dengan amarah, Mein mengatupkan rahangnya. Bagaimana mungkin Orang tua itu tidak mempertimbangkan hal ini! Untuk menanamkan ambisi kembali ke hati Penyuci, dia sudah mempersiapkannya sejak lama.
Inikah hasil yang Yang Mulia Paus harapkan?!
