Menurut kebiasaan sebelumnya, penerimaan utusan kerajaan lain biasanya diadakan di aula langit. Tapi tempat itu baru selesai dibersihkan dari pecahan batu atap dek yang runtuh, dan perbaikannya masih belum jelas kapan selesai. Memikirkan ini, kebencian Tifico terhadap Roland bertambah lagi.
"Bawa mereka ke ruang kerjaku." Setelah merenung sejenak, akhirnya ia memutuskan untuk menerima mereka di istana Raja. Membawa utusan ke ruang bawah tanah jelas merupakan sikap tak sopan.
Mengenai tujuan kedatangan mereka, kemungkinan besar untuk meminta bantuan - baik bahan makanan maupun logistik penghangat. Di kalangan bangsawan ada ungkapan, musim panas menghubungkan teman, musim dingin menghubungkan musuh. Prinsip yang sama berlaku antar kerajaan. Tifico menggelengkan kepala diam-diam. Masih banyak urusan yang harus ditangani, lebih baik segera mengusir utusan itu.
Kembali ke ruang kerja, dua anggota delegasi telah menunggu lama ditemani Sir Brint. Melihat Yang Mulia, mereka serentak bangun dan memberi hormat dengan membungkukkan badan, "Yang Mulia Raja Benteng Abu-abu, Winton IV, Raja Fajar menitipkan salam untuk Yang Mulia."
“Sampaikan salamku juga padanya,” Tifico mengangguk sembarangan, “Duduklah.”
Dia memperhatikan pasangan pria-wanita ini masih sangat muda, wajah mereka cukup mirip. Lambang keluarga di dada mereka berupa tanduk rusa dan tongkat kekuasaan. Jika tidak salah ingat, mereka pasti berasal dari Keluarga Loxi yang termasyhur di Kerajaan Fajar.
Tapi apa yang sebenarnya dipikirkan Raja Fajar Misala IV? Mengapa mengirim orang yang bulu belum tumbuh sebagai negosiator "pengemis"? Tifico merasa agak terkejut. Bangsawan seusia ini biasanya terlalu angkuh. Dibandingkan dengan orang tua yang merengek-rengek di meja perundingan demi bantuan, mereka jauh berbeda.
“Kalian semua anggota Keluarga Rusa Raksasa, bukan?” Tifico menunjuk ke dadanya sendiri, “Aku pernah bertemu dengan Duke Loxi sekali.”
“Benar, Yang Mulia,” pria muda itu tersenyum, “Namaku Otto Loxi. Ini adikku, Belinda Loxi.”
Ternyata kakak-beradik. Dia mengangkat alisnya. Kalau begitu, tak perlu lagi bertele-tele dengan mereka.
“Saat ini Xie Yue sedang mengamuk. Apa maksud Raja Fajar mengirim kalian?” Tifico membuka pembicaraan, “Jika butuh bahan makanan, kapas, atau kain rami mendesak, aku hanya bisa menyumbang sebagian dari istanaku. Kalian pasti tahu Dekrit Perebutan Takhta telah mengacaukan kerajaan. Banyak daerah lumpuh. Hanya untuk menolong pengungsi saja persediaan di ibu kota kerajaan hampir habis. Sulit menyisihkan logistik lebih banyak.”
“Untuk hal ini, saya sangat menyesal,” Otto menempelkan tangan di dada, “Namun tujuan kedatangan kami yang dikirim Misala IV bukanlah memohon bantuan, melainkan untuk menghadapi ancaman yang lebih besar.”
Perkataannya membuat Tifico terkejut sejenak, “Ancaman apa?”
“Gereja, Yang Mulia,” Belinda menyambung, “Kini pasukan besar gereja telah menginvasi Musim Dingin Abadi dan Hati Serigala, pengungsi mengalir deras ke wilayah Fajar - Menurut kabar yang mereka bawa, taktik gereja sangat keji, melanggar berat kode etik pertempuran antar Bangsawan. Mereka menggantung atau mengasingkan para penentang, hanya Bangsawan yang sepenuhnya tunduk pada mereka yang bisa bertahan hidup.”
“Praktik ini jelas bertujuan memusnahkan Bangsawan, sepenuhnya memasukkan wilayah kekuasaan di bawah kendali gereja.” Suara Otto terdengar berat, “Misala IV yakin Hati Serigala bukan tujuan akhir mereka, Fajar dan Greycastle kini dalam situasi genting. Menjelang tahun depan, gereja kemungkinan besar akan meluncurkan perang baru, mengobarkan kobaran perang hingga ke tanah kami. Raja Fajar berharap kedua negara dapat bersatu melawan gereja.”
“Apakah kalian yakin Hati Serigala sudah jatuh?” Setelah mendengar penjelasan mereka, alisnya berkerut tak sengaja.
“Sungguh benar, Yang Mulia.” Keduanya mengangguk serempak.
Tifico pernah mendengar tentang perang agresi gereja, tapi tak menyangka mereka bisa menaklukkan dua kerajaan besar dalam waktu singkat. Jika perkataan mereka benar, kekuatan yang ditunjukkan gereja sungguh mengerikan.
“Tentu saja, hal seperti ini harus dikonfirmasi dengan Menteri Intelijen terlebih dahulu. Bulan Iblis yang datang lebih awal membuat perjalanan rombongan pembeli terhambat. Sudah lama dia tidak menerima kabar dari Kerajaan Hati Serigala.”
Setelah lama terdiam, Tifico akhirnya bertanya, "Skema konkretnya apa?"
Otto menjilat bibirnya, mengeluarkan gulungan peta dari dadanya, dan membentangkannya di hadapan Tifico, "Jika gereja berangkat dari Kota Suci untuk menyerang Fajar atau Greycastle, maka negara lain akan memimpin pasukan ke utara untuk menyerang Kota Suci Hermes, sehingga menghentikan serangan gereja dan membuat mereka terjepit di dua front."
"Perjanjian serangan-dan-pertahanan?"
"Benar, Yang Mulia," jawab utusan, "Baik berangkat dari Pergunungan Angin Dingin Greycastle maupun Kabupaten Utara Fajar, keduanya bisa mencapai Kota Suci Hermes dalam seminggu. Cukup dengan menempatkan pasukan inti di dua kota ini, mungkin gereja akan mundur - jika perang bisa dihindari, ini akan menjadi berkah bagi kedua kerajaan."
Dengan begini, mustahil membeli pil eliksir dari gereja, pikir Tifico dalam hati. Tanpa pil eliksir, bagaimana mungkin mengusir Roland Wimbledon dari Wilayah Barat?
Tapi gereja juga harus diwaspadai. Sebaiknya setelah mendapatkan cukup pil eliksir dan menyatukan seluruh wilayah Greycastle, baru membuat kesepakatan dengan Kerajaan Fajar.
"Ini masalah penting. Saya perlu berdiskusi dengan para menteri sebelum mengambil keputusan. Kalian bisa tinggal sementara di istana Raja sambil menunggu kabar."
"Tentu saja, Yang Mulia."
“Selain itu, saya juga ingin bertanya, seberapa banyak yang kalian ketahui tentang situasi Musim Dingin Abadi dan Kerajaan Hati Serigala? Apakah semua kabar berasal dari mulut pengungsi?”
“Ada beberapa laporan mata-mata, tapi tidak banyak... Gereja memblokir jalan-jalan di sekitar kota sambil mengepung Greycastle dan Hati Serigala,” jawab Otto, “Menurut pengungsi, gereja menggunakan senjata pengepungan mengerikan yang menghancurkan tembok kota Hati Serigala hanya dalam satu hari.”
Itu mungkin senjata bubuk salju, mungkin bocor dari Tiga Putri Raja. “Saya tidak menanyakan itu,” Tifico melambaikan tangan, “Apakah kalian mendengar kabar tentang armada Kapal Layar Hitam dan Garcia Wimbledon?”
“Ini...” Dua orang itu saling memandang, Belinda akhirnya berkata dengan waspada, “Konon, dia dan Raja Serigala tewas oleh panah gereja saat melarikan diri dari ibu kota.”
“Garcia bersama Raja Serigala?” Hatinya berdebar, “Apakah ada yang melihat mayatnya?”
“Tidak, tapi dari promosi besar-besaran gereja dan sikap diam pihak Hati Serigala, kemungkinan mereka lolos memang sangat kecil.”
“Begitu...” Tifico menghela nafas, meski agak menyesal tapi ini bisa dibilang kabar baik langka sejak musim dingin, semoga mereka benar, “Baik, kalian boleh pergi dulu.”
Otto ragu-ragu sebentar, “Eh... Ada satu hal kecil lagi, tentang bantuan bahan makanan dan kain yang Yang Mulia janjikan, apakah...”
“Benar, musim dingin yang datang menghubungkan semuanya adalah masalah,” dia mengangkat bahu, “Baiklah, anggap saja sebagai hadiah intelijen kematian Garcia. ‘Aku akan mengatur pasukan untuk mengimplementasikannya.’”
“Terima kasih, Yang Mulia Kaisar.” Keduanya dengan gembira membungkuk memberi hormat.
Melihat utusan pergi, Tifico tak bisa menahan diri mengangkat sudut mulut. Roland Wimbledon, kau dengar? Inilah akhir para pemberontak, pada akhirnya kau juga akan berakhir seperti ini.
