Namun sebelum kepala pelayan meninggalkan wilayah Keluarga Silter, Roland sudah menerima surat burung dari Angkatan Darat Kedua benteng.
Setengah jam kemudian, surat permintaan bantuan Perot juga tiba di kastil kota kecil.
Karena informasi yang dibawa kurir terbang terbatas, ia harus menyambungkan isi dua kertas ini untuk memastikan sebuah informasi mengejutkan.
Empat Keluarga Besar Wilayah Barat ternyata memberontak!
Siapa yang memberi mereka kepercayaan diri berani memberontak di bawah pengawasanku?
Roland segera memanggil Carter dan Kapak Besi, menampar kertas di depan mereka.
“Yang Mulia, ini...”
“Kabar dari benteng.” Katanya dengan kesal. Musim dingin hampir berakhir, tiga hari lagi tahun baru. Urusan membangun kota sudah menumpuk, peralatan tiga-saluran di kota kecil juga perlu bimbingannya. Di saat seperti ini malah mencari masalah, para bangsawan ini benar-benar belum mengerti cara menulis karakter 'mati'!
Menurut laporan surat rahasia, para bangsawan dalam kota memimpin sekelompok hamba menyerang prajurit penjaga. Saat anggota tim patroli di tembok kota menyadari situasi tak beres, mekanisme pengangkatan jembatan gantung Gerbang Utara sudah dikuasai bangsawan. Mereka terpaksa menyalakan api sinyal, bertahan di lokasi semula dengan mengandalkan tembok kota.
Anggota Angkatan Darat Kedua yang melihat sinyal api segera bertindak sesuai prosedur darurat. Sepuluh tim berjumlah sekitar 50 orang di markas dibagi menjadi dua regu: satu bergerak ke Gerbang Utara, satu menuju Benteng Kastil. Surat rahasia Perot baru dikirim setelah regu kedua bentrok dengan musuh di area kastil. Baru saat ini mereka menyadari lawannya adalah bangsawan lokal.
"Perot Helmon menyebut penyerang yang mengepung benteng mengibarkan panji Empat Keluarga Besar. Pemberontakan ini pasti sudah direncanakan," kata Carter sambil mengerutkan kening setelah membaca kertas itu. "Dan bisa menyatukan para bangsawan yang berantakan ini, pasti ada tulang punggung baru di antara mereka."
Memang benar, Empat Keluarga Besar... atau tepatnya lima keluarga besar di bawah Duke Lyon semuanya adalah bangsawan besar yang sederajat. Kemampuan mereka untuk mengesampingkan prasangka dan bekerja sama kemungkinan besar disebabkan oleh campur tangan kekuatan yang lebih besar dalam situasi kacau ini. Jika tidak, melihat sikap para Earl yang saling tidak mau mengalah, persaingan ini bisa berlangsung belasan tahun tanpa hasil.
Dan pada saat seperti ini, yang masih memiliki waktu untuk ikut campur di Wilayah Barat hanya tersisa satu atau dua kemungkinan saja.
"Maksudmu... Tifico dari ibu kota kerajaan?" Kapak Besi menatap Kepala Ksatria. Sebagai suku Mojin orang pasir, pemahamannya tentang situasi politik Greycastle jauh tidak sepeka Carter.
"Aku juga tidak akan terkejut jika itu Gereja," Roland menyeringai. "Dari perbuatan mereka di Fallen Dragon Ridge, jelas bahwa mengambil tindakan terhadap Wilayah Barat hanyalah masalah waktu."
"Masalahnya... surat kedua menyebutkan bahwa di pasukan musuh sepertinya ada senjata api," Carter mengerutkan kening. "Apakah mereka sudah tahu formula bubuk mesiu?"
"Bubuk salju sudah bukan rahasia bagi Gereja maupun Tifico, tapi untuk menguasai penggunaannya masih butuh waktu lama," Pangeran mengetuk meja perlahan. "Yang aneh bagiku, meski mendapat dukungan dari kekuatan di belakang, air jauh tak bisa memadamkan api yang dekat. Benteng terdekat tetap Perbatasan Kota. Dari mana kepercayaan diri mereka untuk melawan prajurit Angkatan Darat Pertama?"
“Kemungkinan karena Bulan Iblis,” Kapak Besi menjawab setelah berpikir sejenak, “Dalam pertarungan terakhir, meskipun Yang Mulia menggunakan tindakan keras seperti petir untuk mengalahkan Ordo Ksatria Duke, tapi tidak menunjukkan kemampuan luar biasa dalam pengepungan kota. Sekarang jalan ditutup oleh salju tebal, ditambah serangan makhluk jahat di perbatasan, bagi mereka ini adalah jaminan terbaik untuk keberhasilan pemberontakan - Setidaknya Yang Mulia baru bisa menyerang Benteng Longsong dua bulan kemudian ketika memiliki keunggulan sumber daya.”
“Lalu dihalangi oleh tembok kota yang menjulang dan senjata api?”
“Benar,” Kapak Besi tak bisa menahan senyum kecut, “Senjata yang Yang Mulia miliki juga mereka punyai, ditambah tembok yang tak tertembus, bahkan pasukan bantuan dari pengaruh di belakang mereka. Bukan tidak mungkin mereka bisa mengalahkan Yang Mulia di kaki tembok - Menurut saya begitulah cara berpikir mereka.”
“Namun mereka sama sekali tidak tahu tentang kekuatan fisik yang dimiliki Perbatasan Kota,” Roland bangkit berdiri, “Kapak Besi!”
“Mohon perintah, Yang Mulia!” Ia langsung berdiri tegak dengan sikap militer.
“Angkatan Darat Pertama segera masuk ke persiapan penyerangan, besok pagi langsung berangkat,” ujar Sang Pangeran dengan lantang, “Jumlah personel lima ratus, membawa enam meriam lapangan, tim penyerangan spesifik akan kau atur sendiri.”
“Siap!” Kapak Besi memberikan penghormatan militer standar.
"Kini skala Angkatan Darat Pertama kota kecil ini telah berkembang lebih dari empat kali lipat dari 500 pasukan milisi awal, dengan total lebih dari 2.200 personel. Roda Raksasa Senapan pada dasarnya telah sepenuhnya dipasang, dan DPS yang dihasilkan sudah jauh berbeda dibandingkan sebelumnya. Berkat peningkatan tingkat pendidikan prajurit, efisiensi eksekusi perintah Angkatan Darat Pertama juga meningkat drastis. Begitu perintah persiapan dikeluarkan, akan ada petugas khusus yang mengatur distribusi peluru dan ransum berdasarkan jumlah pasukan dan hari operasi - pekerjaan logistik untuk 500 orang bisa diselesaikan dalam sehari. Dibandingkan dengan ksatria dan pasukan bayaran yang membutuhkan waktu setengah bulan untuk mempersiapkan penyerangan, ini benar-benar kecepatan yang tak terbayangkan."
"Mereka akan berangkat menggunakan 11 kapal roda dayung milik kota kecil ini langsung menuju wilayah dalam benteng - Setelah masuk ke produksi massal, kapal dengan dasar besi tulangan dan beton bisa diluncurkan setiap lima hari sekali. Itupun dengan sengaja memperlambat kecepatan konstruksi. Satu-satunya batasan hanyalah ketersediaan awak kapal dan mesin uap."
"Carter!"
"Perintah Anda, Yang Mulia." Kepala Ksatria menegakkan kepala.
"Kau akan tetap menjaga Perbatasan Kota."
Sudut mulut ksatria langsung melorot, "Apa...? Tidak, Yang Mulia, bagaimana bisa Anda menahanku lagi di sini!"
"Sekarang adalah Bulan Iblis, ancaman makhluk jahat lebih berbahaya daripada para bangsawan itu," Roland tak bergeming. "Jagalah kota kecilku dengan baik."
Setelah kedua orang itu mundur, dia menghela napas. "Kali ini, penyihir perempuan juga perlu ikut bersamaku."
"Ke mana pun akan kutunggui." Nightingale tersenyum.
Mengingat lawan mungkin adalah gereja, sebelum seluruh Angkatan Darat Pertama dilengkapi Batu Hukuman Dewa, hanya penyihir perempuan yang bisa efektif menghadapi penyergapan Penyuci. Roland akhirnya menetapkan daftar: Lightning, Maisie, Sylvie, Na Nava, Lily, dan Nightingale. Jika ditambah tiga penyihir tempur dari Pulau Tertidur, bahkan Penyuci akan kesulitan mengancamnya.
Roland berjalan ke jendela, memandang pegunungan putih dan tanah salju di kejauhan.
Jika Pegunungan Jurang dianggap sebagai tembok benteng, maka wilayah liar di utara pegunungan setara dengan teritori Empat Keluarga Besar - area di mana kekuatannya tak bisa menjangkau. Rusa, Mawar Liar, Maple, Serigala Berlari... Mereka telah mengelola wilayah kekuasaannya selama 100 tahun, membentuk hukum dan adat istiadat unik. Bahkan keluarga penguasa Wilayah Barat Lyon pun jarang ikut campur. Awalnya ia berencana membangun kota dulu baru perlahan memisahkan dan menyerap wilayah bangsawan ini. Namun pemberontakan ini memberinya kesempatan - peluang untuk menelan sekaligus tanah luas dan penduduk di pinggiran benteng.
Ia tak berniat memberi ampun lagi pada kumpulan bangsawan ini.
