"Yang Mulia, area dermaga di barat kota sepertinya tidak beres," kata pengawal yang bertugas memblokir jalan tiba-tiba mendekati Count Mede. "Saya mendengar suara aneh dari sana. Sudah mengirim dua tim untuk menyelidiki, tapi tidak ada yang kembali."
"Apa?" Yacob Mede mengerutkan kening. "Jangan-jangan kau salah dengar?"
"Tidak, suaranya sangat jelas. Seperti suara seseorang yang terus-terusan menarik dan menghembuskan napas, huxi huxi gini..." Si pengawal bahkan menirukan suaranya.
"Bukan suara gelandangan yang mendengkur?"
"Dalam cuaca seperti ini, orang yang tidur di luar pasti sudah mati kedinginan, Yang Mulia," sang pengawal bersikeras. "Lagipula kalau dengkurannya sekeras itu, harusnya itu raksasa setinggi tembok kota."
Sang Count menatapnya lama sebelum berteriak, "Jazz Kan!"
"Yang Mulia memanggil saya?" Seorang bangsawan dengan lambang Maple Leaf di dada menghampiri.
"Bawa pengawalmu, ikuti bawahan saya untuk memeriksa dermaga di wilayah dalam kota," Yacob menepuk bahunya, "Jika ada informasi, segera laporkan padaku."
"Eh... Bisakah Yang Mulia meminta orang lain?" bangsawan muda itu ragu-ragu, "Ayah berpesan saya harus masuk ke kastil bersama Yang Mulia."
"Berapa lama melihat-lihat dermaga? Masih banyak waktu di sini," Earl tertawa, "Bahkan jika pemberontak Bunga Emas-Perak menyerahkan senjata, saya akan tetap menunggumu di sini."
"Kalau... baiklah."
Melihat kedua orang itu pergi, ekspresi wajah Yacob menjadi dingin, apa-apaan ini, mengira mengirim putranya masuk kastil bersamaku berarti mendapat jasa yang sama? Hitungan ini terlalu licik, dalam surat rahasia Yang Mulia Kaisar hanya menyebut namaku!
Tak lama kemudian, ia samar-samar mendengar dentuman senjata dari barat.
Apa yang terjadi? Yacob langsung waspada, putra sulung Keluarga Maple Leaf sama sekali tidak mendapat alokasi senjata api.
Saat hendak mengirim ksatria-nya untuk memeriksa situasi mencurigakan, pengawal yang sebelumnya melapor tiba-tiba tertatih masuk ke perkemahan, "Ya-Yang Mulia... buruk!"
"Apa yang buruk?"
"Raja Pemberontak... Raja Pemberontak datang!" Ia membelalakkan mata, "Ada ribuan orang, mereka sedang menuju ke kastil ini!"
"Maksudmu tim Roland Wimbledon?" Yacob menampar pengawalnya, "Ribuan orang? Berani asal bicara di perkemahan, percaya tidak sekarang saya menggantungmu di gerbang kota?"
“Yang Mulia, bendera yang mereka kibarkan memang benar panji kerajaan Grey Fort,” pengawal tidak berani menghindar, terpaksa berlutut satu kaki menjelaskan, “Saya ingin menyuruh hamba Ksatria Dao Kan untuk menangkap beberapa orang guna menanyakan situasi mencurigakan, tapi begitu mereka menyerbu ke depan, tiba-tiba... tiba-tiba...”
“Tiba-tiba apa?” Earl bertanya sambil menggigit gigi.
“Tiba-tiba dihujani tembakan barisan yang padat,” ekspresi wajah pengawal seolah menyaksikan pemandangan mengerikan, “Saat itu dalam kegelapan seolah muncul ribuan percikan api, suara dak-dak nyaris tak berhenti! Lebih dari dua puluh orang yang baru saja menerobos kurang dari seratus langkah, langsung roboh semua di tanah, bahkan tak seekor kuda pun masih berdiri!” Ia menelan air liur, “Yang Mulia, saya belum pernah melihat tembakan sepadat ini. Kalau bukan pasukan seribu lebih, bagaimana mungkin mereka bisa melumpuhkan pasukan penjaga sang Ksatria dalam sekejap?”
“Bagaimana dengan putra sulung Keluarga Maple Leaf?”
“Sudah... melarikan diri.”
Earl duduk limbung di kursi, Bagaimana mungkin ini terjadi? Pikirannya kacau balau. Memperhitungkan waktu perjalanan informasi, kemarin siang Empat Keluarga Besar mulai bergerak, malam ini Pangeran Keempat sudah bisa mencapai Benteng Longsong. Bukankah ini berarti dia hanya butuh satu hari untuk bolak-balik antara kedua lokasi? Kecepatan ini bahkan mustahil dicapai kapal layar dengan angin sepenuhnya! Adapun pasukan seribu lebih mirip dongeng belaka. Untuk mengangkut sebanyak itu, minimal butuh armada kapal besar-besaran. Namun intelijen dari Perbatasan Kota menunjukkan, sebelum musim dingin tiba mereka bahkan tak punya satu kapal pun!
Bagaimana situasi bisa berubah seperti ini?
"Tidak, semakin begitu kita harus semakin tenang," Jacques Mede mengusap keringat di dahinya, "Jumlah pasukan yang disebut pengawal itu jelas berlebihan. Dia benar-benar ketakutan oleh tembakan salvo senjata api lawan. Tanpa penerangan obor, siapa yang tahu berapa orang sebenarnya yang berdiri di area dermaga yang gelap gulita. Lagipula jangkauan senjata api hanya sekitar empat puluh langkah. Meski kekuatannya luar biasa, kecepatan isi ulang dan akurasinya sangat rendah. Sekalipun mereka semua dilengkapi senjata seperti ini, jalan menuju area kastil paling banyak hanya bisa menampung dua puluh orang berjajar. Asal kita beri tahu Keluarga Wildrose dan Running Wolf, kumpulkan semua ksatria, lalu langsung serang frontal setelah tembakan pertama mereka, ditambah serbuan tentara bayaran dan pasukan pengawal - mungkin kita bisa mengalahkan lawan."
Lagipula bertempur di jalanan sempit berbeda dengan di lapangan terbang. Waktu isi ulang senjata api terlalu mematikan.
"Sialan!" Jacques menampar sandaran kursi dengan keras, memberi perintah pada kepala pengawal, "Panggil Earl Wildrose dan Viscount Running Wolf ke sini! Selain itu, suruh semua orang bersenjata api untuk memblokir pintu masuk area kastil. Cepat!"
Bagaimanapun juga melatih senjata api lebih cepat daripada busur silang. Biarkan orang-orang ini menghambat langkah maju musuh dulu, mati beberapa pun tidak masalah. Jika perlu, ksatria bisa langsung menginjak-injak mereka.
Tapi kabar dari kepala pengawal membuat Earl tertegun, "Keduanya sudah pergi dari perkemahan bersama anak buahnya!"
Untuk memastikan Perot tidak bisa melarikan diri, Empat Keluarga Besar masing-masing menguasai satu sisi area kastil. Tak disangka mereka menerima informasi ini lebih cepat darinya.
Saat itu, dentuman senjata api sudah bergemuruh di luar area kastil. Seperti dilaporkan pengawal sebelumnya, suaranya mirip ketukan drum yang rapat, tetap terdengar jelas meski ditingkahi deru angin dan salju.
"Bajingan-bajingan sialan ini!" Yacob merasakan dingin menyelimuti hatinya. Ia melirik kastil untuk terakhir kalinya sebelum terpaksa memerintahkan mundur - tentu hanya untuk diri dan pasukan pengawalnya. Tentang yang masih terjebak di dalam kastil, ia sudah tak punya waktu lagi.
Begitu berhasil keluar dari area kastil, Sang Earl baru menyadari situasi gawat.
Di luar penuh siluet musuh. Setiap ksatria yang mencoba menerobos blokade langsung ditumbangkan tanpa ampun. Senjata di tangan mereka seolah tak perlu isi ulang amunisi, bisa menembak berkali-kali sekaligus! Sangat berbeda dengan senjata api dari Tifico! Kekacauan merajalela. Selain Jazz Daokan yang lebih dulu kabur, pasukan tiga keluarga lainnya terjebak di sini.
"Yang Mulia, apa yang harus kita lakukan?"
"Panggil pasukan zirah baja!" ia mengaum keras. "Kita bergerak di belakang perisai besi, serbu satu arah bersama!"
Saat tiga unit pasukan zirah baja yang berhasil dikumpulkan mulai bergerak perlahan membawa perisai, ksatria lain menyadari gerakan ini. Hampir serentak mereka mengikuti - Jika kali ini gagal menerobos garis pertahanan lawan, mungkin tak akan ada lagi kesempatan melarikan diri.
Namun perhitungan Jacques Mede gagal… Saat jarak ke musuh masih seratus langkah, senjata lawan menyemburkan api yang menyilaukan. Perisai yang seharusnya mampu menahan peluru timah menjadi ribuan lubang oleh hujan peluru yang datang bertubi-tubi. Pengangkat perisai di barisan depan tewas seketika, remah-remah logam yang beterbangan menembus tubuh-tubuh manusia, kabut darah pekat membubung di belakang perisai besi.
Earl bahkan tak sempat meneriakkan perintah serangan frontal sebelum langsung terjungkal oleh tembakan salvo.
