“Ini adalah mesin senapan berat yang menggunakan peluru yang sama persis dengan senapan bolt-action. Cukup keluarkan peluru dari kain, lalu tembakkan dengan senapan baru.” Yang Mulia Pangeran menepuk senjata api tebal ini, “Mekanismenya jauh lebih rumit daripada senapan biasa. Kalian tak akan mengerti meski dijelaskan, jadi tak perlu dirinci di sini. Saya menamainya Mark Tipe Satu Mesin Senapan Berat. Sekarang saya akan mendemonstrasikannya langsung.”
Saat ia duduk di belakang senjata api dan menekan pelatuk di bagian ekor, Kapak Besi hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya!
Kilatan api terus-menerus menyembur dari moncong senjata, aliran udara yang disemburkan mengangkat tumpukan salju. Peluru seolah ditarik oleh sesuatu, berdesakan masuk ke badan senjata. Di sisi lain, selongsong peluru berasap terlontar satu per satu dengan cepat. Dalam sekejap, puluhan selongsong sudah berserakan di tanah!
Meski hanya satu senjata yang menembak, gaungnya melebihi tembakan beruntun dari satu regu pasukan senjata api. Dentuman tembakan menyatu menjadi satu rentetan tanpa celah. Sang Pangeran tidak membidik target jauh, melainkan mengarahkannya ke hamparan salju di depan. Peluru-peluru yang rapat membentuk pilar-pilar salju. Seluruh permukaan tanah seakan mendidih - sebelum satu pilar salju menyentuh tanah, pilar berikutnya sudah melesat ke udara. Seolah peluru-peluru itu menenun jaring kematian di area tersebut, menghancurkan berkeping-keping siapa pun yang berani menerobos.
“Ini... benar-benar luar biasa,” gumam Kepala Ksatria.
Bukan hanya Carter, Kapak Besi menyapu pandangan ke anggota tim lainnya. Kecuali Yang Mulia Nightingale yang selalu menjaga Roland yang ekspresinya tak banyak berubah, para penyihir perempuan lainnya terlihat tertegun tak berkutik. Sementara abu, perempuan berambut hitam pembawa pedang raksasa itu, ekspresinya jauh lebih kompleks - tercampur keterkejutan, kebingungan sesaat, dan kesenduan.
Kapak Besi tak bisa menahan rasa empati. Keberhasilannya menjadi kepala pengawal Klan Ausha berasal dari latihan panah dan teknik pisau sejak kecil. Para pendekar berbakat yang tak terkalahkan dalam pertarungan klan pun menjadi target perekrutan para kepala klan. Namun secepat apapun refleks, selincah apapun gerakan, takkan bisa menghindari peluru yang tak terlihat. Bahkan kelemahan senjata api yang perlu isi ulang peluru telah hilang di hadapan Mark I. Bisa dibayangkan, jika Angkatan Darat Pertama dilengkapi 10-20 senapan mesin berat, teknik pertarungan mematikan musuh yang dilatih puluhan tahun akan menjadi lelucon.
Perasaan ini pastilah tidak menyenangkan.
……Untungnya ia telah menemukan jalan baru.
……
Yezi bergerak lincah di antara cabang-cabang, mengusir makhluk jahat yang memasuki Hutan Persembunyian menuju arah tembok kota.
Saat ini area yang bisa ia kendalikan sudah mendekati ukuran kota kecil. Tanaman-tanaman ini berfungsi sebagai mata dan anggota tubuhnya, tidak hanya bisa tumbuh sesuai keinginannya, tetapi juga membangun garis pertahanan melawan orang asing. Namun Yang Mulia terus menekankan bahwa tidak perlu dia yang menghadapi musuh secara langsung. Jika bertemu makhluk jahat atau iblis yang kuat, cukup beri tahu pasukan penjaga kota. Khususnya yang terakhir - jika sampai terdeteksi keanehan dan menyebabkan iblis menghancurkan seluruh hutan, kerugiannya justru lebih besar. Kedepannya masih harus mengandalkan dia untuk memberikan peringatan dini, apalagi persediaan hutan yang bisa disesuaikan sesuai kebutuhan juga merupakan kekayaan yang sangat berharga.
Untuk itu, Yezi membuka sebidang tanah lapang kosong di dekat kota kecil, berencana mulai menanam gandum 'Golden One' baru setelah Xie Yue berakhir. Kali ini dengan Hati Hutan menyediakan sumber energi sihir, bulir gandum untuk bibit bisa tumbuh hampir tanpa henti. Bahkan jika disediakan untuk semua petani di Wilayah Barat pun tidak masalah.
Tiba-tiba dia merasakan sekelompok serigala hibrida memasuki tepi hutan lebat.
Yezi segera mengarahkan tatapannya ke para penyusup ini. Delapan makhluk jahat kekar terlihat sedang kabur ke dalam hutan. Saat dia hendak menggunakan kurir terbang untuk memberi tahu Angkatan Darat Pertama dan mengusir mereka kembali ke tembok kota, tiba-tiba mencium sesuatu yang tidak beres.
Mereka sama sekali kehilangan sifat jahat seperti biasanya, seolah diusir oleh sesuatu yang membuat mereka panik melarikan diri. Ranting-ranting dan tanaman rambat yang terus menjulur pun tidak bisa menghalangi langkah mereka yang berlari kencang.
“Masa……Iblis datang lagi？”
Yezi mengerutkan alis, tepat saat dia hendak memperluas pandangannya, kehangatan samar terasa di atas kepalanya.
Dia mengangkat kepala dengan cepat, melihat langit gelap yang dipenuhi awan retak-retak, cahaya keemasan menembus celah awan dan menyinari Bumi Wilayah Barat yang putih——
……
“Bagaimana penanganan tempat ini？” Tili menunjuk rumus di buku.
“Hmm…Di sini seharusnya substitusikan Rumus IV, gabungkan menjadi persamaan baru, lalu diferensialkan untuk mendapatkan formula di buku ini.” Anna menuliskan proses derivasi di kertas rumput dengan cepat, “Secara garis besar seperti ini.”
“Oh begitu,” Tili bertepuk tangan, “Jika mengambil kuantitas ini, hasilnya harus mendekati 1.”
“Kamu benar-benar hebat, bisa menghitung cepat hasil ini.” Anna memuji.
“Hehe,” Putri Kelima tersipu malu, “Ini kan kemampuanku…Kamu yang sebenarnya hebat, bisa cepat menguasai bahan ajar baru yang dia susun.”
Anna menunjukkan senyum lembut——senyuman ini hanya muncul saat menyebut Roland Wimbledon.
Setiap kali tiba momen seperti ini, Tili tak bisa menahan perasaan haru dalam hatinya. Entah Roland masih Pangeran Keempat yang dulu atau bukan, selama Anna yang polos dan baik hati begitu menyukainya, mustahil dia adalah makhluk jahat. Faktanya, semakin lama berinteraksi dengannya, semakin terasa daya tarik uniknya - Roland berbeda seperti pendatang dari langit, tak cocok dengan bangsawan mana pun di dunia ini, tapi justru memberi rasa aman yang tak terduga. Memandang langit kelabu di balik jendela, Tili bahkan kadang diam-diam berharap bulan jahat bisa terus berlanjut. Saat dia sudah menguasai semua pengetahuan darinya, meski Roland bungkam, bukankah dia akhirnya bisa benar-benar memahaminya?
Menggelengkan kepala untuk menyatukan pikiran, tepat saat dia hendak mengajukan pertanyaan berikutnya, posisi halaman yang ditunjuk jarinya tiba-tiba menjadi terang.
Keduanya serentak menoleh ke jendela. Langit yang sebelumnya masih berhamburan salju kini memancarkan cahaya tipis-tipis. Sinar matahari yang lama tak terlihat menyepuh awan dengan pinggiran emas. Warga kota kecil yang sedang sibuk bekerja pun menyadari perubahan ini, semakin banyak orang yang berbondong-bondong ke jalan, mulai bersorak gembira.
Tili memandang langit dengan perasaan campur aduk—
……
Dentuman senjata mereda. Di kaki Yang Mulia Pangeran bertumpuk selongsong peluru. Laras senjata mengeluarkan uap putih, bahkan terlihat semburat merah gelap di ujungnya.
"Suasana sunyi senyap, tak ada yang berpendapat, juga tak perlu memberi penilaian - dari ekspresi wajah semua orang, terlihat jelas guncangan yang dibawa senjata baru ini."
Kapak Besi tak lagi bisa menahan gejolak semangat di hati, berlutut dengan cara khas orang pasir.
"Dunia ini milik Yang Mulia sekarang, Yang Mulia Pangeran."
Inilah jalan baru yang ia temukan - mengikuti Yang Mulia Roland, memimpin Angkatan Darat Pertama yang dilengkapi senjata api mutakhir, membuka wilayah baru untuknya.
Sebuah tangan menyodorkan diri di depan Kapak Besi.
Setelah mengangkatnya berdiri, Yang Mulia Pangeran tak terlihat semegah yang ia bayangkan. Sang Pangeran menatap ke arah pegunungan terjepit, bertanya dengan suara berat: "Tapi musuh sejati kita... adalah Iblis."
Meski demikian, hamba akan tetap berjuang untuk Yang Mulia. Kata-kata itu belum sempat terucap dari mulut Kapak Besi ketika cahaya menyilaukan tiba-tiba membelah langit, menghunjam ke bumi. Penyihir perempuan di belakangnya berteriak kagum, Roland pun mendongak dengan senyum keanehan. Cahaya semakin banyak, segera menjadi terlalu terang untuk dilihat langsung. Awan gelap sirna bagai salju diterpa api berkobar, sinar matahari kembali muncul di hadapan yang lain.
Bulan Iblis telah berakhir.
