“Kapal datang.”
Di ujung garis horizon laut keabu-abuan muncul sebuah layar penuh angin. Tidak ada kapal dagang lain yang melintas di sini, jadi pastilah itu kapal dari Pulau Tertidur.
“Hmm.” Tili menjawab lembut, suaranya bercampur dengan desiran air laut di beting, terdengar samar-samar. Karena posisinya membelakangi Roland, ekspresi wajahnya tak terlihat.
“Harus pergi,” nada suara Andrea terdapat kerinduan, “Aku cukup menyukai wilayahmu. Entah apakah di Pulau Tertidur nanti aku bisa membuat roti es krim selezat di sini.”
Selain senapan bolt-action yang dijanjikan, Roland juga memberikan formula es krim padanya, “Selama ada telur dan susu, rasanya pasti tidak akan buruk. Saat kau mengunjungi Perbatasan Kota... maksudku Kota Tanpa Musim Dingin, akan ada makanan lebih lezat di sini.”
“Lebih enak dari es krim?” Andrea menahan rambut emasnya yang tertiup angin, tersenyum, “Pangeran tak boleh menipu. Aku akan mengingat janjimu.”
“Kalau berat hati meninggalkan, tinggal saja di sini,” Abu mengangkat tangan, “Yang Mulia Tili pasti tak keberatan kehilangan seorang pelahap di sisinya - di Pulau Tertidur kau tak bisa makan seenaknya.”
“Oh, benarkah? Setelah kembali, es krim tidak akan ada bagianmu,” Andrea melotot padanya, “Kau bisa makan ikan kering asin setiap hari dan minum sup ikan amis saja!”
Saat duo ini bertengkar mulut seperti biasa, kapal layar perlahan mendekati tepi pantai. Dari panji merah muda yang berkibar di ujung tiang layar, terlihat bahwa yang datang adalah Qiao Mei Ren.
Sha Wei memanggil tameng tak kasat mata, bolak-balik antara beting dan kapal layar, sedikit demi sedikit memindahkan buku-buku kuno dan logistik yang akan dibawa ke Fjord ke atas kapal. Terakhir diangkut adalah trio pemain kartu dan Putri Kelima. Tepat saat Tili melangkah naik ke tameng, Roland memanggilnya.
“......Ada apa?” Dia menolehkan kepala, mata memancarkan emosi yang kompleks.
Roland tidak ahli dalam menghadapi perpisahan. Memanggil namanya hanyalah tindakan refleks. Akhirnya dia menarik napas dalam-dalam dan berseru, “Jika ada masalah di Pulau Tertidur, beritahu aku kapan saja! Aku akan mencari cara untuk menyelesaikannya. Selain itu, Kota Tanpa Musim Dingin selalu menyambut kedatanganmu!”
“......” Tili tersenyum tipis setelah beberapa saat, “Terima kasih, kau juga begitu.”
“Selamat tinggal, semuanya.” Andrea dan Sha Wei melambaikan tangan.
Abu tidak berkata-kata, tapi ikut melambaikan tangan bersama mereka berdua.
Setelah berpamitan dengan para penyihir perempuan, tameng yang membawa empat orang itu meluncur cepat ke arah Qiao Mei Ren.
“Ada apa, berat untuk berpisah?” Suara Nightingale terdengar dari belakang.
“Hanya sedikit penyesalan saja, lebih dari tiga ratus penyihir perempuan… Betapa baiknya jika semuanya bisa pindah ke Wilayah Barat.” Roland pura-pura santai.
“Ya, dosamu akan semakin menumpuk kalau begitu,” Nightingale memelototinya.
“Ah… dosa?” Roland tertegun.
“Kenapa, bukankah kehidupan di sini lebih baik daripada di Pulau Tertidur?” Anna juga tampak bingung.
“Kalian tetap tak akan mengerti meski dijelaskan,” dia berbalik dan langsung berjalan menuju balon udara, “Inilah yang paling menyebalkan.”
Memandang siluet tubuhnya, Roland menghela napas lega. Setelah menghilang dua hari, Nightingale sepertinya kembali ke kondisi sebelumnya, membuatnya akhirnya merasa tenang.
“Kita juga kembali saja, masih banyak hal yang harus dikerjakan selanjutnya,” Wendy tersenyum.
“Hmm.” Roland dan Anna saling tersenyum, menggenggam tangan satu sama lain, berjalan bersama menuju Vista.
……
Kembali ke kantor, Roland membentangkan buku catatan dan mulai mempertimbangkan jalur pengembangan wilayah di tahun baru.
Saat ini yang paling penting jelas dua hal.
Pertama adalah menggulingkan Tifico dari takhta untuk mencegahnya terus mengkonsumsi potensi tersembunyi kerajaan dengan pil eliksir gereja, sekaligus memperluas reputasinya secara signifikan sebagai persiapan menyatukan Greycastle.
Kedua adalah secepatnya mencerna Benteng Longsong agar wilayah Greycastle segera masuk ke jalur ortodoks.
Mengenai yang pertama, dia telah berdiskusi berkali-kali dengan Kapak Besi, Carter, dan Tasa yang jauh di ibu kota kerajaan, memutuskan untuk meluncurkan Serangan musim semi pada akhir April, yaitu akhir bulan ini. Saat itu adalah masa ketika sebagian besar kota mulai membajak dan menanam. Angkatan Darat Pertama yang profesional tidak akan terpengaruh oleh musim tanam, namun berbeda dengan bangsawan tradisional. Saat itu, banyak penduduk akan terikat di tanah, tak ada yang mau mengambil risiko kelaparan di masa depan dengan memulai perang. Jika pasukan besar tiba-tiba muncul di pinggiran ibu kota kerajaan, mereka sepenuhnya bisa mengejutkan lawan.
Saat ini pabrik mesin uap, pabrik peluru, dan gubuk kapal semen semuanya bekerja lembur memproduksi logistik perang. Pekerjaan logistik juga berjalan dengan kecepatan penuh. Balai Kota sekarang memiliki pasukan yang cukup, dan ini bukan pertama kalinya Angkatan Darat Pertama majulah bertempur. Baik dalam hal persiapan barang maupun skema distribusi, kedua belah pihak sudah paham. Roland tidak terlalu khawatir tentang ini.
Oleh karena itu, fokus pekerjaan seharusnya pada penyerapan sumber daya benteng.
Memikirkan ini, Roland memanggil Manajer Barov ke kantornya.
"Apakah industri di Benteng Longsong dan wilayah sekitarnya sudah diinventarisasi?"
Dia mengeluarkan buku catatan kecil yang selalu dibawanya, "Semua ada di sini Yang Mulia. Pendapatan benteng terutama berasal dari pertambangan dan produksi garam. Khususnya yang pertama - di sebelah barat Benteng Longsong, dekat Pegunungan Jurang, terdapat tambang permata berkualitas tinggi. Produksinya sebelumnya menyumbang lebih dari setengah pendapatan benteng."
“Tambang permata?” Roland tidak terlalu tertarik dengan barang mewah seperti itu, “Bukannya Tambang Lereng Utara juga menghasilkan batu permata mentah? Kenapa saat aku datang kota kecil itu masih sangat miskin?”
“Berbeda, Yang Mulia,” Balov menggesekkan tangannya, “Permata dari Tambang Lereng Utara muncul bersama urat mineral lain, jumlahnya sangat sedikit, dan setelah dipotong belum tentu bisa menjadi bahan baku perhiasan. Tapi tambang permata di benteng berbeda, tebing batunya dipenuhi batu-batu berwarna-warni. Cukup dengan mengetuk sembarangan kita bisa mendapatkan batu lima warna berkualitas tinggi yang bisa dijual seharga beberapa puluh keping naga emas di ibu kota kerajaan. Produksi dan kualitasnya jauh melebihi Tambang Lereng Utara.”
“Batu lima warna?” Dia penasaran, “Seperti apa bentuknya?”
“Terlihat agak transparan, tidak memiliki warna tetap. Di bawah sinar matahari, bisa memantulkan cahaya berbeda, berubah dari hijau muda ke jingga kemerahan. Setelah dipotong, bahkan bisa menampilkan berbagai warna sekaligus dalam satu permata. Dibandingkan safir atau rubi biasa, ia lebih mirip kristalisasi matahari.” Balov berhenti sejenak, “Batu lima warna Greycastle, kristal es Musim Dingin Abadi, dan batu berpendar fajar adalah perhiasan paling dicari di kalangan bangsawan.”
Kedengarannya cukup megah, pikir Roland. Nanti bisa digunakan untuk membuat cincin bagi Anna. Tapi untuk pembangunan kesejahteraan rakyat, tambang permata kurang berarti. “Ada sumber daya mineral lain?”
“Keluarga Maple Leaf dan Keluarga Wildrose masing-masing memiliki satu tambang bijih besi,” kata Barov, “Skalanya tidak sebesar Tambang Lereng Utara.”
Sedangkan wilayah kedua keluarga ini berbatasan langsung dengan pegunungan terjepit—tampaknya pegunungan yang membentang di Empat Kerajaan ini benar-benar merupakan harta karun, pikir Roland. Mungkin perlu membawa Sylvie untuk menyisir kaki gunung, memetakan cadangan bijih Kota Tanpa Musim Dingin. Bagaimanapun juga, dalam produksi industri, baja merepresentasikan kekuatan fisik.
