Kapal Qiao Mei Ren perlahan mendekati dermaga. Tili keluar dari palka dan melihat dermaga sudah dipenuhi penyihir perempuan yang menyambut.
"Nyonya Tili, Yang Mulia akhirnya kembali!" Moriel menggunakan bantuan pelayan magis, menjadi yang pertama menerjang ke depan.
"Ah, licik sekali!" Mitang berteriak.
"Benar! Polanya mana? Cepat buka pintu biar kami juga bisa lewat!" Shadow ikut berteriak.
"Sudah cukup! Kemampuanku bukan untuk kalian ganggu Nyonya Tili!"
“Di antara kerumunan tiba-tiba meledakkan tawa riang-gembira. Memandang ekspresi wajah yang berseri-seri dari yang lain, Tili merasakan depresi di hatinya selama beberapa hari ini mulai sirna.”
“Bagaimanapun, inilah masih rumah kami. Sebuah kerajaan yang dibangun oleh para penyihir perempuan.”
“Menapaki dermaga, Camira Dery menyambut, 'Yang Mulia perginya benar-benar lama. Saya sempat khawatir Yang Mulia takkan kembali.'”
“'Masa sih,' Tili tertawa, 'Saya hanya tak menyangka Bulan Iblis kali ini akan berlangsung begitu lama. Bagaimana, Pulau Tertidur masih baik?'”
“'Tentu saja. Karena Yang Mulia mempercayakannya pada saya, saya natural tak akan mengecewakan harapan Yang Mulia,' Camira mengusap dada, 'Secara keseluruhan segala situasi mencurigakan mulai membaik. Membuka 「Sihir Tertidur」 memang rencana yang bagus. Penjelasan detail akan saya laporkan nanti, tapi masa kini... lebih baik saya serahkan Yang Mulia pada semua penyihir perempuan,' dia mengedipkan mata, 'Kalau tidak saya bisa ditelan hidup-hiduk oleh mereka.'”
“Sebagai bangsawan besar berlatarbelakang ibu kota kerajaan, Camira sangat ahli dalam mengurus urusan administratif. Dia juga pelaksana utama dalam aksi pengumpulan penyihir perempuan oleh Tili. Berkat keberadaannya, Tili berani meninggalkan Fjord dalam waktu lama untuk menyelidiki Wilayah Barat kerajaan.”
“Dia menggelengkan kepala pasrah, melewati 'kepala pelayan Pulau Tertidur'. Baru saja mengangkat tangan ke yang lain, langsung dikepung lapisan bertubi-tubi oleh para penyihir perempuan yang berhamburan.”
“'Yang Mulia, apa sudah bertemu Kakak? Bagaimana sikapnya pada Yang Mulia?'”
“'Katanya ada jaringan penyihir perempuan di kota kecil. Apakah mereka akan datang hidup bersama kita?'”
“Apakah rakyat di kota kecil terpencil itu benar-benar tidak kekurangan makan-minum, dan semua tinggal di kamar pengantin baru?”
“Yang Mulia sudah kembali dengan selamat, kami semua sangat merindukan Yang Mulia.”
Tili menjawab satu per satu pertanyaan dan perhatian yang lain, sampai Sha Wei terbang ke dermaga membawa tumpukan buku-buku kuno, barulah perhatian semua orang beralih pada "harta tak ternilai" ini.
“Apa ini?” tanya seseorang penasaran.
“Dokumen dari peninggalan terakhir zaman kuno?”
“Tidak mungkin, halamannya masih baru. Secara garis besar ini pasti cerita legenda?”
“Atau naskah teater? Sejujurnya, sudah lama aku tidak menonton drama.”
“Ah... Tapi bagaimana kalau aku tidak bisa baca tulis?”
Tili bertepuk tangan membuat semua orang tenang sementara, “Ini hadiah dari Yang Mulia Roland Wimbledon untuk kalian – termasuk panduan baca tulis, matematika dasar, dan prinsip natural! Singkatnya, ini adalah pengetahuan!”
“Pen...getahuan?”
Kebanyakan penyihir perempuan tampak bingung sesaat, hanya beberapa Bangsawan penyihir termasuk Kamila yang ekspresi wajahnya terkejut, “Apakah Yang Mulia ingin mengajarkan ilmu pada kami?”
Tili mengangguk, “Ini juga satu-satunya jalan pintas untuk meningkatkan kemampuan diri kita sendiri.”
Roland pernah menyebutkan, pendidikan universal bukanlah hal yang mudah diwujudkan. Ini membutuhkan investasi besar uang dan waktu - ketika orang meletakkan pekerjaan mereka, membentangkan buku untuk belajar membaca dan menulis, itu berarti wilayah kehilangan sebagian tenaga kerja sementara. Selain itu, mendorong mereka belajar aktif juga membutuhkan dukungan finansial, ditambah gaji guru dan pembangunan sekolah, totalnya bukan angka kecil. Yang terpenting, ini bukan seperti bisnis yang langsung menunjukkan efek, perlu diimplementasikan secara konsisten oleh penguasa.
Tapi perubahan yang dibawanya sangat mengesankan, baik bagi rakyat biasa maupun penyihir perempuan. Tili telah menyaksikan ini di Perbatasan Kota. Sebelum pergi ke Wilayah Barat, dia tak pernah membayangkan rakyat biasa bisa memancarkan vitalitas dan semangat hidup seperti itu.
Setelah kembali ke Istana, saat dia bersiap mengatur rencana pendidikan mengikuti metode Book Scroll, abu mengetuk pintu, "Thunder ingin bertemu Anda."
"Ha, lama tak berjumpa, Yang Mulia Tili," Yiran masih dengan gaya lamanya, senyum cerah dan ramah, "Bagaimana, perjalanan ke Wilayah Barat telah menyelesaikan kegelisahan hati Yang Mulia?"
"Sejujurnya, aku tak menemukan jawaban," Tili menggelengkan kepala sambil tersenyum, "Dia tetap menyimpan rahasia. Tapi dalam situasi sekarang, hal-hal ini justru menjadi kurang penting... Ngomong-ngomong, apa kau tahu tentang Iblis?"
“Monster yang muncul dari neraka?” Thunder mengangkat alis, “Sering kudengar dalam epik dan legenda, ksatria pemberani maju dengan tombak berlumuran darah naga untuk membunuh musuh mengerikan nan kejam ini.”
“Kali ini, mereka bukan lagi musuh di buku.” Dia menghela napas.
“Hmm... Apa maksudnya?”
“Aku tak tahu pasti apakah naga itu ada, tapi iblis - mereka nyata,” Tili menjelaskan secara singkat tentang Persatuan Penyihir Perempuan dan Perang Makna Ilahi, “Posisi Empat Kerajaan hanyalah bekas wilayah liar masa lalu. Kalah sekali lagi, manusia tak punya tempat mundur.”
“Benarkah?!” Thunder terdiam sampai penjelasan selesai, “Reruntuhan di mana-mana ternyata karya penyihir perempuan, dan Greycastle malah menemukan penyihir purba dari 400 tahun lalu? Ini... Sungguh tak terbayangkan! Hasil perjalananmu ini melebihi semua rahasia yang kudapat seumur hidupku!”
Tili tertegun sebentar, “Tidak takut?”
“Takut? Tentu ada...” Matanya berbinar, “Tapi dibanding keinginan membara untuk eksplorasi, rasa takut itu tak berarti! Sial, aku ingin langsung ke Greycastle menemui reruntuhan hidup itu!”
Putri Kelima tersenyum getir. Tujuan utama ke Wilayah Barat adalah menemui Agatha, bukan putrinya sendiri. Ia bingung harus bersedih atau gembira untuk Lightning.
“Jika bukan karena pengalaman berlayar kali ini, gelar penjelajah terhebat Fjord mungkin harus kuserahkan padamu,” Thunder menghela napas panjang lalu berkata, “Tapi... aku juga menemukan sesuatu yang sangat luar biasa.”
“Silakan lanjutkan.”
“Aku kembali mengarungi timur「Garis Laut」.”
“Garis Laut?” Tili mengerutkan kening, “Apa itu?”
“Ah, lupa Yang Mulia masih di Perbatasan Kota saat aku kembali terakhir kali.” Dia mengusap tengkuknya, “Itu adalah tebing raksasa dari air laut yang membagi permukaan laut menjadi dua bidang, tapi kapal bisa melaluinya dengan bebas seperti... laba-laba yang merayap di tembok.”
“Apa, itu tidak mungkin!”
“Reaksiku sama seperti Yang Mulia saat pertama kali melihatnya, tapi Garis Laut memang ada.” Thunder berkata dengan penuh kepuasan, “Yang lebih tak terbayangkan, saat mengemudikan Kapal Keberanian melewati Garis Laut, aku secara kebetulan menyaksikan seluruh proses pasang - tanpa melihat langsung, mustahil membayangkan betapa megahnya pemandangan saat itu. Aliran air laut semakin cepat, akhirnya terjun seperti jatuh dari tebing ke dataran rendah. Jika bukan karena pelayan Moriel yang melindungi kapal, mungkin Kapal Keberanian sudah patah di tengah-tengah saat itu juga!”
"Saya memutar roda kemudi, mengarahkan haluan kapal lurus ke arah aliran air laut yang deras. Ditambah angin kencang yang sedang bertiup saat itu, kedua faktor ini justru mempertahankan keseimbangan yang sangat presisi. Kapal Keberanian tidak bisa maju selangkah pun, namun juga tidak terseret arus jatuh dari tebing." Ia menarik napas dalam-dalam seolah merasakan kembali sensasi saat itu, "Tentu saja, garis air itu bukan tebing sesungguhnya. Kita semua pernah melihat bagaimana air terjun - tirai air yang jatuh vertikal, percikan air yang beterbangan, dan gemuruh tumbukan aliran air. Tapi di sana, selain air laut yang mengalir semakin cepat, tidak ada apa-apa. Saya tahu, bahkan jika Kapal Keberanian terdesak jatuh melewati garis air, prosesnya akan sama seperti saat kita naik - kembali ke sisi medan yang lebih rendah."
"Lalu?" Tili bertanya dengan penuh antusias.
"Lalu Laut Pusaran Konflik terisi penuh - hanya dengan berdiri di atas Garis Laut, kita bisa melihat semua ini dengan jelas," suara Thunder menjadi berbisik, "Demi Tiga Dewa, saya tidak bisa menggambarkan keterkejutan saat itu. Perbedaan ketinggian Garis Laut yang semula puluhan zhang tiba-tiba menyusut menjadi beberapa zhang. Permukaan laut di bawah naik, inilah konteks sesungguhnya dari pasang surut!"
