Nightingale merebah di jendela, mengamati kota di bawah kelam malam melalui kaca.
Bayangan suram berkelindan dalam bayangan malam, mengguratkan siluet tembok ibu kota kerajaan. Di bawah sorotan lampu, tiga lapis tembok menampakkan perbedaan halus - tembok istana terdekat berwarna abu-abu muda, dengan obor damar pinus yang membakar tergantung di dinding menerangi sekelilingnya, sekilas mirip sabuk permata yang bercahaya dan gelap berganti-ganti.
Lebih jauh lagi, tembok kota dalam yang abu-abu kehitaman bagai ular raksasa melingkari kota - bahkan setelah ibu kota beralih tangan, kawasan dalam kota masih memancarkan cahaya gemilang. Ini pertama kalinya Nightingale menyaksikan tempat yang lebih ramai daripada Perbatasan Kota. Perang sengit yang singkat ini nyaris tak berdampak pada bangsawan rendahan dan saudagar kaya. Malam tetaplah momen terbaik bagi mereka untuk berfoya-foya.
Sementara ke arah luar, Bumi tiba-tiba gelap sepenuhnya, seolah semua cahaya terhalang oleh ular panjang di bagian dalam. Tembok kota dari batu hijau kebiruan yang megah seluruhnya tenggelam dalam kegelapan, hanya terlihat titik-titik cahaya redup di puncak tembok kota. Wilayah kota luar seperti kebanyakan kota yang pernah dilihatnya, perlahan terlelap seiring datangnya malam. Dibandingkan dengan area gelap yang luas, cahaya kota dalam terlihat lemah, tapi ini tak mengganggu orang-orang yang terus bernyanyi dan menari... Entah mengapa, Nightingale teringat manusia yang terdesak ke sudut paling pinggir benua. Wilayah Cahaya Harapan yang luas telah ditelan gelap langkah demi langkah, di mana iblis dan makhluk jahat bersembunyi, tapi kebanyakan orang sama sekali tidak menyadarinya, tetap larut dalam sisa-sisa cahaya yang sedikit ini.
"Huh, lelah sekali." Suara Wendy memutus alur pikirannya. Penyihir rambut merah itu menggosok-gosok bahu sambil mendekat, lalu ikut bersandar di ambang jendela bersamanya.
"Mereka sudah tertidur?"
"Iya, habis berlarian seharian, akhirnya capek juga," Wendy menguap lebar, "Aku benar-benar tak tahu dari mana energi mereka. Padahal sudah seharian mengelilingi balon hidrogen, tapi masih minta diceritakan dongeng."
“Kau harus berterima kasih pada Yang Mulia Kaisar,” Nightingale tak kuasa menahan tawa, “Kalau bukan karena hukuman tiga set soal latihan waktu itu, mungkin malam ini mereka malah akan pergi ekspedisi alih-alih mendengarkan cerita.” Ia menoleh sebentar, dari celah balkon ke kamar tidur terlihat Maisie sedang menempel pada Petir, rambut putihnya hampir menutupi seluruh tubuh gadis kecil itu. “Mereka berdua benar-benar cocok.”
Karena kamar di istana Raja lebih lebar dan ditata dengan konsep ruang tamu plus dua kamar tidur, para penyihir yang mengikuti Roland majulah dialokasikan empat orang per kamar. Harus diakui, ini tempat paling megah di seluruh Greycastle, bahkan kamar tamu sekalipun karpet dan alas tidurnya terbuat dari material rajutan terbaik. Beberapa masih bisa Nightingale sebut namanya seperti sutera bulu angsa dan satin, sementara beberapa lainnya bahkan tak bisa ia kenali bahannya.
“Benar,” Wendy juga menunjukkan senyum lembut, “Aku pernah mendengar Nyonya Tili bercerita, dulu Maisie selalu berubah menjadi merpati dan tidur berjongkok di balok atap. Sedikit saja suara akan membuatnya terjaga, dan mempertahankan bentuk transformasi juga demi bisa melarikan diri dari bahaya kapan saja. Sekarang, akhirnya ia bisa tidur dengan damai layaknya gadis biasa.” Ia berhenti sejenak, suaranya terdalam getar haru, “Kita memilih chip yang tepat.”
“Nightingale tidak menjawab……dan juga tidak perlu menjawab. Seluruh penyihir perempuan yang selamat dari Persaudaraan pasti merasakan hal yang sama. Di ambang hidup dan mati, pangeran Perbatasan Kota mengulurkan tangan kepada mereka, bahkan berjanji akan menghadirkan Dunia Baru. Kini, saudari perempuan tak hanya melihat cahaya harapan, bahkan menemukan dunia baru itu hampir dalam jangkauan tentakelmu——saat gunung suci yang dikejar selama 100 tahun akan menjadi realitas, rasa syukur dan pengakuan ini jauh tak bisa diungkapkan dengan kata-kata.
Keduanya diam cukup lama, hingga dentang tengah malam bergema dari kejauhan. Wendy akhirnya membuka mulut kembali, "Kau……ingin kembali melihat?"
"Ke mana?" Nightingale sejenak tak bereaksi.
"Kota Cahaya Perak, rumahmu." Dia menunjuk ke selatan, "Hanya setengah hari perjalanan dari sini. Jika Maisie yang mengantarmu, tak sampai Setengah Jam. Kau……masih punya adik laki-laki di sana, kan?"
Nightingale tak menyangka akan dibahas hal ini. Setelah ragu-ragu sebentar, ia menggelengkan kepala, "Sekarang waktunya mengatur tatanan kota. Musuh potensial ada di mana-mana. Aku tak boleh selangkah pun meninggalkan Yang Mulia Kaisar. Setelah Greycastle tenang, masih banyak kesempatan mengunjungi Kota Cahaya Perak. Tak perlu terburu-buru."
"Kukira kau akan menegaskan sudah memutus hubungan dengan Keluarga Ge Lan, seperti dulu," jawaban ini seolah membuat Wendy lega, "Sepertinya……kau sudah tak membenci adikmu lagi?"
“Jika bukan karena pengkhianatannya, aku tak akan bertemu denganmu, apalagi Yang Mulia Roland.” Nightingale tersenyum, “Bukankah ini ucapanmu yang sering kaukatakan padaku, 「Melepaskan diri dari mimpi buruk masa lalu bukan berarti memutuskan semua ikatan dengan masa lalu」, kini aku memahami kalimat selanjutnya——「Asal kita berusaha menjalani hidup yang lebih utuh dan bermakna dibanding masa lalu, itu sudah cukup.」”
“Hmm… Disusun jadi peribahasa yang cukup bagus,” Wendy mengangkat alisnya, “Tak kusangka pengetahuan sastramu cukup tinggi.”
“Jadi aku tidak akan kabur diam-diam, tidurlah dengan tenang,” Nightingale menggenggam tangannya, “Sudah larut.”
“Hmm,” Keduanya naik ke ranjang besar, Wendy memanggil lapisan angin lembut untuk meniup lilin hingga padam, “Selamat malam.”
“Selamat malam.”
Saat Nightingale memastikan dia telah masuk mimpi, perlahan bangkit dari ranjang dan menyelinap ke kabut, menuju kamar Yang Mulia Roland.
Inilah waktu yang menjadi miliknya.
Kegelapan berpihak padanya.
……
Keesokan hari, Roland mendapatkan kabar baik dan buruk dari Kapak Besi: Kabar baiknya setelah semalam diinterogasi, Pendeta Tertinggi Fei Li akhirnya memuntahkan rencana Hermes yang diam-diam mengganti Raja dan mengeluarkan Dekrit Perebutan Takhta.
Kabar buruknya adalah gereja telah merencanakan perselisihan ini sejak lama untuk melemahkan potensi perang Greycastle, agar mereka bisa cepat menyerbu kerajaan. Faktanya, tujuan mereka telah tercapai sebagian, seperti wilayah tenggara kerajaan... Andai saja aku tak kebetulan menjadi Pangeran Keempat, rencana ini mungkin membuat Greycastle jatuh dalam kemerosotan.
"Kau dengar semuanya," perintahnya pada Tasa di sampingnya, "sebarkan informasi ini, terutama tujuan sebenarnya gereja dan kolaborasi Tifico dengan mereka, selengkap mungkin. Aku ingin seluruh rakyat kota tahu apa yang mereka perbuat."
"Ya."
Roland kemudian menatap Kapak Besi, "Selain itu, kirim satu kapal roda dayung untuk menjemput Barov dan Kemo Steril ke ibu kota kerajaan."
Yang kedua menunjukkan ekspresi kesulitan yang jarang terlihat, "Manajer Besar tidak masalah, tapi ahli alkimia kepala... Apakah dia benar-benar mau meninggalkan laboratorium dan menghabiskan waktu berharganya untuk perjalanan?"
"Aku akan menulis surat untuk Kaemo." Roland menyeringai, _Kemewahan tanpa pulang kampung bagai pakaian mewah di malam gelap_. Secara sederhana, saat keterampilan telah sempurna, tak ada yang menolak untuk memamerkannya. Saat di Kota Chishui, dia selalu bersaing dengan asosiasi alkimia ibu kota. Seperti kata pepatah, sesama profesi adalah musuh. Kini ada kesempatan menghantam harga diri mereka, pasti dia datang.
Ini juga kesempatan emas untuk menggaet semua ahli alkimia ibu kota ke dalam kelompoknya.
