Setelah mendaki belasan lantai sekaligus, saat mengendurkan tenaga, Roland baru menyadari betapa pegal kedua kakinya.
Bangunan kuno ini sama sekali tidak memiliki lift, bahkan dalam mimpi pun ia merasa lega posisinya bukan di lantai tertinggi.
Tak diragukan lagi, semua ini pastilah ulah Jieluo, tapi tidak sepenuhnya Jieluo — karena takkan ada yang membalas dendam dengan cara seperti ini.
Susah payah menciptakan mimpi aneh, satu-satunya fungsi hanyalah membuatku menyaksikan kegagalannya, tidak hanya merenggut ingatan sebagai Penyuci, tapi juga berubah menjadi siswa SMP yang tampak lemah?
Seketika, banyak pikiran jahat muncul di kepala Roland.
Dengan kondisi Jieluo sekarang, apapun yang kulakukan padanya, dia sama sekali tak bisa melawan.
Apakah ini bisa disebut balas dendam?
Hanya bisa dikatakan saat itu Jieluo memang melakukan sesuatu yang menyebabkan ingatan mengalami pembangunan kembali yang tak terbayangkan, tapi hasil akhir yang terbentuk sama sekali bukan yang dia harapkan.
Jika gedung susun berskala besar ini adalah cerminan ingatan Jieluo yang setia, maka itu hanyalah sebuah gedung biasa.
Sedang di kejauhan, gedung-gedung menjulang yang bergelombang dan kendaraan serta pejalan kaki yang tak henti mengalir di jalan, jelas-jelas termasuk dalam ingatannya - sebuah jiwa dari dunia modern.
Fakta bahwa Jieluo dan orang-orang yang diserapnya menyatu ke dalam mimpi ini sebagai manusia modern, membuktikan bahwa rencananya gagal total.
Ini baru kesimpulan yang cukup masuk akal.
Lalu bagaimana dengan dirinya sendiri?
Roland perlahan menuruni tangga sambil merenungkan pertanyaan ini.
Dia bukan bagian dari sini, setidaknya bukan bagian dari Gedung Pecundang ini. Ciri yang paling mencolok adalah, ingatannya masih utuh, tahu bahwa dia berada dalam mimpi, dan bisa pergi kapan saja dari tempat ini.
Tentu saja, selanjutnya dia harus memesan alat jatuh yang lebih praktis. Terakhir kali terguling dari sofa hingga menabrak kepala, kali ini masih terasa nyeri samar-samar, membuktikan tingkat realitas mimpi telah mencapai level palsu yang meyakinkan.
Jika demikian, seberapa jauh keragaman yang bisa dicapainya?
Apakah mencakup segalanya atau hanya berupa cangkang kosong belaka?
……
Roland kembali ke kamar nomor 0825, sekali lagi memeriksa tempat tinggal ini dengan cermat.
Rumah standar tiga kamar satu ruang tamu tanpa balkon. Tiga kamar tersebut adalah kamar tidur Roland, kamar tidur Jieluo, dan satu gudang penyimpanan. Di gudang tersimpan barang-barang besar seperti sepeda kuno tanpa roda gila pengatur kecepatan, mesin jahit, dan pintu besi berkarat yang nilainya bahkan tak seberapa jika dijual ke tukang loak.
Kemudian dia berhenti di depan kamar tidur Jieluo. Di daun pintu tertempel pengumuman mencolok: DILARANG MASUK TANPA IZIN.
Namun peringatan semacam ini di mata Roland bagaikan udara kosong.
Dia tanpa basa-basi membuka pintu kamar, aroma harum samar menyelinap ke hidungnya.
Di ruangan mungil ini, perabotan tertata rapi. Bahkan selimut di ranjang telah dilipat rapi, meja dan lantai yang mengilap bebas debu. Sulit dipercapi ini hasil karya siswa SMP.
Setelah berputar sebentar, tatapan Roland segera tertambat pada buku harian bergambar kartun di sudut meja kerja.
Apa dia punya kebiasaan menulis diary?
Ini kesempatan emas untuk memahami pengalaman masa lalu Jieluo.
Bagi dia, tidak ada tekanan psikologis sama sekali saat mengintip buku harian seorang |Nak dalam |mimpi.
|Roland mengambil buku catatan |merah muda itu, menemukan ada |kunci plastik di sampingnya.
Tapi benda semacam ini sama sekali tidak bisa menghentikannya.
Fungsi pengunci plastik itu murni untuk memberikan |hiburan |di hati anak kecil, sama sekali tidak memiliki fungsi anti-intip. Roland mengambil dua tusuk gigi, |tertancap masuk ke |lubang kunci lalu mengutak-atiknya, beberapa |tusukan kemudian kunci pun terbuka.
Membuka halaman pertama, |tulisan di |kertas itu memang terlihat |kekanak-kanakan, tapi hampir tidak ada noda tinta atau coretan. Jelas saat menulis ini dia cukup |serius.
「16 Februari, karena sekolah pindah lokasi, aku dititipkan di sebuah |keluarga asing. Pemilik rumah bernama |Roland, seorang |Paman yang tidak rapi. Pekerjaannya di |bar, sering tidur siang dan keluar malam, baru pulang subuh, badannya selalu bau |anggur. Aku sangat tidak ingin tinggal di sini, tapi keluarga bilang biaya kosnya paling murah, |bungkusan |makanan juga. Tidak boleh mengeluh lagi, kalau tidak akan dikirim ke desa.」
Latar belakang apa ini? Roland |menahan diri tidak jadi menggeram. Sejak kecil, |jumlah kunjungannya ke bar bisa dihitung jari, apalagi bekerja di sana. Tapi |mimpi memang tempat yang tidak masuk akal, sering menyambung |fragmen-fragmen yang tidak berhubungan, dan saat di dalamnya kita tidak merasa ada |keanehan.
Ingat hal ini, dia pun malas berdebat dengan |mimpi.
「27 Februari, sekolah dimulai. Paman Roland sepertinya kehilangan pekerjaan, terlihat sangat murung. Makan malam berubah menjadi mi instan, yang bahkan kubeli sendiri.」
「2 Maret, belakangan ini uang saku habis untuk membeli mi instan. Ini tidak bisa terus begini. Menurut majalah, usia dua belas tahun adalah masa penting untuk pertumbuhan kesehatan. Harus menjamin nutrisi yang cukup. Aku harus bernegosiasi dengan paman. Jika dipukul, ya... kutahan saja. Aku tidak mau pindah ke desa.」
「3 Maret, dia menyetujui proposalku, bagus! Setiap bulan dia akan memberiku sebagian uang hidup untuk membeli bahan makanan segar. Tapi selama aku tidak di sekolah, tiga kali makan harus kusiapkan sendiri. Sebenarnya siapa yang merawat siapa? Menurutku dia seharusnya memberiku tambahan gaji. Tapi sudahlah, di rumah juga sering melakukan ini, sudah terbiasa.」
「8 Juni, tiga bulan setelah pindah ke Kota Baru, perlahan mulai beradaptasi. Aku punya banyak teman, nilai terbaik di kelas. Meski Paman Roland sangat berantakan dan tidak rapi, sebenarnya dia bukan penjahat, setidaknya tidak pernah memukulku. Sayangnya dia masih belum dapat kerja, sepertinya hampir menyerah. Ini fenomena yang tidak baik. Hanya mengandalkan uang kiriman dari keluarga, tidak bisa menghidupi kami berdua. Aku harus mencari cara membantunya.」
「22 Juni, Hmm... Cari uang susah sekali. Gambar kartun yang kujual ke teman sekelas bimbel cuma dapat untung lima belas yuan, nggak cukup buat belanja dua hari. Ngomong-ngomong, akhir-akhir ini sikapku ke Paman terlalu santai ya? Dia kan Yang Mulia, rasanya agak kurang sopan, tapi aku selalu tak bisa mengendalikan. Apa ini masa pemberontakan?」
「25 Juni, Astaga, hari ini bikin mati ketakutan! Begitu masuk langsung liat Paman Roland jatuh dari kursi, untung ada sofa di bawahnya. Ngapain dia naikin kursi setinggi itu? Mau bunuh diri? Bikin kesel aja, kalau sampe luka-luka kan makin susah cari kerja? Ah, besok tanya saja apa yang terjadi.」
Mengabaikan detail yang tidak relevan, Roland hanya butuh setengah jam untuk menghabiskan seluruh isi diary, dan mulai memahami alasan Jieluo tinggal serumah dengannya.
Mimpi sepertinya menciptakan latar belakang identitas modern untuk semua orang. Konstruksi yang sangat rumit ini mustahil dikerjakan oleh satu otak saja, pantas saja setelah duel jiwa selesai dia koma hampir dua bulan.
Saat mengunci dan mengembalikan diary ke tempat semula, Roland tiba-tiba tertegun.
Di samping meja kerja ternyata bertumpuk beberapa buku, sepertinya bahan ajar si Nak.
Ia menelan ludah, lalu menarik semua buku pelajaran itu ke hadapannya.
Buku pertama Bahasa Mandarin, kedua Pendidikan Karakter. Saat membuka buku ketiga, napasnya mendadak tersengal.
Itu adalah buku pelajaran Huaxue yang digunakan oleh siswa chuunibyou.
Isinya sangat sederhana, bahkan aksara yang digunakan sedikit, sebagian besar adalah ilustrasi. Sekilas mirip dengan seratus ribu 'mengapa', tapi saat Roland membuka halaman terakhir, selembar kertas panjang yang dilipat beberapa kali jatuh keluar.
Setelah membentangkannya, Tabel Periodik Unsur-Unsur yang utuh muncul di depannya.
