……
Saat kedua orang itu pergi, Abu yang mengikuti Putri Kelima tiba-tiba menghentikan langkah, lalu berbalik berkata, "Aku berhutang permintaan maaf pada Yang Mulia Kaisar."
Ini pertama kalinya Roland mendengar dia menggunakan bahasa hormat pada dirinya, "Tidak apa-apa, kejadian-kejadian di istana Raja itu sebenarnya juga..."
"Kita semua tahu itu bukan diri Yang Mulia," Abu menggelengkan kepala, "Orang seperti itu tidak mungkin memimpin kami melawan gereja, juga tidak mungkin memberikan kebebasan dan kepercayaan penuh pada para penyihir. Aku minta maaf, baru setelah Yang Mulia mengalahkan gereja aku mempercayai hal ini." Dia berhenti sejenak, "Setiap penyihir perempuan akan mengingat segala yang telah Yang Mulia lakukan. Dan Yang Mulia juga lebih pantas menjadi Kakak dari Nyonya Tili dibandingkan dia."
Fakta bahwa Abu bisa mengucapkan kata-kata seperti ini membuktikan bahwa Tili sendiri pun berpikir demikian. Hasilnya sampai akhir merekapun tidak percaya bahwa dirinya adalah Pangeran Keempat... Roland tersenyum getir sesaat, tapi apakah ini bisa dianggap sebagai sistem pengakuan yang unik?
Memandang adik perempuan yang tersenyum di belakangnya, tiba-tiba hatinya memahami sesuatu.
Penyihir perempuan itu menepuk dada dengan tangan kanan, sedikit membungkuk. Ekor kuda hitamnya terjuntai di bahu, pupil keemasan-nya bagai bintang-bintang yang berkilau di senja.
"Pembawa Abu memberikan penghormatan pada Yang Mulia Kaisar."
……
Tiga hari kemudian, Andrea akhirnya menanti jamuan perpisahan yang sudah lama dinantinya.
Bukan kepergian yang dinanti, melainkan makanan baru yang dijanjikan Yang Mulia Kaisar.
"Sejak perpisahan terakhir, dia tak bisa melupakan sesuatu yang disebut Yang Mulia Kaisar lebih enak dari es krim. Kedatangannya kali ini dipenuhi harapan besar. Namun karena pertempuran melawan gereja sangat krusial, dia malu mengungkitkannya. Sekarang akhirnya bisa terwujud."
Pesta tidak diadakan di kastil, melainkan di taman belakang yang telah mengalami pembangunan perluasan.
Melewati koridor yang dibentuk pohon zaitun, saat memasuki pusat gravitasi taman, aroma luar biasa sudah menyergap hidung Andrea sebelum melihat makanan. Ikan kristal dari gletser Musim Dingin Abadi? Telur serba rasa dari tebing Hati Serigala? Atau trout pelangi Fjord yang termasyhur? Tidak... semuanya salah. Dia belum pernah mencium bau semenarik ini, bahkan bahan langka sekalipun tak bisa menghasilkan wangi seintens ini.
"Aku tiba-tiba merasa sangat lapar," Sha Wei merengek.
"Kalian di Wilayah Barat selalu hidup seperti ini?" Moriel menjilat bibirnya, "Bikin iri sekali!"
"Aku sendiri jarang menikmatinya," He Feng memeluk Lian dan Evelyn, "Merekalah yang patut kauiri."
"Pesta seperti ini tidak diadakan setiap hari," Cahaya Lilin menjelaskan, "Hidangan penutup manis biasa pun hanya dibuat tiga hari sekali."
"Baru tiga hari..." Moriel menepuk dahinya, "Kurasa kau sedang pamer."
"Lho, tidak kok."
“Hei, jangan sampai air liurmu menetes.” Abu melirik Andrea, meskipun tenggorokannya sendiri terus-menerus mengendus-endus aroma.
Andrea tidak membalas sindiran seperti biasa. Saat ini seluruh perhatiannya tertuju pada beberapa tunggul pohon berbentuk lingkaran yang terpajang di sisi taman.
Sekilas mereka terlihat seperti tumbuh dari dalam tanah, batangnya begitu besar hingga butuh tujuh delapan orang untuk merangkulnya. Di bagian tengahnya, uap panas bergolak seolah ada sesuatu yang membara di dalam.
Saat mendekat, barulah ia menyadari bagian dalam tunggul telah dikosongkan. Di puncaknya terpasang sebuah wajan besi raksasa, aroma harum itu berasal dari kaldu dalam wajan.
Di meja rendah di samping tunggul, berjejer berbagai jenis makanan - meski beragam, semuanya bahan biasa tanpa hidangan mewah. Yang membingungkannya, semua makanan itu masih mentah.
Ini pertama kalinya Andrea melihat sistem jamuan seperti ini. Tak ada pelayan yang lalu-lalang, tanpa kain putih, musik, atau kerumunan orang. Semua orang duduk mengelilingi tunggul pohon, dari sikap mereka sepertinya harus bertarung sendiri.
Tepat seperti dugaannya, setelah semua penyihir perempuan berkumpul, Roland bertepuk tangan mengumumkan dimulainya pesta, "Ini adalah hot pot feast! Caranya mudah, masukkan makanan favoritmu ke wajan, rebus sampai matang lalu santap!"
Musim gugur adalah waktu terbaik untuk menikmati hot pot. Sebagai metode memasak yang sangat dicintai masyarakat, hot pot mudah dipraktikkan dan bisa menghasilkan rasa lezat bahkan dengan bahan vegetarian sederhana. Yang terpenting, hot pot menyentuh Qi gunung - para penikmatnya berkumpul berbagi satu wajan, sistem yang lebih efektif meningkatkan perasaan dibanding pesta makan malam tradisional yang bertele-tele. Sebagai jamuan perpisahan, hot pot juga mampu menghapus kesedihan dan kemuraman di hati yang lain.
Esensi murni hot pot terletak pada kaldu. Teknik masak di era ini sangat monoton, biasanya satu bahan hanya memberi satu rasa, sehingga sangat bergantung pada karakter bahan baku. Roland memerintahkan koki memasukkan berbagai bahan beraroma unik seperti ayam utuh, tulang babi, jamur Bird's Kiss, seafood dan rempah-rempah ke dalam wajan. Kaldu yang dihasilkan memiliki kompleksitas rasa yang jauh melampaui masakan 1-2 bahan biasa.
Meja hot pot bergaya alam semesta ini adalah karya Yezi. Hati Hutan memungkinkan tanaman tumbuh sesuai keinginannya tanpa perlu diproses, membentuk tunggul pohon sesuai kebutuhan Roland. Bagian dalamnya dilapisi material tahan panas. Meski lampu alkohol dinyalakan, meja tidak terbakar. Sebaliknya, suhu dinding dalam perlahan menyebar ke seluruh tunggul. Telapak tangan yang menempel di permukaan meja langsung merasakan kehangatan pemanas.
Saat Andrea memasukkan sepotong daging rebus ke dalam mulutnya, rasa yang murni dan kuat membuatnya tak bisa menahan dengusan.
Puluhan bahan segar menyerbu lidahnya bergantian, ditambah kuah mendidih yang mengalir melalui tenggorokan ke perut. Sensasi ini sangat berbeda dengan roti es krim, namun sama-sama membuat tangan tak bisa berhenti.
Menurut tata krama makan bangsawan, seharusnya menghabiskan isi piring dulu sebelum mengambil hidangan baru. Tapi hidangan baru ciptaan Yang Mulia Kaisar jelas tak bisa dimakan begitu, kalau tidak kita hanya akan melihat orang lain menghabiskan semua lauk.
Saudari-saudari perempuan di meja yang sama juga tak jauh lebih anggun. Atau mungkin cara makan hotpot memang tak cocok dengan kesopanan. Bahkan di depan Nyonya Tili, beberapa piring makanan rebus tersusun rapi, sementara Hui Jin berkali-kali menyodorkan sendok ke hadapannya.
"Rasa asli adalah hakikat sejati makanan... Merebus tanpa bumbu akan menghasilkan kuah yang lebih mendekati cita rasa orisinal. Siapa yang bilang begitu?" Orang Luar Biasa itu meniru nada bicaranya, "Aku ingat seseorang yang menganggap garam murni dan rempah-rempah sebagai cara memasak barbar, dan bangsawan sejati pasti meremehkan hal itu. Kenapa pemandangan yang kulihat berbeda?"
Jika dulu, Andrea mungkin akan membantah atau bahkan merasa Sesak Hati. Tapi sekarang, dia sudah mengerti apa yang paling penting.
Menikmatinya dengan cepat jauh lebih berarti daripada perdebatan sia-sia.
Dia bersikap acuh tak acuh menyapu abu dengan pandangan, tanpa ragu-ragu menyibak sendok lawan, memasukkan irisan daging yang berguling ke atas ke dalam mangkuknya sendiri.
Kali ini, Andrea makan sampai puas.
