“Terima kasih, aku akan berkunjung lagi malam nanti.”
Yorko tertegun tak berkutik memandangi mereka berdua, merasa pasti ada yang keliru – bukankah dialah Duta Besar Greycastle?!
Setelah Otto pergi, sebelum sempat protes, satu kalimat Hill langsung mematikan keluhannya, “Ini juga harapan Yang Mulia.”
Yorko menepuk dahinya, “Kau yakin? Aku mewakili Greycastle. Jika Dewa Fajar mengetahui hal ini, bagaimana jika hubungan kedua negara kembali seperti dulu?”
“Bukan masalah apakah Anpein Moa sempat memperhatikan hal-hal kecil seperti ini, sekalipun ketahuan olehnya, penyihir perempuan tetap lebih penting daripada perjanjian.” Hill berkata dengan sungguh-sungguh, “Faktanya saat memilih budak, anak buah saya sudah diam-diam mengawasi apakah ada penyihir perempuan di antara para pengungsi.”
“Bagaimana hasilnya?”
“Tidak ada yang ditemukan,” ia menggelengkan kepala, “Entah memang tidak ada penyihir di antara pengungsi, atau mereka bersembunyi sangat baik hingga sudah menyatu sepenuhnya dengan penduduk lokal. Pokoknya, jika bisa membawa pulang seorang penyihir untuk Yang Mulia, pasti Anda akan dapat hadiah besar – Anda tahu betapa Yang Mulia Roland menghargai mereka.”
Mendengar ini permintaan teman lama, Yorko akhirnya menyetujui dengan wajah masam.
Sudahlah, anggap saja sebagai pengalaman membuka wawasan, hibur hatinya sendiri. Bahkan Danis tidak memenuhi kualifikasi untuk pergi, ia juga penasaran budak macam apa yang dijual di sana.
Di kala senja, Otto muncul tepat waktu di pintu masuk kediaman.
Yorko mengikutinya naik ke kereta kuda mewah tanpa lambang. Di dalamnya selain karpet bulu tebal, ternyata ada dua rantai yang menggantung dari atap kereta – langsung jelas untuk apa itu.
“Tak kusangka kau punya hobi seperti ini.” Yorko bersiul.
“Hmm… Ini bukan keretaku,” wajah Otto memerah sedikit, “Untuk menghindari kecurigaan sekaligus mengikat mereka, hanya kereta jenis ini yang cocok.”
“Tak perlu menjelaskan, aku mengerti.” Ia penasaran menggesper pengikat pergelangan di bawah rantai, “Setelah urusan ini selesai, bisakah kau pinjamkan kereta ini beberapa hari?”
“Tentu saja bisa, biaya sewa sehari hanya lima puluh keping serigala perak, termasuk kusirnya,” Otto berbaring dengan nyaman setelah memberitahu tujuan pada kusir, “Perjalanannya cukup jauh, kamu bisa istirahat sebentar.”
“Berapa lama?”
“Sekitar setengah jam, di pinggiran lautan cahaya.”
“Berarti hari ini kita tidak bisa pulang?” Yorko terkejut, “Bukankah gerbang kota akan ditutup setelah matahari terbenam sepenuhnya?”
"「Uang gelap」menyediakan akomodasi dan mangsa. Faktanya, semua layanan yang bisa kamu dapatkan di lautan cahaya tersedia di sana."
“Kedengarannya seperti pasar besar.”
“Hampir mirip, satu-satunya perbedaan adalah tempat itu dibangun di bawah tanah,” jelas Otto, “Aku hanya pernah pergi sekali, tidak tahu apakah langkah penawaran sudah berubah. Tapi selama mengikuti panduan penyelenggara, seharusnya tidak ada masalah. Setelah memenangkan penyihir perempuan, kamu tak perlu menunggu acara selesai - langsung ke belakang panggung untuk menjemput, lalu pelayan akan mengatur kamar--”
“Tunggu...” Yorko memandangnya dengan heran, “Kamu tidak ikut masuk?”
“Undangannya hanya satu lembar.”
“Lalu bagaimana dengan uangnya?”
“Undangan hitam ini adalah alat pembayaran,” Otto tersenyum, “Memegangnya berarti mendapat pengakuan dari serikat dagang. Kamu hanya perlu menyebutkan penawaran.”
“Apakah tidak ada batas maksimal?” Yorko membelalakkan matanya.
“Tentu ada... Tapi jauh melampaui harga jual penyihir. Berdasarkan intelijen yang kukumpulkan, beberapa tahun lalu harga penyihir perempuan terjual sekitar seribu keping emas. Sekarang Yang Mulia Kaisar Ampion memerintahkan pembersihan penyihir, harga deal seharusnya lebih murah.”
“Seribu koin naga emas!” Yorko hampir tak percaya, apakah para bangsawan tinggi ini sama sekali tak menghargai uang? Padahal jika menghabiskan waktu di semua tempat hiburan Fengyue terkenal di ibu kota kerajaan, jumlah itu masih terlalu besar! Apakah levelku terlalu rendah sehingga tak pernah menyentuh gaya hidup mewah yang benar-benar menghamburkan uang?
“Selain itu... untuk mendapatkan kepercayaannya, sebaiknya kau jangan menyentuhnya,” Otto batuk-batuk kecil, “Dia bukan budak sungguhan. Jika tidak, mungkin akan timbul masalah selama pengangkutan.”
“Tentu saja aku mengerti itu.” Yorko menghela napas. Itu adalah orang yang ditunjuk langsung oleh Yang Mulia Kaisar, mana berani ia menyentuh sedikitpun.
“Pokoknya, pastikan memakaikan penutup kepala saat keluar. Kita akan berkumpul lagi besok pagi.”
Kereta kuda melesat ke barat setelah melewati gerbang kota, terus melaju hingga cahaya senja kekuningan lenyap ditelan kegelapan malam. Seperti perkiraan Otto, setelah setengah jam perjalanan, mereka akhirnya tiba di tujuan.
Tempat pertemuan itu sekilas tampak seperti perumahan biasa. Pagar tanaman yang miring mengelilingi halaman kosong, di tengahnya berdiri rumah tanah dari lumpur dan tumpukan jerami. Di belakang halaman terhampar sawah gundul—gandum telah dipanen, menyisakan berkas-berkas batang gandum yang diikat seperti tonjolan di permukaan bumi.
Satu-satunya yang mencolok adalah banyaknya obor bergoyang di area persawahan, jelas ada penjaga di sekitar situ.
Selain itu, rumah biasa biasanya tidak memiliki pos pemeriksaan di depan halaman.
Setelah memeriksa undangan, Otto dan penjaga yang menyertai semuanya tertinggal di luar halaman. Yorko mengikuti penuntun memasuki rumah tanah, menuruni tangga kayu di tengah aula ke bawah, melewati lorong sempit yang dipahat secara manual, hingga akhirnya masuk ke dalam gua batu kapur alami.
Lubang gua itu berukuran hampir setengah alun-alun ibu kota kerajaan. Dengan cahaya obor yang berkedip-kedip, dia masih bisa melihat banyak lubang-lubang kecil gelap gulita di kedua sisi, tak diketahui kemana arahnya.
Tanah di dasar gua telah dipoles ulang dan dipasangi ubin yang rata. Hanya stalaktit yang menggantung di atas kepala yang menunjukkan bentuk asli tempat ini. Banyak orang telah berkumpul di sini, sepertinya semua menunggu dimulainya pameran.
Akhirnya Yorko mengerti maksud Otto tentang "tidak terlalu formal". Dari pemandangan ini, benar-benar tak berbeda jauh dengan pertemuan tikus.
"Yang Mulia, silakan ke sini." Penuntun membawanya ke kursi yang ditandai pada surat hitam dan duduk di sampingnya, "Seluruh pameran ini akan saya layani. Jika ada pertanyaan tentang barang dagangan, silakan tanyakan pada saya." Sambil berbicara, lawan bicaranya menempelkan dada ke lengan Yorko. Dalam cahaya redup, dia bisa melihat dagu runcing dan bibir kemerahan di balik topengnya.
"Apakah ini juga bagian dari layanan?" Dia tanpa sungkan menggerakkan siku, "Siapa namamu?"
"Tentu saja, Yang Mulia. Panggil saja saya Nomor Tujuh Puluh Enam." Nafasnya harum seperti anggrek, tapi jawabannya tetap profesional tanpa kacau.
"Baiklah, dia menarik kembali ucapannya sebelumnya, tikus pasti tidak bisa melatih pelayan seperti ini. Jika setiap peserta lelang memiliki seorang pemandu, biaya ini saja sudah cukup membuat orang terkejut."
"Tapi apakah di sini selalu segelap ini?" Yorko menikmati sentuhan lembut di lengannya, mengangkat alis dan bertanya, "Dengan begini sama sekali tidak bisa melihat barang di panggung."
"Yang Mulia akan segera mengetahuinya." Dia tertawa ringan.
Seolah membuktikan kata-kata nomor tujuh puluh enam, suara gesekan logam tiba-tiba bergema di ujung lubang gua, kemudian beberapa rantai besi meluncur ke bawah. Di ujung setiap rantai besi tergantung sebuah batu aneh yang memancarkan cahaya berkali-kali lebih terang dari obor, pada ketikan itu menerangi panggung di depan Yorko dengan jelas.
Suara percakapan di gua batu kapur seketika mereda.
Di bawah sorotan cahaya gemilang yang lembut, obor tampak semakin redup. Seluruh gua batu kapur seolah terjebak dalam kegelapan, hanya panggung yang tetap terang benderang, menjadi fokus tatapan semua orang.
Seorang pria berbaju jubah resmi naik ke panggung, lalu membungkuk hormat kepada hadirin.
"Terima kasih atas kesabarannya, sekarang saya umumkan: Pameran 「Uang Gelap」 resmi dimulai!"
