Yorko akhirnya mengikuti saran Hill. Di bawah semburat cahaya senja yang perlahan memudar, dia pergi meninggalkan lautan cahaya dengan kereta kuda.
Pelayan toko yang mengemudikan kereta semuanya adalah bawahan Hill. Konon mereka dulunya juga anggota sirkus. Setelah beberapa kali mengangkut budak bersama rombongan dagang, mereka sudah penuh keyakinan dengan rute evakuasi. Baru setelah matahari sepenuhnya terbenam, kecepatan iring-iringan kereta mulai melambat. Meski bumi telah diselimuti bayangan malam, mereka tetap bertahan membawa lampu minyak dan terus bergerak selama lebih dari dua jam sebelum akhirnya mendirikan kemah di pedalaman sepi.
Kendaraan-kendaraan membentuk lingkaran mengelilingi api unggun. Lelaki muda yang menyebut diri Badun dengan mahir mengambil air dan memasak bubur. Yanshan si raksasa bertubuh tinggi memberi makan kuda-kuda. Ada juga magus yang bertugas berjaga-jaga dan berpatroli, serta saudara Qiao yang menggali perangkap sederhana... Alih-alih sirkus, mereka lebih mirip pasukan tentara.
Yorko menyadari dirinya tak perlu melakukan apa-apa. Bubur gandum wangi sudah disodorkan ke tangannya.
Selain itu, ada sepiring daging asin dan sebuah apel.
Akhirnya ia mengerti mengapa Hill memilih mengangkut barang-barang ini.
Dua gerobak penuh bahan makanan. Meski perjalanan memakan waktu satu dua bulan, "barang dagangan" ini cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota.
Tapi bisa secepat ini memuat makanan, apakah sebelumnya dia sudah bersiap-siap melarikan diri dari Kerajaan Fajar? Menurut penjelasan pengawal, dia juga terus menjaga hubungan dengan tikus Selokan. Astaga... Benarkah pria ini cuma pemain sirkus?
Yorko bertekad setelah kembali ke Greycastle, akan menemui teman lamanya untuk menanyakan kebenaran ini.
Para pelayan toko dengan kesadaran sendiri membawa bubur gandum ke perimeter luar gerbong, di sisi api unggun hanya tersisa dia, Nomor Tujuh Puluh Enam, dan empat penyihir perempuan.
"Saya minta maaf atas kata-kata dan tindakan saya sebelumnya," kata Annie dengan sikap terbuka, "Anda memang tidak menyerahkan kami ke Dewa Fajar, tapi saya masih tidak bisa sepenuhnya mempercayai Anda."
"Mengapa?" tanya Amy kebingungan, "Dia tidak terlihat seperti penjahat."
Ucapan "bukan penjahat" itu membuat pipi Yorko sedikit memerah. Ia tak pernah menganggap dirinya orang baik. Untung cahaya api unggun bisa menyamarkan hal ini, "Hmm, mungkin karena Putri Annie masih meragukan kemurnian organisasi penyihir Greycastle?"
"Kemurnian?"
"Misalnya para bangsawan berkuasa yang sering menyembunyikan beberapa penyihir sebagai hiburan—"
"Itu hanya satu aspek," sela Annie, "Selama ada penipuan dan eksploitasi sepihak, baik di Hati Serigala maupun Greycastle, bagi penyihir itu tetap sangkar tanpa perbedaan esensial. Tentu jika organisasi penyihir Greycastle benar seperti klaim Anda, saya akan meminta maaf secara resmi."
"Acuh tak acuh," Yorko mengangkat bahu, "Tugas saya hanya mengantar kalian ke hadapan Yang Mulia Roland. Setelah ini urusanku selesai. Bahkan jika ingin minta maaf, belum tentu kita bertemu lagi."
Suasana lokasi sejenak menjadi kaku, hanya terdengar derakan api unggun yang berisik.
"Kalau biasanya, dia pasti takkan membiarkan percakapan terjebak dalam kebuntuan. Tapi menghadapi para penyihir perempuan ini, benar-benar tak ada semangat. Mereka tak hanya mengacaukan kehidupan tenangnya sebagai duta besar, tapi juga membawa banyak risiko bagi delegasi – bersikap sangat hati-hati memang tidak bisa dikatakan salah, namun ketika yang dicurigai adalah dirinya sendiri, perasaan ini tidak mudah untuk diterima."
Yang akhirnya memecahkan keheningan adalah Nomor Tujuh Puluh Enam.
"Apakah kalian semua berasal dari Kerajaan Hati Serigala?" tanyanya, "Kudengar dari Amy, kalian sudah saling mengenal lama."
Annie mengangguk, "Meski kami tidak lahir di kota yang sama, tapi... tebakanmu benar."
"Hati Serigala sudah ditelan gereja. Kalian kabur sepanjang jalan ke Fajar, pasti mengalami banyak penderitaan," Nomor Tujuh Puluh Enam membungkuk menyentuh ujung celana kosong sang Pahlawan, bertanya dengan suara rendah, "Kakinya juga terluka oleh orang gereja selama kabur?"
Pahlawan menggigit bibirnya, menunjukkan ekspresi sedih, lalu menundukkan kepala.
"Diputus oleh orang-orang yang dia lindungi," jawab Annie yang mengejutkan, "Di saat paling genting Kota Hati Serigala, dia maju, tapi malah mendapat kebencian rakyat."
"Dilukai... oleh yang dilindungi?"
Annie mengangguk, "Jika ingin tahu, bisa kuceritakan. Tapi itu bukan kisah yang menyenangkan."
Nomor Tujuh Puluh Enam memandangi Pahlawan beberapa saat, lalu menjawab dengan serius, "Aku ingin tahu."
Meskipun Yorko berpura-pura fokus mengunyah daging asin, rasa ingin tahunya juga mulai terbangun.
"Setahun lalu, ketika pasukan besar gereja menyerang Hati Serigala, mereka melempar mayat terinfeksi Wabah Jahat dalam jumlah besar ke dalam kota, mencoba melemahkan kemampuan bertahan ibu kota kerajaan, persis seperti yang mereka lakukan di Greycastle." Annie menambahkan dua cabang pohon ke api unggun, memercikkan titik-titik api, "Tapi kali ini wabah tidak menyebar luas karena kemampuan Sang Pahlawan. Dia bisa memindahkan penyakit ke makhluk hidup lain, sehingga menghentikan penyebaran epidemi."
"Makhluk hidup seperti apa?"
"Tikus, kucing-anjing, sapi-kambing...termasuk manusia." Katanya perlahan, "Warga kota menggali lubang besar di permukiman kumuh. Orang yang terinfeksi Wabah Jahat akan berkumpul di sini, meminta Sang Pahlawan memindahkan penyakit ke binatang, lalu melemparkan binatang itu ke lubang untuk dibakar. Perlahan-lahan, orang mulai menganggapnya sebagai penyelamat Hati Serigala, menyebutnya Sang Pahlawan. Aku dan Amy juga pernah menerima perawatannya."
"Tapi masa kejayaan itu tidak bertahan lama. Seekor binatang besar sebelum mati bisa menyembuhkan lima enam pasien, sedangkan kucing atau anjing hanya bisa menerima transfer satu dua orang. Ditambah gereja terus menyebarkan Wabah Jahat, meskipun warga Hati Serigala menangkap semua makhluk hidup yang bisa lari ke lubang permukiman kumuh untuk dibakar, tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan setiap pasien."
"Seiring berlanjutnya perang, mereka mulai menjadikan manusia hidup sebagai target."
Kalimat ini membuat bulu kuduk Yorko merinding.
Nomor Tujuh Puluh Enam mendekati sang Pahlawan dan dengan lembut merangkulnya ke dada, "Ini bukan salahmu."
Ekspresi Annie terlihat sangat serius dalam cahaya api yang berkedip-kedip, "Tentu ini bukan salahnya. Sejak awal, mereka itu tidak pernah memberinya hak untuk memilih. Yang pertama dilemparkan ke lubang api adalah narapidana, tahanan, dan relawan. Kemudian, giliran orang tua, prajurit terluka, dan tawanan tentara Pengadilan."
"Tapi Pahlawan menolak permintaan orang-orang gila itu. Terutama saat menghadapi prajurit yang sama sekali tidak ingin mati dan penyerah yang belum dewasa, dia sama sekali tidak mau bertarung. Akhirnya sikap orang-orang terhadapnya berubah, bahkan ada desas-desus bahwa dia berkolusi dengan gereja. Musuh yang seharusnya dihancurkan, malah diselamatkan nyawanya. Sang Penyelamat berubah jadi pengkhianat, dan Pahlawan pun dikurung. Kalau bukan karena masih membutuhkan kemampuannya, mungkin dia sudah dieksekusi di rak gantung."
"Kemudian gereja bangkit kembali. Hanya dalam sehari, mereka berhasil menembus tembok ibu kota kerajaan. Saat kota jatuh, penjaga yang pernah dia selamatkan malah memotong kedua kakinya dengan kapak, lalu membakar sel penjaranya. Mereka bilang, pengkhianatan Pahlawan dengan gereja lah yang menyebabkan kehancuran Hati Serigala. Dia tidak boleh kemana-mana - pengkhianat harus hancur bersama kota dalam sangkar api ini."
Annie berhenti sejenak, "Tapi para penjaga tidak menyangka, yang menyelamatkan Pahlawan yang tak bisa bergerak itu justru tawanan tentara Pengadilan yang dikurung di sel yang sama."
