Malam hari bukanlah waktu yang cocok untuk strategi tempur.
Xie Yue tidak dapat melihat matahari, begitu pula bulan. Sorot dingin yang redup menyinari gurun yang permukaannya naik-turun. Bagian yang menghadap sumber cahaya masih bisa terlihat siluetnya, sementara yang membelakanginya gelap gulita.
Oleh karena itu, baik untuk serangan maupun pertahanan, obor merupakan barang yang mutlak diperlukan.
Saat kobaran api yang terserak mulai muncul dari arah oasis, Danny membersihkan sebuah magasin dengan hati-hati, lalu memasukkannya ke port pengisian dan menarik pelatuk untuk mengisi peluru.
"Musuh datang, waspada."
"Aku bisa melihatnya."
Ia pertama-tama meniru suara petunjuk Malt, lalu menjawab sambil bergumam sendiri.
Dengan cara ini, seolah-olah Malt masih berada di sisinya, menjalankan peran sebagai Pelindung, terus berjuang berdampingan dengannya - meski sekarang ia bukan lagi bagian dari Tim Tembak Presisi.
Sejak menjalani hukuman kurungan, Danny kembali ke Batalion Senapan. Namun Brian segera menemukannya dan membawakannya senapan api baru.
Senapan yang kini ia genggam di tangan ini.
Meski tampilannya mirip dengan senapan tarik yang digunakan Tim Tembak Presisi, begitu digenggam, Danny langsung menyadari bahwa senapan ini bukanlah barang biasa.
Persis seperti dua pedang dengan siluet serupa - satu hanya hasil tempaan biasa pandai besi, sementara lainnya adalah pedang pusaka yang mampu membelah helai rambut.
Bagian logam dari laras senjata memancarkan cahaya redup yang unik, permukaannya halus seperti kulit gadis; Setiap sambungan terlihat rapi bagaikan karya seni, terasa sempurna saat diraba tanpa sedikitpun rasa tajam yang mengganggu.
Yang paling mengejutkan Danny adalah kemampuan memasang teleskop monokular tambahan di ujungnya, pada lensa cermin terukir dua garis lurus bersilangan dimana pusat pertemuan garis menunjukkan titik jatuhnya peluru.
Ia tak tahu bagaimana mekanisme ini bekerja, namun melalui teleskop, target jarak jauh yang samar dan kecil tiba-tiba menjadi jelas, secara tidak langsung memperpanjang jangkauan senjata. Latihan uji tembak berikutnya membuktikan persepsinya - akurasi senjata api baru ini jauh melampaui senapan bolt-action biasa, dalam kondisi tanpa angin atau angin sepoi-sepoi, tingkat keberhasilannya mencapai 90% untuk menembak tengkorak target berbentuk manusia dalam 500 meter.
Mengetahui senjata ini dibuat khusus untuknya oleh Yang Mulia Kaisar, Danny hampir meneteskan air mata di tempat. Meski telah melanggar disiplin, Sang Kaisar tetap tidak menyerah padanya, bahkan memberinya kebebasan memilih posisi tembak di basis pertahanan - suatu kehormatan yang hanya bisa dibalas dengan mempertaruhkan nyawa.
Namun ketika Brian menanyakan apakah ia ingin memilih Pelindung, Danny menolak tanpa ragu-ragu.
Ia sudah memiliki Pelindungnya sendiri.
Senjata api ini.
Dan Malt.
Cahaya api yang muncul dalam pandangan semakin banyak, bagai taburan bintang yang terpantul di gurun pasir—hal ini telah lama diramalkan oleh komandan. Sebelum setiap pertempuran, atasan akan menjelaskan secara detail maksud pertempuran dan tujuan strategi tempur ke setiap anggota tim, agar mereka tahu seberapa jauh pertempuran berikutnya harus dilanjutkan sampai dianggap berakhir.
Contohnya api unggun yang membara di basis artileri, serta kecepatan tembakan setiap setengah keit, semua dirancang untuk memancing musuh melancarkan balas serangan. Dengan demikian, diharapkan dapat melemahkan personel tempur klan anjing penjaga pintu sebanyak mungkin, sebagai persiapan serangan total setelah fajar. Basis pertahanan yang terang-benderang sengaja dibuat untuk menarik perhatian musuh terhadap keanehan tersebut, sementara pengendalian frekuensi tembakan bertujuan menghindari Boom yang terlalu cepat dan dahsyat sehingga langsung memecah konsentrasi musuh.
Tentu saja, Danny tahu Pasukan artileri jelas tidak mampu melakukan poin terakhir itu.
Wajah mereka selalu berlagak sombong, tapi tak sadar betapa besar sumber daya yang mereka kuasai. Senjata dan peluru Batalion Senapan bisa digendong sendiri oleh prajurit, tapi Pasukan artileri? Tanpa bantuan penyihir perempuan Kolibri itu, mereka bahkan tak bisa mengangkut peralatan makan ke gurun.
Ratusan kereta kuda, separuh muatannya habis untuk mengangkut peluru meriam dan mesin senapan. Kotak kayu sebesar itu hanya muat dua granat howitzer. Jika menggunakan taktik latihan tembakan, dua meriam benteng akan menghabiskan semua peluru dalam setengah jam, lalu apa? Hanya bisa menonton dengan gigit jari.
Meskipun Danny mengakui bahwa latihan itu menunjukkan aura dahsyat yang tak tertandingi, dia selalu merasa setiap tembakan seolah memuntahkan naga emas. Namun orang-orang itu mengira aura tersebut sebagai kekuatan fisik mereka sendiri, benar-benar tidak tahu diri. Tanpa dukungan kas emas Yang Mulia Kaisar yang melimpah, di hadapan Batalion Senapan mereka hanya akan dipanen seperti tanah!
Jadi alasan "takut menghancurkan formasi musuh" itu sekadar retorika. Pada dasarnya mereka hanya ingin menyisakan stok terakhir untuk mengantisipasi krisis. Bagaimanapun, setelah para rekrutan itu membuka jalur suplai oasis, pengangkutan peluru baru kemungkinan memakan waktu satu hingga dua minggu kemudian.
Saat kobaran api yang paling depan memasuki lingkaran penghadangan Angkatan Darat Pertama, Danny mendekatkan teleskop berbentuk salib ke matanya.
"Arah angin... agak ke utara, cukup kencang. Target, sekitar tujuh ratus meter."
"Terima kasih."
"Sama-sama."
Ia bergumam sendirian, jari telunjuknya telah berada di pelatuk.
Mempertimbangkan akurasi tembakan akan menurun drastis pada malam hari, kali ini dia tidak pergi terlalu jauh dari basis pertahanan. Dia memilih tembakan frontal - sehingga meskipun musuh menunggang kuda perang dengan cepat maju, pergerakan mereka dalam pandangan tidak akan terlalu luas.
Orang pasir memang pantas disebut suku barbar yang ahli dalam strategi tempur berkuda. Awalnya masih ada api yang terserak, namun ketika serangan frontal dimulai, telah berubah menjadi garis depan yang rapi. Derap kuku kuda serempak bagai ketukan drum yang semakin cepat. Sekaligus mereka melemparkan obor di tangan dan menghunus pedang tanpa kilau – dalam jarak ini, basis artileri yang sesekali menggemuruh adalah target panduan yang paling mencolok.
Di bukit pasir yang membelakangi cahaya di kedua sisi, tiba-tiba berkelap-kelip partikel cahaya yang tak putus-putus.
Dut dut dut dut dut——
Dentuman senjata mesin yang nyaring menyatu dengan irama serangan frontal, menandai dimulainya Penghadangan secara resmi. Tanpa meriam lapangan, senapan mesin berat menjadi senjata dengan jangkauan terjauh. Peluru mengalir bagai air menyapu garis serangan, gurun pasir pun seketika mendidih. Jeritan kesakitan, makian, dan teriakan perang yang tak terduga meledak dari kerumunan, siluet Shadow di bawah kelam malam seolah semakin gesit.
Namun Danny pura-pura tak melihat semua ini.
Matanya hanya tertuju pada musuh yang berada di barisan terdepan.
"Lima ratus meter, kutunggu kau."
Mencari target di malam tanpa bulan bukan hal mudah. Ia hanya bisa samar-samar membedakan siluet musuh yang menyerbu, tapi ini juga bukan latihan tembak di mana hanya tengkorak yang dihitung sebagai skor. Baik kuda maupun penunggangnya, bagian tubuh mana pun yang tertembus peluru bisa merenggut nyawa mereka.
Danny menarik pelatuk, laras senjata sedikit bergetar. Hidungnya menangkap bau mesiu yang membuat darahnya mendidih.
"Tidak terlihat titik tembak, juga tidak ada semburan darah, musuh hanya menggigil di seluruh tubuh, lalu terjatuh dari punggung kuda."
"Ini adalah medan perburuannya, pikir Danny, di sinilah tempat yang seharusnya ia tetaplah berada."
"Lihat itu, Malt?"
"Jangan mengalihkan perhatian, target berikutnya datang."
"Ah, serahkan padaku."
