Filipina terkejut, "Cahaya ini adalah..."
"Aku juga tidak tahu, mungkin mengembalikan energi sihir ke dunia ini," Roland menepuk debu di tangannya, "Kita harus segera pergi dari sini sebelum ada yang melihat."
"Tapi bukannya ini musuh?"
"Memang musuh, tapi bukan sembarang orang berwenang menangani musuh," jelasnya, "Era sudah berbeda. Sekejam apapun seseorang, hanya departemen khusus dan pasukan terlatih yang berhak menangkap dan mengadili." Tentu Makhluk Jatuh lebih spesial. Garcia pernah menyebut, ahli bela diri yang melawan Makhluk Jatuh akan mendapat Lisensi Perburuan dari Asosiasi, tidak hanya boleh bertarung dengan target mencurigakan, tapi juga secara legal membunuh para Bangkit yang mencoba memanfaatkan situasi. Jika ini diumumkan, pasti akan menimbulkan sensasi media.
"Era yang aneh," komentar Filipina.
Dua orang keluar dari toko Kai Feng Cai, kekacauan di luar sudah mulai mereda—mungkin karena melihat Makhluk Jatuh pergi tiba-tiba, membuat orang-orang yang belum sempat meloloskan diri menghela napas lega.
Belum berjalan beberapa langkah, Roland melihat Jieluo berlari melawan arus kerumunan menuju ke arah mereka.
Ekspresinya gelisah, pita rambutnya sudah terlepas, rambut panjang putih salju berantakan di bahunya. Beberapa orang sekitar mencoba menghadangnya, tapi dihindari dengan memanfaatkan tubuh mungil dan langkah lincahnya. Baru setelah melihat Roland, kecemasannya berubah menjadi sukacita.
Tapi kebahagiaan ini hanya bertahan beberapa detik. Gadis kecil itu menekan sudut mulut yang sempat naik, berkata dengan wajah kaku dan penuh amarah, "Mengapa kalian baru keluar sekarang? Kura-kura pun lebih cepat darimu, Paman!"
Melihatnya terengah-engah dengan pipi memerah, Roland tak tahan membungkuk dan mengusap kepalanya, "Maaf, membuatmu khawatir."
"Siapa yang khawatir padamu! Aku khawatir pada Kakak Filipina!" Jieluo menggigit gigi melototinya, "Ini pertama kalinya dia ke kota ini, bagaimana jika terpisah dari kerumunan!"
Meski begitu, gadis kecil itu tetap menerima rangkaian usapan kepala dengan patuh.
Setelah itu Roland menghabiskan banyak tenaga menjelaskan apa yang sebenarnya mereka alami, dan alasan mengapa mereka keluar begitu lambat – tentu saja bagian terakhir adalah karangan. Ketika mendengar "keduanya tidak sengaja terkena serangan Makhluk Jatuh, hampir tidak bisa kabur", barulah ketidakpuasannya mereda.
Untungnya perjalanan berikutnya tidak ada krisis lagi. Roland membawa mereka membeli pakaian, lalu pergi ke restoran hotpot untuk makan malam. Sebagai hidangan dengan karakteristik khas, hotpot tidak hanya memiliki rasa kuat dan bahan beragam, tapi juga harga relatif murah. Cukup pilih lebih banyak kentang, bihun, dan irisan teratai yang mudah mengisi perut, tiga orang makan sampai kekenyangan pun masih mampu ia bayar.
Penampilan Filipina tidak jauh lebih baik dibanding di restoran KFC sebelumnya. Rasa pedas membakar dan gurih yang saling merangsang membuatnya tak bisa berhenti menyendok. Mata berkaca-kacanya tak tahu apakah karena kepedasan atau terharu... Bahkan sampai kuah merah menyala penuh minyak itu banyak ia minum, membuat orang sekitar tertegun tak berkutik.
Sekelompok orang kembali ke gedung bergaya tube saat jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Roland mendaki delapan lantai, saat tiba di depan pintu apartemennya, ia justru mendeteksi siluet Garcia secara tak terduga.
Wanita itu berdiri kaku bagai embun beku di pusat lorong, tekanan udara rendah di sekitarnya hampir bisa dirasakan secara fisik.
Jangan-jangan sejak memutuskan telepon, dia terus menunggu di sini?
Roland menyentak sudut mulutnya, canggung berkata, "Lihat... Aku benar-benar mengajak kerabat pergi—"
“Kita sekarang bisa berbicara, kan.” Garcia langsung memotong pembicaraannya.
Mungkin karena nada bicaranya terdengar kasar, Filipina mengerutkan alisnya, "Hmm... Tolong perhatikan sikapmu. Ini adalah Tu—"
Roland segera menahannya, "Hmm, tidak apa. Kalian masuk dulu ke kamar. Aku akan mengobrol sebentar dengannya, segera kembali."
Memang dia yang salah duluan. Bayangkan jika posisinya terbalik, janji dibatalkan secara mendadak dengan alasan konyol dan HP langsung dimatikan, siapa pun pasti akan marah. Dia mengira orang sombong seperti Garcia akan kecewa berat dan tak mau lagi berurusan dengannya. Tapi meski diperlakukan semena-mena, dia masih bertahan menunggu di sini. Mungkin ini menunjukkan... sumber daya Asosiasi Ahli Bela Diri sudah sangat terbatas.
Mengikuti Garcia ke ruangan 0827, sebelum Roland sempat duduk, wanita itu berbalik bertanya, "Sudah diputuskan? Atau... ini cuma alasan lagi? Kamu mundur dari rencana gabung asosiasi?"
Tatapannya membara, seolah ingin menembus pikiran pria itu.
"Ada air?" Roland mengangkat bahu, langsung duduk di sofa, "Yang dingin juga boleh."
Dalam cahaya lampu, dia seperti melihat urat di pelipis wanita itu berdenyut-denyut.
Menarik napas dalam-dalam, Garcia menggeretakkan giginya, "Aku ambilkan."
"Terima kasih."
Roland meneguk air dingin sebelum akhirnya berbicara perlahan, "Aku ingin bertanya, akhir-akhir ini laporan tentang Makhluk Jatuh semakin sering. Bahkan hari ini saat aku jalan-jalan, aku bertemu Makhluk Jatuh yang tiba-tiba bermutasi... Apakah Asosiasi Ahli Bela Diri sedang menghadapi masalah?"
"Kau tadi di sekitar Taman Lembah Hijau?" Garcia mengerutkan alisnya.
"Kau juga tahu?"
"Ada yang melapor ke polisi, tapi akhirnya kami yang harus menanganinya. Asosiasi akan menghubungi ahli bela diri terdekat dari lokasi kejadian, dan aku salah satunya."
"Monster itu..."
"Sudah mati, tapi bukan kami yang membunuhnya. Inti tak tergantikan juga hilang," suara Garcia berat, "Ini membuktikan ada yang bergerak lebih cepat dari kami."
"Siapa?" Roland pura-pura tidak tahu.
"Pertanyaanmu melampaui batas," dia menggelengkan kepala, "Sebenarnya aku bahkan tidak boleh memberitahumu hal tadi, itu sudah termasuk rahasia asosiasi. Mengenai pertanyaanmu, ya, kami memang sedang menghadapi masalah. Korosi dari luar sedang berakselerasi, dunia ini mungkin akan menghadapi KRISIS BESAR."
Korosi lagi... Hati Roland sedikit berdebar, "Krisis seperti apa?"
“Tidak ada yang tahu jawabannya. Mungkin dunia akan hancur, atau semua orang berubah menjadi monster tanpa kemanusiaan. Justru karena itu, asosiasi membutuhkan lebih banyak orang untuk menghentikan korosi! Ini tidak ada hubungannya dengan gender, ras, atau batas negara. Setiap orang yang telah membangkitkan kekuatan alam, seharusnya mengambil tanggung jawab mereka sendiri!” Suara Garcia tanpa sadar meninggi, “Memang benar, dalam pertempuran melawan korosi dari luar, kita mungkin mengorbankan nyawa. Tapi ini adalah kewajiban ahli bela diri! Aku sepenuhnya mengerti jika kau merasa takut dan ragu-ragu, tapi coba pikirkan—jika bahkan kita tidak maju, siapa lagi yang akan melindungi keselamatan kita semua?”
Roland terdiam. Kejujuran lawan bicaranya benar-benar di luar perkiraannya. Biasanya, untuk menghindari tawar-menawar, seharusnya mereka menyembunyikan kesulitan asosiasi. Namun Garcia tidak hanya mengakui secara tidak langsung bahwa asosiasi benar-benar kekurangan pasukan, bahkan menyebutkan tanggung jawab dan pengorbanan—sikapnya terlalu polos.
Jika ahli bela diri lain membujuk anggota baru untuk bergabung dengan cara seperti ini, dia mulai memahami alasan sebagian orang yang telah membangkitkan kekuatan alam lebih memilih menghadapi serangan Makhluk Jatuh sendirian daripada bergabung dengan asosiasi.
Lagipula di era ini, minat orang terhadap prinsip luhur telah menurun drastis. Keuntungan pribadi tetap menjadi prioritas utama.
“Roland sebelumnya berencana bergabung dengan asosiasi, hanya untuk mendapatkan uang dan reputasi, tetapi sekarang dia merasa mungkin tidak sesederhana itu. Sebagai salah satu pencipta dunia mimpi, dia merasa perlu memanfaatkan kekuatan Asosiasi Ahli Bela Diri untuk menyelidiki alasan sebenarnya di balik perubahan aneh kekuatan alam, serta apa yang dimaksud dengan korosi dari luar.”
Dia samar-samar merasa bahwa fenomena ini mungkin terkait erat dengan bulan merah.
