Lorka menatap lingkaran di tanah cukup lama, “Tapi untuk mempertahankan sirkulasi ini, tetap perlu terus menginvestasikan uang... Intinya, masih ada sebagian besar yang tidak berada di tangan Kepala Suku Besar.”
“Kunci di sini... Dan aku merenung cukup lama untuk memahaminya, ini juga perbedaan terbesarnya dengan bangsawan lain,” Andrea menggambar lingkaran besar yang mencakup semua lingkaran kecil, “Sejak awal, dia memandang seluruh Greycastle sebagai wilayahnya sendiri. Maka kekayaan yang mengalir ini, tak peduli dialokasikan ke kota mana, tetap menjadi miliknya.”
“Tapi bukankah dia seorang Raja? Bukankah cara berpikir seperti itu seharusnya benar?”
“Saat Homura masih menjadi klan terkemuka, apakah perintah kalian bisa menjangkau suku-suku di Oasis Sungai Perak?” Andrea bertanya datar, “Bahkan Kota Pasir Besi pun bukan wilayah kekuasaan klan Homura. Bagi Empat Kerajaan, situasinya kurang lebih sama. Bangsawan feodal ibarat pemimpin klan - mereka tak mengizinkan campur tangan orang luar dalam urusan wilayah, juga tak menganggap wilayah feodal orang lain sebagai rumah mereka.”
“......” Lorka terdiam sejenak, “Ini bukan hal yang bisa ditentukan hanya dengan perbedaan pandangan.”
“Benar. Kau jauh lebih pintar dari Abu. Hindari terlalu sering bersamanya, nanti kemampuan berpikirmu terkontaminasi.” Andrea menepuk bahu sang putri klan, “Ini membutuhkan kombinasi kekuatan dan kebijakan. Yang pertama menggentarkan bangsawan feodal, yang kedua memusatkan kekuasaan di tangan Raja - sungguh terobosan revolusioner. Yang luar biasa, Yang Mulia Roland tidak hanya punya visi ini, tapi juga konsisten bergerak ke arah itu sejak awal. Semakin lama di Kota Tanpa Musim Dingin, semakin banyak detail semacam ini yang kusadari.”
"Memang agak... rumit." Lorka mengusap kepalanya sambil merasa heran. Ia tak menyangka perempuan berambut emas yang biasanya terkesan menjauhkan orang ribuan li ini akan menjawab dengan begitu detail ketika membahas masalah seperti ini. Jangan-jangan selama ini dia sebenarnya ingin berbagi penemuan-penemuan ini dengan orang lain, tapi tak ada yang mau mendengarkan?
"Tentu saja, politik jauh lebih rumit sepuluh ribu kali lipat dibanding bertarung," kata Andrea dengan jumawa. "Dan itu baru satu aspek. Aspek lainnya adalah, yang dia peroleh bukan hanya kekayaan yang terus bertambah, tapi juga—kalian."
"Kami?"
"Logikanya lebih sederhana. Orang pasir yang bermigrasi mendapatkan makanan dan rumah melalui pekerjaan, sehingga menjadi bagian dari sirkulasi ini. Kalian akan terbiasa dengan kehidupan seperti ini, menukar gaji dengan barang-barang mewah yang lebih nyaman, dan akhirnya tak bisa lepas lagi. Pada akhirnya, kalian akan menjadi orang Greycastle—bukan sekadar nama, tapi rakyat wilayahnya yang sejati."
Andrea menancapkan tongkat kayu ke tanah, bertepuk tangan lalu berdiri. "Proses ini pasti terjadi. Oasis terus menyusut, banyak suku menghadapi ancaman kelangsungan hidup. Sekarang ada metode bertahan hidup tanpa harus saling bunuh, migrasi hanyalah masalah waktu. Wilayah selatan masih banyak tanah terlantar akibat perang—daripada dibiarkan kosong, lebih baik diserahkan ke orang pasir untuk dibuka. Ini juga cara memproduksi kekayaan untuknya."
"Di sini dia berhenti sejenak,"Sekarang kamu mengerti? Dengan menggunakan metode ini, setelah 20 tahun Yang Mulia Roland tidak hanya akan mendapatkan Air Hitam yang diinginkannya, kekayaan yang berkembang melalui sirkulasi, tetapi juga sebagian besar orang Mokin di perbatasan selatan ekstrem - dibandingkan dengan transaksi, apakah kamu masih berpikir yang pertama lebih menguntungkan?"
Lorka tidak menjawab. Tiba-tiba dia merasakan sesuatu tersentuh di dasar hatinya. Dibandingkan dengan pertanyaan itu sendiri, sikap lawan bicaranya lebih membuatnya penasaran - Alasan Andrea tidak menyembunyikan informasi mungkin bukan karena kepercayaan padanya, melainkan karena meskipun dia tahu, hasilnya tetap tidak bisa diubah. Seperti air terjun yang mengalir deras dari jurang setinggi sepuluh ribu zhang, momentumnya sama sekali tidak bisa dihalangi.
Terang-terangan, mengatasi kelicinan dengan kekuatan, tak terbendung... Kemampuan menyatukan situasi, psikologi massa, dan kekuatan fisik, mempertimbangkan semua ini hingga sedetail itu, teknik yang digunakan pasti mustahil dihindari. Hanya kemampuan membaca strategi ini saja sudah layak dikagumi, apalagi sang provokator. Jika Kepala Suku Besar lahir di Kota Pasir Besi, pasti akan menjadi pendekar yang luar biasa.
Mungkin inilah arah yang seharusnya dia perjuangkan.
"Terima kasih atas bimbingannya! Aku merasa keterampilan beladiriku maju selangkah!" Lorka mengepal tinju dengan semangat.
"Asal kamu mengerti saja - Apa? Tunggu, kamu bilang keterampilan bela diri?"
"Ya, aku akan segera latihan. Izinkan aku pamit duluan." Dia berlari tak sabar menuju lereng gunung kecil di belakang - Di sana terdapat hamparan pecahan batu yang luas, sangat cocok untuk melatih keterampilan.
“Benar seperti abu... Dasar bodoh.”
Setelah berlari seratus langkah, Serigala Betina mendengar Andrea bergumam sendiri dengan suara rendah, namun kata "bodoh" kali ini tidak lagi mengandung kesan dingin seperti saat pertama kali diucapkan.
Seminggu kemudian, Lorka mendapat kabar dari Echo bahwa Klan Kobaran Api secara resmi memutuskan untuk bermigrasi ke perbatasan selatan. Setelah didiskusikan kedua belah pihak, Ayah menyetujui skema migrasi bertahap tiga fase untuk mengurangi beban Greycastle. Tanah yang dialokasikan adalah bagian yang menghubungkan Teluk Biru dengan pelabuhan – wilayah muara paling subur di kota.
Proses migrasi keseluruhan akan berlangsung lebih dari setahun. Gelombang pertama pasukan diperkirakan tiba dalam setengah bulan. Untuk mengatur mantan klan terkemuka ini, Putri Aosha yang paling merindukan Kota Tanpa Musim Dingin justru mengambil inisiatif memperpanjang masa tinggalnya di Pelabuhan Biru. Permohonan ini mendapat pengakuan dari Kepala Suku Besar, namun Abu, Andrea, dan Kolibri tetap akan berangkat tepat waktu dengan menumpang "Kapal Roland" kembali ke Wilayah Barat.
Soal apakah Serigala Betina akan ikut penyihir perempuan lebih dulu atau menunggu di sini untuk reunifikasi dengan klan, Echo menyerahkan pilihan itu sepenuhnya padanya.
Tanpa ragu-ragu lama, Serigala Betina memilih untuk berangkat bersama Abu.
Dia yakin meski dirinya tidak di sini, ayah dan kakak bisa menangani urusan antar klan - perbatasan selatan bukan lagi wilayah yang membutuhkan kekuatan fisik dan duelis untuk memperoleh kesempatan bertahan hidup. Jika klan-klan kecil saja bisa mengisi perut, apalagi anggota kelompok Homura. Lagipula dia sudah melepas posisi kepala klan, pertemuan dalam waktu dekat justru berpotensi menimbulkan ketidakharmonisan. Mengingat akhirnya harus pergi juga, lebih baik berangkat lebih awal.
Selain itu, informasi tentang Kota Tanpa Musim Dingin dan Aliansi Penyihir Perempuan yang didapat dari Abu dan Andrea membuatnya antusias terhadap Wilayah Barat. Baik penyihir tempur termasyhur di daftar kekuatan tempur, musuh kuat yang bersembunyi dalam kabut darah padang liar, bahkan Kepala Suku Besar yang tampak lemah (menurut kabar dari Abu) namun memiliki prinsip seni bela diri unik - semuanya menjadi alasan untuk segera berangkat.
Keesokan harinya, Echo tersenyum mengantarkan mereka naik ke kapal baja raksasa.
Berdiri di dek, Lorka tiba-tiba merasa kapal batu yang dulu terlihat kokoh tak ada artinya lagi. Kapal logam ini berdiri mantap di tepi aliran sungai, material lambungnya saja mungkin melebihi gabungan senjata dan zirah klan Mokin. Dengan perasaan campur aduk, dia menggenggam pagar pendek, menundukkan telinga berbulu halus, lalu mengangguk memberi salam perpisahan pada Echo.
Didahului suara sirene yang murni, Kapal Roland membawa rombongan Putri Tiga Api Liar perlahan bergerak ke arah Barat.
