Saat langit baru mulai memutih, Pedang Patah sudah sepenuhnya sadar.
Dia bangkit dari ranjang, mendekati jendela dan membukanya - angin pagi yang menusuk tulang langsung mengalir masuk, membawa dinginnya salju yang meleleh sekaligus aroma harum kebangkitan musim semi. Langit biru misterius belum sepenuhnya terang, tapi dari awan yang jarang di langit, hari ini pasti cerah lagi.
"Memakai pakaian dan pergi ke ruang tamu, di atas meja makan sudah tersedia sepiring kacang panggang ditambah sepanci sup sayuran, pas porsi untuk empat orang - di antara mereka, Annie selalu yang bangun paling pagi, tidak hanya yang pertama selesai mandi, terkadang juga sekalian menyiapkan sarapan."
"Meskipun setelah resmi bergabung dengan Aliansi Penyihir Perempuan, mereka pindah dari gedung diplomatik ke Gedung Penyihir Perempuan, dan bisa menikmati makanan kapan saja di kastil, tapi Annie sering memilih untuk memasak sendiri. Di bulan pertama menerima gaji, dia langsung pergi ke Pasar membeli kayu bakar, mentega, garam halus dan bahan masakan lainnya, lalu setiap minggu pergi ke alam liar mengumpulkan buah-buahan liar dan sayuran segar, secara berkala memasaknya."
"Pedang Patah pernah penasaran menanyakan mengapa dia melakukan ini, jawaban Annie sederhana: Bertahan hidup di alam liar adalah sebuah skill, jika tidak digunakan dalam waktu lama akan terlupakan. Bagaimana bisa memastikan tetap hidup dengan aman jika sampai harus kabur lagi?"
"Pedang Patah agak sulit memahami pemikiran temannya yang selalu siap mengembara, tapi bicara soal rasa, sesekali mencicipi buah dan sayuran liar ini rasanya juga cukup enak."
""Selamat pagi," dia duduk di meja sambil mengaduk-aduk bagian kacangnya sendiri, "Kamu hari ini juga mau ke pabrik?""
""Hmm," Annie mengangguk, menghabiskan suapan terakhir sup panas dari mangkuknya, "Beberapa benda besar tidak bisa dicetak pekerja, mesin sama sekali tidak bisa memasukkan barang sebesar itu, harus disambung dari lempengan besi kecil-kecil. Katanya dulu semua dikerjakan Nona Anna, tapi sekarang semuanya diserahkan padaku.""
Dari suaranya, pedang patah bisa mendengar sedikit kepuasan dan rasa pencapaian yang samar. Ini mungkin perubahan paling signifikan sejak empat orang tersebut tiba di Kota Tanpa Musim Dingin - kemampuan mereka tak lagi menjadi sesuatu yang tak berarti. Bekerja untuk Yang Mulia Kaisar dan menerima gaji, rasanya seperti memiliki keterampilan. Pengalaman mengandalkan diri sendiri alih-alih kecurangan dan penipuan, atau bergantung pada belas kasihan orang lain, memberi perasaan kelahiran baru pada pedang patah. Dia yakin Annie juga merasakan hal yang sama, sebab tak mungkin dia bangun pagi-pagi setiap hari tanpa tekanan bertahan hidup, selalu menjadi yang pertama tiba di pabrik.
Tapi hari ini adalah hari yang spesial.
"Jangan lupa Pahlawan hari ini..."
"Aku tahu," ekspresi Annie menjadi lebih serius, "Tenang, aku akan menyelesaikan pekerjaan di sana lebih cepat dan datang tepat waktu."
Pedang patah sedikit menghela napas lega, "Hmm, denganmu di sini, dia akan lebih tenang."
"Kalau begitu aku pergi dulu," dia bangun sambil berkata.
"Pergilah. Aku yang akan merawat Pahlawan."
"Air panas sudah di dapur, sisanya serahkan padamu." Annie tak berbicara lebih banyak, segera meninggalkan rumah.
Setelah menghabiskan bagiannya, pedang patah mengambil baskom air panas dari dapur, berjingkat-jingkat memasuki kamar tidur Pahlawan - karena kehilangan kaki dan kesulitan bergerak, meski kamar tersedia cukup, dia biasa tidur bersama Annie. Siang hari, perawatan dilakukan bergiliran oleh trio. Nona Ifi dan Yang Mulia Wendy juga sering datang membantu.
Yang membuatnya agak terkejut, Sang Pahlawan sudah bangun dan sedang bersandar di ranjang, menatap ke luar jendela yang semakin terang. Cahaya fajar yang lembut memantul pada rambut keunguan dan wajah putihnya, menciptakan pemandangan yang tenang dan menawan. Sulit membayangkan perlakuan kejam yang pernah ia alami hanya dari melihat pemandangan ini.
Tapi Pedang Patah segera menyadari, perasaan sang Pahlawan mungkin tidak seserene penampilan luarnya. Itulah mengapa ia bangun jauh lebih awal dari biasanya.
"Selamat pagi," ucapnya membuka percakapan.
"Ah... Selamat pagi," Sang Pahlawan sedikit gemetar seakan baru tersadar dari lamunan, "Maaf merepotkanmu lagi."
"Repot apanya," Pedang Patah menjulurkan lidah, "Nggak ada yang merasa begitu. Lagipula mungkin setelah hari ini, kamu sudah bisa melakukannya sendiri."
Pada ketikan itu, kilatan emosi kompleks terlihat di mata Sang Pahlawan - ketegangan, antisipasi, kecemasan, dan gejolak semangat... Setelah beberapa saat, akhirnya ia berhasil mengendalikan perasaannya. "Aku tidak yakin bisa," ujarnya dengan senyum pahit, "Rasa berjalan sudah kuhapus sebersih-bersihnya. Bahkan dalam mimpi..." Ia menggigit bibir, "...aku hanya bisa merangkak."
"Kalau begitu kita mulai belajar dari awal," Pedang Patah menahan bahunya dengan tegas, "Bahkan Penyihir Hukuman Dewa pun bisa melakukannya. Pasti kamu juga bisa. Ayo, keluarkan kakimu."
Pahlawan menarik napas dalam-dalam, membuka selimut—terlihat kedua kakinya yang kurus seperti ranting mencuat keluar. Berbeda dengan beberapa bulan lalu, anggota tubuh yang terputus dari bagian lutut telah tumbuh lebih panjang, hampir mencapai pergelangan kaki. Bekas luka yang mengerikan dan buruk rupa pun telah berubah menjadi kulit halus. Meski terlihat keriput dan seolah mudah patah, tetap tidak seperti kaki manusia biasa, tapi jauh lebih utuh dibanding sebelumnya.
Untuk tambahan setengah bagian tubuh ini, Aliansi Penyihir Perempuan telah memberikan kontribusi besar.
Awalnya, Nona Na Nava hanya bisa menyembuhkan luka kecil seperti jari terputus. Regenerasi seluruh anggota tubuh mustahil diwujudkan. Baru setelah keempat orang itu bergabung dengan Aliansi Penyihir Perempuan, saat pedang patah diuji sesuai perintah Yang Mulia Roland untuk mengoptimalkan kerja sama tim dengan setiap penyihir, terobosan menggembirakan terjadi—dengan memegang pedang patah, efek kemampuan penyembuhan Na Nava meningkat drastis, bahkan berhasil menumbuhkan kembali cakar daging pada seekor anjing pemburu yang kakinya terpotong.
Penemuan baru ini membawa harapan baru untuk kesembuhan sang Pahlawan.
Namun uji coba selanjutnya tidak semudah itu.
Pertama, kemampuan penyembuhan hanya bekerja pada luka segar. Sedangkan kaki terpotong sang Pahlawan sudah lama menyatu. Untuk memulihkannya, harus dibuat luka baru secara manual. Kedua, bahkan dengan energi sihir dari pedang patah, penyembuhan hanya bertahan puluhan tarikan napas. Ini berarti proses pemulihan harus dilakukan bertahap. Kedua faktor ini menjadikan tantangan berat baik bagi penyembuh maupun yang disembuhkan.
Di satu sisi harus berulang kali menanggung penderitaan kaki yang terputus, di sisi lain harus berkali-kali memotong permukaan luka yang sudah menyembuh. Sejak awal, skema pengobatan sudah terjebak dalam situasi sulit.
Untungnya Yang Mulia Wendy menyadari masalah ini, kemudian seluruh Aliansi Penyihir Perempuan segera bergerak.
Pedang Patah pertama kali menyadari bahwa panggilan "saudari perempuan" di antara mereka bukan sekadar formalitas, melainkan benar-benar menganggap satu sama lain sebagai kerabat terpenting dalam dasar hati. Meski keempat orang tersebut berasal dari Hati Serigala dan baru bergabung dengan Wu Dong, mereka tidak pelit menunjukkan perhatian.
Nona Yezi memanfaatkan tanaman khusus bernama pakis tidur untuk mencetak ramuan herbal yang bisa menghilangkan sensasi. Setelah diminum, pasien akan tertidur pulas selama beberapa jam, terbebas dari kesakitan yang harus ditanggung sang Pahlawan.
Pemotongan ditangani oleh Nona Anna. Di bawah kobaran api hitam yang tajam, luka baru yang rata bisa selesai seketika. Nona Na Nava hanya perlu fokus menggunakan kemampuannya.
Terakhir adalah Yang Mulia Spell Parsee. Sebagai penguasa kota, alasan dia tidak segera kembali ke Fallen Dragon Ridge setelah rapat adalah demi sang Pahlawan. Perawatan sebelumnya dilakukan dengan sangat hati-hati - karena setiap kali hanya memulihkan kurang dari setengah jari, energi sihir Na Nava akan habis terkuras. Begitu kemampuannya hilang, anggota tubuh yang belum sembuh total akan menjadi luka memfatalkan. Oleh karena itu progresnya sangat lambat. Berkat bantuan Marquis Spire, beberapa perawatan terakhir menunjukkan kemajuan signifikan.
Jika tidak terjadi krisis, setelah hari ini Sang Pahlawan akan mendapatkan kembali kedua kakinya yang utuh.
