……
"Proses memasuki mimpi sudah menjadi hal biasa bagi Roland. Cukup dengan memikirkan ciri khas dunia mimpi sebelum menutup mata, dia bisa 'memicu' pilar cahaya yang menembus langit itu. Setelahnya, dia akan sadar secara alami dan menyambut pagi hari di dunia lain."
"Tapi kali ini terjadi sedikit krisis. Dia tidak bangun secara alami, melainkan terbangun oleh dering telepon."
"Untungnya tidur semacam ini bukan tidur sungguhan, jadi tidak ada rasa membingungkan. Roland berbalik bangun, mengambil ponsel dari meja ranjang, dan terkejut melihat yang menelepon adalah Garcia."
"“Hei, kamu tahu ini baru jam berapa——”"
"“Jam setengah tujuh, belum terlalu pagi,” suara di telepon memotong, “Dan darimana aku tahu kalau tiba-tiba ada saudaramu yang berkunjung?”"
"Roland menyentak sudut mulutnya. Rupanya insiden membatalkan janji sebelumnya masih diingat olehnya, “Eh... ada perlu?”"
"“Bukannya kamu selalu ingin tahu tentang korosi? Asosiasi sudah menjadwalkan waktu kunjungan untuk anggota baru, hari ini siang. Setelah sarapan, datanglah ke 0827.”"
"“Bukannya katanya siang?”"
“Pemula tidak hanya kamu, butuh waktu juga untuk berkumpul dengan orang dari area lain,” suara Garcia terdengar lebih tinggi, “Kenapa? Hari ini kamu mau bawa kerabat keluar lagi?”
Itupun lebih dari satu. Tentu, dia tahu kalau jawabannya seperti itu pasti akan membuat lawannya menghadang di depan pintu. Selain itu, dia memang penasaran dengan "korosi" yang disebut Garcia, “Baiklah, tapi kemarin aku tidur agak larut, jadi... kamu paham, mungkin ada sedikit bau badan. Izinkan aku mandi dulu.”
“……” Dia diam, bahkan melalui telepon pun Roland bisa merasakan aura merendahkan dari seberang. Akhirnya Garcia melemparkan “Cepat sedikit!” sebelum menutup telepon.
Maka sekarang harus bertindak cepat.
Roland mengenakan pakaian dan masuk ke ruang tamu. Jieluo sedang sibuk di dapur - dengan fokus dia menggoreng telur, sodet di tangannya digerakkan dengan mahir. Hanya dari gerakannya saja, orang hampir lupa dia masih seorang siswa SMP.
“Selamat pagi,” dia menyapa, “Aku mau keluar sebentar, cepat kembali.”
Jieluo menunjukkan ekspresi curiga, “Paman, ini mau olahraga pagi?”
“Bisa dibilang…” jawabnya sambil lalu, “Oh ya, siang ada rapat karyawan di perusahaan, mungkin aku pulang agak malam. Kamu tidak perlu menunggu untuk makan bersama.”
“Siap!” gadis kecil itu menjawab sambil mencibir.
Keluar dari gedung bergaya tube, kompleks perumahan sudah ramai. Kedai bihun di pinggir gang mengeluarkan uap putih mengepul, sementara lapak sarapan berdesis seiring gorengan youtiao yang dimasukkan ke wajan. Meski sudah memasuki akhir musim gugur dan orang-orang berpakaian tebal, masih terlihat banyak pelari pagi lanjut usia di sekitar gedung. Mereka mengenakan kaus dan celana training panjang, bergegas maju di antara suara siaran radio dan teriakan pedagang, gerakan tangan-kaki mereka tak kalah lincah dari anak-anak muda.
Roland berbelok ke sebuah gang tak jauh dari gedung tube, berhenti di depan toko yang belum buka. Pengumuman sewa yang menempel di dek terlihat mencolok, hanya saja sebelum kata "sewa", seseorang telah mencoretkan karakter besar 「」.
Dia mengeluarkan kunci dan membuka pintu samping.
Masuk ke dalam, dua puluh lebih penyihir perempuan yang berdiri di dalam serempak berlutut satu kaki sambil menghormat, "Menghadap Yang Mulia Kaisar!"
Seketika itu, ia seolah kembali ke Kota Tanpa Musim Dingin.
Hanya terpisah sebidang tembok, namun seperti melewati kehidupan yang berbeda.
"Selamat datang di mimpi." Roland mengangguk.
……
“Yang Mulia maksudnya, hari ini ada misi khusus?” Di lantai dua toko, Filipina, Falti, Ling, dan Tong En mengelilingi Roland, mendengarkan penjelasannya dengan serius——Sebagai pionir pertama yang memasuki dunia mimpi, mereka telah memiliki pemahaman tertentu tentang dunia ini, sehingga menjadi penuntun bagi penghuni reruntuhan Takira lainnya. Baik dalam hal makan-minum-hiburan maupun memburu Makhluk Jatuh, mereka dapat berperan dalam pengawasan dan bimbingan, sungguh mengurangi banyak beban Roland.
Toko ini sendiri merupakan pos baru yang dia sewa melalui perantara dengan memanfaatkan hasil buruannya. Dibandingkan gudang sebelumnya, tempat ini tidak hanya lebih lebar, tetapi juga tidak mudah menimbulkan kecurigaan orang saat beraktivitas.
Roland mengulang pemberitahuan dari Asosiasi Ahli Bela Diri, "Menurut penjelasan Garcia sebelumnya, saat asosiasi memperkenalkan informasi internal kepada anggota baru, mereka selalu membawa mereka ke markas besar. Lokasi spesifik tempat ini selalu dirahasiakan dari orang luar, jadi saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menemukan basis penyimpanan kekuatan alam mereka——dan ini membutuhkan kemampuan kalian."
"Biarkan seranggaku mengikuti Yang Mulia," Falti memanggil sarang serangga magis, mengambil seekor kumbang dengan ujung jarinya, "Dengan ini aku bisa terus mengetahui posisi Yang Mulia."
Setelah mendapat persetujuan, penyihir itu menaruh kumbang di kerah bajunya. Serangga itu segera merayap masuk dan bersembunyi di balik rambut panjangnya, tampilan luarnya tetap tanpa perubahan——dia hanya bisa merasakan sesuatu yang menempel di belakang lehernya.
“Lainnya, Filipina dan Ling ikut bergerak bersamaku,” Roland menahan rasa tidak nyaman psikologisnya, menoleh ke dua orang lainnya, “Kalian seharusnya masih ingat cara menaiki taksi, kan?”
Filipina mengangguk, “Melambai, bilang ke kusir untuk mengikuti mobil di depan, bayar setelah sampai.”
“Minim bicara saat mengemudi, diam saja jika ditanya apapun,” Ling menampar dada menambahkan, “Tenang saja, Yang Mulia Kaisar, kami ingat jelas!”
“Bagus,” Roland memuji, “Setelah mobil berhenti, Ling coba selidiki apakah bisa menyusup masuk - meski di dunia ini tidak ada Batu Hukuman Dewa, tapi belum tahu apakah Asosiasi Ahli Bela Diri punya cara lain untuk mengganggu operasi energi sihir. Jika tidak bisa jangan dipaksa, tugas terpenting kalian adalah bersembunyi, mengerti?”
“Siap, Yang Mulia Kaisar!” trio itu berseru serempak.
“Kalau... Yang Mulia Kaisar, bagaimana denganku?” Tong En menunjuk diri sendiri dengan wajah penuh antisipasi.
“Kamu tinggal di sini, jaga saudari perempuan Takira,” Roland mengeluarkan sepuluh lembar uang ratusan dari dompet, menyerahkannya ke tangannya, “Ini uang pesan makanan, termasuk sarapan, makan siang dan malam, aktivitas hiburan yang direncanakan ditunda sampai besok.”
“Eh... Tapi aku juga jago menyusup lho.” Tong En menyatakan ketidakrelaannya.
“Justru karena kamu cocok untuk menyelam, kamu perlu berjaga di sini. Jika terjadi krisis tak terduga dan harus mundur tanpa menarik perhatian, hanya kamu yang bisa melakukannya.” Roland menepuk bahunya, “Tentu, jika kamu bisa menempatkan semua orang dengan baik, kali aku akan khusus mengajakmu ke bioskop.”
“Aku... mengerti,” mendengar kata 「khusus」, Tong En segera kembali bersemangat, “Serahkan padaku!”
Memesan makanan via telepon sudah pernah dicoba oleh keempat orang tersebut sebelumnya. Kemampuan penerimaan luar biasa para penyihir Takkila membuat mereka cepat menguasai skill ini. Asal menyisakan satu orang, seharusnya tidak akan muncul celah besar.
Dengan demikian, persiapan untuk menuju markas besar Asosiasi Ahli Bela Diri pun telah rampung.
