"Ini dia, dua mangkuk bihun daging sapi merah!" Sang bos dengan wajah bersinar merah menaruh bihun di meja, sambil mengusap permukaan meja dengan handuk——jelas kedatangan ahli bela diri membuatnya bangga, lagipula Garcia adalah selebritas di gedung bergaya tube.
"Terima kasih, tambahkan telur goreng," Roland mengeluarkan dua pasang sumpit, "satu telur per orang."
"Siap!"
"Kalau aku jadi kamu, takkan mengajak perempuan sarapan di sini," Garcia menyeringai, "pantas kamu masih jomblo sampai sekarang."
Ini fitnah! Kalau bukan karena tanggung jawab yang mengikat, para Penyihir Hukuman Dewa itu pasti sudah——
"Eh, Jieluo masih harus bersekolah nanti, aku harus mengantar sarapan ini. Kalau jaraknya terlalu jauh..."
"Aku tahu, jadi jangan diulangi." Garcia memotongnya, dengan lihai membelah sumpit sekali pakai lalu mengaduk daun bawang dan daging sapi di atas bihun hingga semangkuk bihun berubah menjadi merah kecokelatan yang menggoda. Gigitan pertama ditiup sebentar, tidak dikunyah perlahan tapi langsung dihisap masuk ke mulut seperti pita yang tak putus-putus, hanya mengeluarkan suara desisan halus.
Mendengar suara itu saja, Roland sudah merasa nafsu makannya terbangkitkan.
"Lho," dia menyeringai, "Cara makammu kan sudah cukup autentik? Aku kira kamu tidak terbiasa dengan jajanan pinggir jalan."
“Itu hanya ilusimu,” Garcia mengangkat bahu, “Aku sudah tinggal di sini hampir 10 tahun, warung mana yang belum kucicipi? Tapi menghormati tuan rumah berarti memilih tempat yang bersih dan lebar, lagipula aku tak suka terus-menerus ditatap.”
Roland menyadari itu benar-bukan hanya pelanggan lain di lapak, bahkan pejalan kaki pun melirik penasaran ke arah mereka-rambut keperakan Garcia dan postur tubuhnya yang proporsional memang terlalu mencolok.
“Ini... memang kelalaianku.”
“Makanya langsung ke intinya,” Garcia melotot, “Kenapa buru-buru cari aku? Asosiasi Ahli Bela Diri takkan membantumu melakukan hal ilegal.”
Dasar birokrat... Kenapa tatapannya begitu waspada? Baru kemarin pulang dari kantor pusat, bisa melakukan apa? Lagipula, apa yang lebih ilegal dari Sertifikat Pemburu?
Roland ragu-ragu sejenak, “Aku ingin bertemu gurumu. Bisa atur janji?”
“Apa?” Garcia tak kunjung paham.
“Gurumu... Nyonya Lan.” Dia mengarang alasan, “Aku merasa bersalah telah membatalkan janji, ingin meminta maaf langsung.”
Garcia memandanginya seperti melihat orang asing, akhirnya melambaikan tangan, “Oh? Sekarang baru sadar betapa pentingnya rekomendasi guruku? Lupakan saja, dia takkan mau ketemu lagi.”
“Mungkin Nyonya Lan tidak sebencinya yang kau kira?”
“Apa kamu masih ingin bilang dia baik-baik saja memberimu banyak penjelasan di rapat pemula,” Garcia menyeringai, “Jangan berkhayal, kesempatan yang terlewat takkan terulang. Guru juga takkan memberikan perhatian ekstra pada orang yang tidak disiplin waktu, apalagi bertemu.”
“Coba telepon dulu saja,” Roland bersikeras.
“Kamu...” Garcia sepertinya menangkap sesuatu, “Bukan benar-benar ingin minta maaf padanya, kan?”
“Kalau bisa bertanya tentang metode latihan ahli bela diri pasti lebih baik,” pura-pura membuat ekspresi serius.
Gadis itu menyentak sudut mulutnya, mungkin ingin membuatnya menyerah sepenuhnya dari khayalan tak realistis ini. Akhirnya dia mengeluarkan telepon.
“Ngomong-ngomong, nomor gurumu itu...”
“Bilang juga percuma. Kartu data bukan dari Asosiasi takkan bisa terhubung ke kantor pusat,” Garcia memberi isyarat diam, “Halo, ini saya...”
Percakapan hanya berlangsung di bawah tiga menit sebelum ditutup.
“Sudah kuduga hasilnya seperti ini.”
“Bagaimana?”
“Tentu ditolak! Sekalian dimarahi,” Garcia kesal, “Citramu sudah bangkrut total di matanya. Setiap kali namamu disebut, suaranya langsung turun satu oktaf.”
"Bagaimana ini bisa terjadi?" Roland tidak bisa menahan kebingungannya. Berdasarkan sikap Lan dalam acara penerimaan anggota baru, jelas dia tidak mempermasalahkan ketidakhadirannya, malah terkesan menghargai. Awalnya ia mengira bisikan itu adalah teknik tingkat tinggi dalam menguasai kekuatan alam - wajar jika Garcia tidak mengetahuinya. Tapi sekarang tampaknya, apakah saat itu ia benar-benar mengalami halusinasi pendengaran?
Awalnya ia tidak begitu berniat mencari jawaban teka-teki, bahkan ragu-ragu memasuki dunia mimpi. Tapi setelah mengalami kemunduran besar, justru ia semakin enggan untuk menyerah dalam pencarian ini.
"Baiklah," Roland meneguk sup, "Kapan kita bisa kembali ke Kantor Pusat lagi?"
"Setelah kamu bisa menyelesaikan sendiri kasus korosi dan resmi menjadi ahli bela diri - saat ini kamu masih pemula yang baru memulai."
Syarat ini ternyata cukup sederhana, pikir Roland. Tapi di permukaan ia tetap dengan tenang berkata, "Aku akan menantikan hari itu. Omong-omong, kamu ingat pidato pembukaan Nyonya Lan saat kita pertama kali tiba di perut bumi?"
"Ada masalah?"
"Apa maksudnya ketika dia bilang Perang Makna Ilahi sudah tidak jauh lagi dari kita?"
“Nah...” Garcia menghela napas pasrah, "Guruku sangat mengagumi sebuah buku yang ditulis setengah abad lalu berjudul 《Alasan Eksistensi》, dan merekomendasikannya padaku. Buku itu membuat tebakan tentang kemunculan dan evolusi peradaban, menyebutnya sebagai Pilihan Dewa - tentu saja, dewa di sini bukan sosok antropomorfik, melainkan semacam aturan, atau tujuan dari kelangsungan segala sesuatu. Tapi hal-hal ini terlalu jauh dari kita, tidak ada hubungannya sama sekali, ditambah lagi buku-baru beredar di kalangan Asosiasi Ahli Bela Diri, jadi hampir tidak ada yang tahu."
Mendengar ini, Roland mulai tertarik. Tak diragukan lagi, ini adalah buku lain yang belum pernah ia lihat - berarti ini berasal dari kreasi diri dunia mimpi.
"Bolehkah saya melihatnya?"
"Bukunya ada di Kantor pusat, tunggu sampai bulan depan saya ambil dari perpustakaan saat laporan tugas." Garcia memandangnya dengan tatapan aneh, "Jika saya masih ingat."
Melihat kecurigaan mulai muncul, Roland segera menyantap bihunnya dan berdalih pamit meninggalkan kedai.
Keesokan harinya setelah dunia mimpi berakhir, ia menghela napas panjang.
Jika tidak kontak dengan Asosiasi Ahli Bela Diri, dunia mimpi tampak normal, tapi begitu berhubungan dengan mereka, kejanggalan-kejanggalan akan muncul tak ada habisnya.
Meski eksplorasi kali ini kurang lancar, setidaknya tidak sia-sia. Apalagi Penyihir Hukuman Dewa yang dinanti-nantikan kembali mengalami pemulihan sensasi. Melihat ekspresi bahagia mereka, perjalanan ini pun jadi berarti.
Roland sedang berencana memanfaatkan waktu istirahat ini untuk membuka dunia mimpi beberapa kali guna mempercepat kecepatan maju waktunya, ketika tiba-tiba Petir masuk ke tendanya sambil membawa seekor burung layang-layang ekor garpu.
"Yang Mulia, ada surat rahasia darurat untuk Anda," gumam gadis kecil itu, "dikirim dari Kota Tanpa Musim Dingin."
Langsung dari Wilayah Barat? Perjalanan ini cukup jauh, apakah terjadi perubahan di Kota Tanpa Musim Dingin?
Untuk menghemat sumber daya kurir, informasi yang kurang mendesak biasanya dikirim via kapal ke ibu kota kerajaan lama, lalu diteruskan oleh Tasa dan staf lainnya seperti laporan administratif. Burung layang-layang ekor garpu adalah kurir hewan dengan ukuran tubuh terbesar dan konsumsi energi tertinggi. Keunggulannya berada di ujung rantai makanan sehingga keamanannya terjamin, namun kelemahannya membutuhkan porsi kendali yang setara dari penyihir perempuan. Mengendalikan burung pemangsa ini setara dengan tiga elang abu-abu, bahkan bagi Mitang pun cukup sulit.
Roland membelai kurir hewan yang lesu itu, melepaskan segel dari kakinya. Saat membuka kertas surat, ia tertegun diam di tempat.
Pasukan Iblis ternyata sudah lolos ke wilayah liar lebih cepat dari perkiraan?
