“Sudah dibersihkan?”
Eliana menatap Zoey yang muncul dari bawah dek, bertanya.
“Hmm, butuh waktu mencari orangnya,” dia mengusap darah segar di wajahnya, “Untungnya akhirnya lengkap semua.”
“Lalu mau diapakan?” Betty mengangkat bahu, “Buat laporan untuk diserahkan ke Yang Mulia Roland?”
“Suruh Eliana saja yang menulis, aku tidak ahli membuat kesimpulan. Lagi pula Yang Mulia juga tidak menganggap ini serius, hanya bilang utamakan kestabilan situasi, cara penanganannya terserah. Tulis saja dia sebagai orang yang tidak rela gagal dan berniat jahat. Untuk orang macam begini, lebih baik mati saja biar bersih.”
“Memang sudah seharusnya begitu,” Betty berpenampilan penuh keyakinan, “Kalau tidak punya niat buruk, mengapa memilih kota perbatasan yang paling dekat dengan fajar?”
“Meski sikap Yang Mulia santai, kita tidak boleh begitu.” Eliana membersihkan tenggorokannya, “Dalam laporan ini aku akan mencantumkan semua latar belakang dan dasar analisis, termasuk pernyataan kalian juga – persis seperti catatan rapat di Balai Kota.”
“Kamu hanya ingin mendapat pujian darinya, biar bisa lebih sering ke dunia mimpi ya.” Zoey melirik sinis.
“Kamu ngomong... ngomong apa!”
“Eh, bisa seperti itu? Aku saja tidak terpikir...” Mata Betty berbinar memandang Eliana, “Ajarin aku cara menulis laporan resmi dong?”
“Err... nanti kita bicarakan lagi,” yang kedua itu batuk dua kali, “sekarang selesaikan urusan utama dulu.”
“Benar,” Zoey juga mengubah ekspresi bercandanya, “tapi bagian ini jangan dimasukkan ke dalam laporan.”
“Aku tahu.” Eliana berbalik memandang ke ujung lain dek kapal, melambai ke beberapa pria berjubah hitam, “Kemarilah.”
Orang tua yang memimpin trio itu dengan gemetar mendekati trio itu di bawah topangan dua orang, membungkuk memberi hormat, “Yang Mulia Utusan Dewa, ada yang perlu diperintahkan?”
“Karena kau bersedia mengikuti kami ke sini, berarti sudah mempersiapkan diri sepenuhnya?” Eliana bertanya dengan suara tegas.
Pria ini adalah pencipta 「Uang Hitam」, pedagang legendaris dari Lautan Cahaya, Barry Loxa. Meskipun Penyihir Hukuman Dewa tak tertandingi dalam pertempuran, beberapa hal masih membutuhkan bantuan orang biasa, seperti mencegat Ampiom di laut, dan memastikan kematiannya tak ada hubungannya sama sekali dengan Greycastle.
Bagi manusia biasa, membunuh raja adalah kejahatan tak terbayangkan, apalagi mengakhiri garis darah kerajaan. Segunung harta pun tak bisa menetralisir pemujaan konyol terhadap silsilah ini, terbukti dari bahu Barry yang bergetar gemetar. Namun dia tetap melangkah, cahaya dari tindakan ini saja sudah cukup membuktikan ambisinya.
“Ya... saya bersedia mengabdi pada Yang Mulia Utusan Dewa.”
“Santai saja,” Eliana memuaskan menepuk bahunya, “Di mata dewa, status orang biasa tak berarti, Raja pun bagaimana? Hanya gelar kosong belaka. Coba ceritakan, apa rencana Anda selanjutnya?”
Barry sedikit mereda, “Dari tiga skema, saya masih condong ke pilihan pertama, menyamar sebagai kecelakaan laut paling aman. Rute pelayaran ini setiap tahun puluhan kapal tenggelam karena badai, tsunami, tubrukan karang, terutama segmen perbatasan dua hari lagi akan dilanda hujan deras. Asal kapal dikemudikan lebih jauh ke kedalaman laut, lalu dasar kapal dibobol, takkan ada yang tahu semua yang terjadi di sini.”
Ia menarik napas, lanjut berkata, “Adapun menyamar sebagai perampokan bajak laut atau balas dendam bangsawan, tak mungkin tak tertembus. Meski bisa mengalihkan kecurigaan ke target tertentu, tapi pseudo tetaplah palsu. Kalau diteliti pasti akan menemukan jejak-jejak kecil. Kalaupun tidak ketemu, para bangsawan sendiri bisa membuat kelemahan.”
“Kalau kecelakaan laut, yakin semua petunjuk bisa hilang?” Zoey bertanya dingin.
“Ya, Yang Mulia,” Barry bersumpah, “Awak kapal yang saya bawa juga akan ikut menghilang bersama kapal ini. Tim pembersih adalah Silent Ones hasil cetakan Uang Hitam, sama sekali tak mungkin bocorkan informasi.”
“Silent Ones?” Eliana mengamati pelayan di sampingnya, “Dua orang ini juga termasuk?”
"Yang Mulia benar. Mereka tidak memiliki pendengaran, juga tidak bisa berbicara. Perintah harus diberikan melalui isyarat khusus, itulah sebabnya mereka disebut Orang Bisu."
"Benar-benar pengorbanan besar..." Eliana paham betapa sulitnya mencetak seorang tunarungu menjadi prajurit. Mungkin hanya satu dari sepuluh yang berhasil, itupun jika bibitnya berkualitas. Dari mana serikat dagang bawah tanah bisa mengumpulkan begitu banyak tunarungu berkualitas? Kemungkinan besar mereka sengaja dibuat cacat dengan obat-obatan setelah diseleksi.
Tentu saja, dia tidak peduli dengan taktik orang biasa terhadap dirinya. Bahkan di era Persatuan, mereka tak pernah berhenti menindas yang lebih lemah.
"Kali ini kubawa lima puluh Orang Bisu. Mereka hanya patuh padaku, takkan mendengar siapapun. Lebih dari cukup untuk melawan awak kapal. Skema ini benar-benar tak terkalahkan." Barry menepuk dadanya.
"Bagus, lakukan sesuai rencana," Eliana bertukar pandang dengan Zoey dan Betty, "Tapi masih ada satu tugas untukmu."
Pedagang tua itu menelan ludah, "Selama dalam kemampuanku, akan kukerahkan seluruh tenaga."
Jika hanya membuat "kecelakaan", tak perlu menyembunyikan apapun dari Yang Mulia Roland. Perintah berikutnya ini bukan dari Roland, melainkan pesan Pasha.
“Sangat sederhana,「Uang Hitam」sudah menjalin hubungan dengan Dewa Fajar yang baru Hofold Quine. Di permukaan, serikat dagang harus terus mendukungnya, sambil menyelipkan sebanyak mungkin mata-mata ke dalam sistem pemerintahannya yang baru. Diam-diam memantau setiap gerak-gerik keluarga Quine. Mengerti?”
“Tapi... bukannya dia boneka yang kami dukung?” Barry bingung.
“Ini hanya antisipasi. Bagaimanapun juga, keinginan orang biasa singkat dan rapuh. Terutama ketika tantangan sejati datang, siapa yang bisa menjamin performa boneka akan tetap konsisten?” Eliana berhenti sejenak, “Selain itu, mengandalkan satu keluarga untuk mengelola fajar tidak stabil. Aku harap serikat dagang「Uang Hitam」mu juga bisa menjadi bagian darinya.”
Seorang yang mendambakan kekuasaan mungkin akan berbunga-bunga hati mendengar sugesti ini. Tapi Barry tidak menunjukkan terlalu banyak ekspresi gembira, malah cemas, “Ini butuh rencana jangka panjang. Hanya aku yang bisa menenangkan para mitra. Tapi Yang Mulia Utusan Dewa, Anda tahu kondisi kesehatan saya...”
Eliana mengeluarkan dua botol keramik dari belakang, “Ambilah. Bisa diminum saat tidak enak badan. Tapi ingat, dua botol tidak boleh diminum berurutan, interval harus lebih dari sebulan. Dengan enam ramuan lagi, kesehatanmu akan memenuhi syarat dasar untuk transformasi.”
Mata Barry langsung dipenuhi kegembiraan yang meluap. Ia buru-buru menerima botol itu, menyimpannya dengan hati-hati di dada, lalu membungkuk dalam-dalam, “Saya pasti akan menyelesaikan tugas yang Yang Mulia percayakan!”
“Bekerja dengan baik, setelah semuanya berhasil, kami akan menerimamu ke dalam keabadian.” Eliana berkata dengan lembut.
