Tiba-tiba, tiupan terompet panjang membuat semua iblis membisu. Kabut merah di dasar lubang bergerak lebih riang, permukaan danau yang sebelumnya seperti kristal kini berguling-guling bagai lava mendidih.
Roland memperhatikan, seiring bunyi panjang terompet tanduk, dua iblis berjalan keluar dari kerumunan dan melangkah ke jembatan batu ramping itu.
Salah satunya berasal dari spesies Iblis liar, sementara yang lain menyerupai Pangeran Neraka yang pernah disebutkan Agatha.
Yang pertama sudah cukup kekar, lebih kuat dari Iblis liar mana pun yang pernah dilihatnya sebelumnya, tapi masih kalah mengesankan dibandingkan Pangeran Neraka yang mirip belatung itu.
Keduanya tidak mengenakan zirah, saling dorong sepanjang jalan dengan suasana yang tidak akrab.
Iblis-iblis penonton tidak menunjukkan keheranan sedikit pun, malah tampak bergelora semangat.
Untuk apa ini? Duel kah?
Roland langsung teringat aktivitas khas ras-ras barbar - pertarungan satu lawan satu untuk menunjukkan keberanian, tidak berhenti sampai salah satu roboh, dan yang bertahan akan menjadi pahlawan kelompok.
Bukan masalah rasisme, tapi taktik merusak fondasi diri ini memang menarik dan merangsang, namun lambat laun akan menghancurkan diri sendiri. Karena itu pertarungan gladiator yang pernah populer di Bumi hanya melibatkan budak dan binatang buas. Dengan kata lain, tidak ada yang peduli jika mati.
Tentu sebagai pihak manusia, Roland justru ingin melihat keributan ini. Memanfaatkan perspektif hantu, ia menembus lapisan-lapisan iblis dan mengikuti mereka ke jembatan batu.
Setelah memasuki pulau menggantung, barulah ia menyadari bahwa di platform yang ukurannya hampir sama dengan alun-alun Kota Tanpa Musim Dingin ini sudah ada orang yang tiba lebih dahulu.
Ketika Roland melihat lawannya dengan jelas, matanya tak bisa tidak membelalak.
Ternyata itu adalah seorang perempuan Iblis!
Tidak, ia tidak bisa memastikan apakah lawannya benar-benar perempuan dalam arti harfiah, tetapi dari penampilannya, makhluk ini memang memiliki banyak ciri khas perempuan manusia.
Lagipula wajahnya cukup menarik, di masa depan pasti bisa memicu gelombang tren mode—
Tunggu, ini sama sekali tidak ilmiah!
Lonceng peringatan di hatinya langsung berbunyi nyaring.
Mengapa ras asing yang sama sekali tidak berhubungan dengan manusia bisa melahirkan individu yang begitu mirip? Berjalan tegak mungkin masih bisa dimaklumi, bagi predator, pandangan yang lebih tinggi memang memberikan keunggulan bertahan hidup lebih banyak, bisa dianggap sebagai skill point universal dalam evolusi. Tapi sampai penampilan pun mirip seperti ini, ini keterlaluan.
Untungnya perempuan Iblis itu masih mempertahankan ciri khas makhluk asing yang sangat mencolot, seperti kulit hijau-hitam, tanduk yang menonjol, duri tulang yang tersebar di bahu dan lengan, serta mata ketiga yang berdiri di dahi. Kecuali penjelajah lintas waktu berpengalaman seperti dirinya, orang lain seharusnya tidak akan tertarik pada "monster" mengerikan seperti ini.
Kedua Iblis itu tidak langsung bertarung. Mereka membungkuk memberi hormat kepada perempuan berjubah putih tipis, baru mundur ke tepi platform masing-masing sambil berdiri khidmat menghadap Danau Kabut Merah.
Perempuan Iblis itu pun perlahan berjalan ke tepi pulau, lalu mulai melantunkan mantra dengan suara nyaring.
Permukaan danau menggelepar semakin ganas, seolah ada sesuatu yang hendak keluar.
Roland menyadari, ini mungkin bukan sekadar duel biasa, atau lebih tepatnya, yang mereka tantang bukanlah lawan...
Begitu pikiran ini muncul, dua tentakel tebal menyembur dari kabut merah dan menghantam ke arah Iblis Liar dan Pangeran Neraka — pukulan ini jika mengenai, bukan hanya akan menghancurkan mereka menjadi adonan daging, setidaknya nyawa pasti tak terselamatkan. Namun mereka sama sekali tidak melakukan gerakan perlawanan, malah dengan gesit mengangkat kedua tangan.
Saat iblis perempuan itu berteriak kencang, tentakel tersebut seolah enggan berhenti di atas kepala kedua makhluk itu. Setelah bergeliat beberapa saat, dari dalamnya dimuntahkan cairan lendir dan sebutir permata kristal yang transparan.
Tanpa ragu-ragu, mereka segera mencungkil kulit dada mereka dengan jari, lalu menancapkan permata itu ke dalam daging dan darah.
Pada ketikan itu, cahaya menyilaukan menyembur nyaris membuat mata tak bisa menatap!
Roland merasa ngeri di hati — apakah itu Batu Ajaib Mako?
Apakah pasukan tempur iblis memperoleh kemampuan supernatural melalui metode seperti ini?
Tapi nalurinya mengatakan ada yang tidak beres. Iblis Liar adalah prajurit terendah musuh, dalam pertempuran besar jumlahnya bisa mencapai puluhan ribu. Jika transformasi mereka saja membutuhkan upacara semegah ini, kota ini takkan sempat melakukan aktivitas lain seharian.
Beberapa menit kemudian, cahaya mulai memudar. Pemandangan yang terungkap membuatnya terkejut bukan main.
Melihat Pangeran Neraka yang sebelumnya tak terkalahkan kini meringkuk, seolah menanggung kesakitan luar biasa. Semua lubang pernapasan di punggungnya terbuka lebar, terus-menerus menyemburkan kabut putih. Tubuhnya bahkan mulai menunjukkan tanda-tanda meleleh.
Sementara Iblis liar tampak lebih baik. Meski ekspresi wajahnya sangat mengerikan dengan urat menonjol di luka dadanya yang mencolok, setidaknya masih bisa berdiri. Selain itu, posturnya jelas menyusut signifikan, lengan dan paha tak lagi sebesar ember. Entah ini efek samping dari tertanamnya Batu Ajaib Mako.
Menyaksikan dua iblis dengan nasib berbeda ini, Roland teringat pada ritual Transformasi Pasukan Hukuman Dewa.
Apakah untuk menjadi prajurit dan meraih berkah energi sihir, mereka juga harus membayar dengan nyawa?
Tiba-tiba Pangeran Neraka mengeluarkan teriakan menusuk telinga. Ia mengangkat tubuh bagian atas dan dengan kecepatan kilat menerjang iblis perempuan di arena.
Dentuman keras mengguncang pulau terapung seluruhnya.
Roland mengira akan melihat tumpukan daging cincang terhimpit di bawah tubuhnya, tapi yang ada hanyalah batu bata pecah.
Kehilangan target membuat Pangeran Neraka semakin mengamuk. Matanya yang merah membara menatap tajam ke arah Iblis liar, niat membunuhnya tak terbendung.
Jadi begitu rupanya.
Roland mulai mengerti alasan di balik perubahan drastis ini.
Kegagalan menanamkan Batu Ajaib Mako tidak akan membunuh Iblis, hanya mengubahnya menjadi sesuatu yang lain - setidaknya penampilan Pangeran Neraka kini lebih menyerupai monster berbentuk belatung, tanpa jejak rasionalitas dalam gerak-geriknya. Spesies yang sebelumnya cukup cerdas ini telah merosot menjadi binatang buas sepenuhnya.
Namun yang mengejutkannya, Iblis liar sama sekali tidak menghindar, malah dengan wajah penuh kegilaan bertarung habis-habisan melawan belatung raksasa!
Batu Ajaib Mako memberikan kemampuan baru, sementara ukuran tubuh yang menyusut membuatnya lebih lincah!
Monster berkaki empat yang tampak perkasa terus mundur di bawah serangan Iblis liar. Uap panas yang disemburkannya hanya mengenai ujung baju lawan, sementara gelombang cahaya hitam pekat dari sang Iblis meninggalkan luka-luka dalam yang terlihat tulang di tubuh monster.
Di bawah lima menit, pertempuran mencapai fase akhir.
Serangan pamungkas datang dari gerakan khas Iblis liar - dengan tangan kosong ia merobek ekor monster, menguliti dagingnya dengan cepat, lalu mengangkat rangkaian tulang ekor tinggi-tinggi sebelum melemparkannya tepat ke sasaran yang nyaris tak bernyawa!
Tulang yang melesat bak kilat itu langsung menembus tengkorak Pangeran Neraka, membuat monster berkaki empat kehilangan semua tanda kehidupan.
Roland yang menyaksikan dari samping hanya berdiri dengan wajah berkerut seperti air tergenang. Ia memperhatikan bahwa lengan sang pemenang sama sekali tidak menunjukkan gejala layu.
"Bunuh sesama yang kehilangan rasionalitas!" Iblis liar melangkah demi langkah menuju mayat besar, merobek Batu Ajaib Mako dan menelan daging serta darah musuh ke dalam perutnya.
Tribun penonton langsung meledakkan teriakan keterkejutan serempak!
Bahkan perempuan iblis yang telah kembali ke arena tanpa diketahui waktunya juga sedikit terkejut mengangkat alisnya.
Iblis liar kembali menunjukkan ekspresi kesakitan, uap keluar dari lubang pernapasan dan telinganya... Tapi Roland jelas melihat: di tengah siksaan tak terkatakan ini, sudut mulut makhluk itu meregang seolah justru menginginkan keadaan ini.
Transformasi kali ini berlangsung jauh lebih lama. Baru setelah setengah jam, perlahan napasnya mulai teratur. Setelah merobek kulit yang dipenuhi gelembung air membara, wajah iblis liar telah berubah sangat berbeda dari sebelumnya.
Roland tak bisa menahan diri menarik napas lega.
Itu jelas merupakan wajah yang mendekati manusia!
Menyaksikan ini, para iblis di pulau seberang mulai meraung histeris.
"Xialita!"
Entah siapa yang memulai, kata tak jelas artinya ini dengan cepat menjadi auman rendah yang menggema di Danau Kabut Merah!
"Xialita!"
"Xialita!"
"Xialita!"
Namun hati Roland terasa berat seperti ditenggelamkan.
Pikirannya tak sengaja mengingat kabar yang pernah disebutkan Pasha.
「Kabarnya sebelum Perang Makna Ilahi pertama dimulai... Bahkan lebih awal dari itu, sudah ada manusia yang melakukan kontak dengan iblis.」
「Saat itu mereka tak berbeda dengan binatang buas, seorang manusialah yang mengajarkan pengetahuan kepada mereka.」
「Dan ini... juga menjadi alasan mengapa iblis tingkat tinggi kemudian cenderung mengambil bentuk manusia.」
