"Masih ada apa lagi?" Abu bertanya dengan terkejut.
"Segala aspek... Karena itu kita memiliki umur lebih panjang dari orang biasa, tubuh lebih sehat, kekuatan penyembuhan diri yang lebih kuat, serta plastisitas lebih tinggi." Filipina berbicara perlahan, "Dan ini termasuk juga watak kita."
"Watak... maksudmu apa?"
“Jika kita berhasrat menggunakan energi sihir untuk mewujudkan suatu tujuan, energi sihir akan membimbing kita ke arah itu——misalnya keinginan membalaskan dendam untuk rekan yang tewas, tekad membunuh iblis dengan membayar harga apapun, dan sebagainya. Hati penyihir perempuan pun akan semakin dingin, atau bisa disebut tak berperasaan.” Filipina menatap kobaran api yang bergoyang-goyang, “Bagi pejuang, ini memang membuat diri sendiri lebih perkasa, tapi perlahan-lahan akan mengubah kita menjadi spesies lain...”
“Spesies apa?”
“Non-manusia.”
Abu merasakan dadanya sesak.
Dia teringat masa lalu dimana dirinya hanya mencari-cari kesempatan untuk membantai personel gereja, mengabaikan segalanya selain itu. Memang saat itu adalah periode terkuatnya, niat membunuh yang mendidih di hati memberikan kekuatan hampir tak terbatas. Tapi selain itu, dia tidak memiliki apapun. Jika tidak bertemu Putri Kelima secara kebetulan, mungkin dia tak beda dengan binatang buas.
“Tentu tidak semua orang akan seperti itu, ini hanya tren——tekanan Perang membuat sebagian besar yang hidup tak sempat memikirkan hal lain. Bahkan orang biasa tanpa energi sihir pun bisa tergila-gila dalam perjalanan panjang tanpa harapan. Dibanding mereka, setidaknya kita mengubah kegilaan menjadi kekuatan, sudah termasuk cukup baik.” Filipina melanjutkan, “Sehingga serangkaian perubahan yang terjadi di Persatuan saat itu, mungkin sulit kamu pahami sekarang. Tapi pada masa itu adalah hal yang penuh keyakinan. Tanpa tekad baja, Tiga Kursi mustahil bisa melampaui batas biasa.”
“Begitu ya…” Abu mengulurkan tangan mengipasi api unggun, “Seandainya Perang Makna Ilahi terus berlangsung, seperti apa akhirnya bentuk para penyihir perempuan?”
“Tak ada yang tahu jawabannya, mungkin bahkan penampilan pun akan berubah,” kata Filipina dengan berpura-pura santai, “Bagaimanapun, kecantikan yang mencolok tetap dinilai berdasarkan persepsi manusia. Jika pada akhirnya bukan manusia lagi, mungkin akan menjadi aneh-aneh, seperti Iblis pun tak aneh.”
Kobaran api bergoyang, kesunyian sesaat menyelimuti gua batu.
Setelah beberapa lama, Penyihir Hukuman Dewa baru berbicara lagi, “Bolehkah kutanya, alasanmu memutuskan bertarung melawan Iblis?”
Sepertinya menyadari keraguan Abu, dia melanjutkan, “Tujuan kami sederhana: mengalahkan Iblis, memenangkan Perang Makna Ilahi, membangkitkan kembali kejayaan Takira—tanpa keyakinan ini, penyintas penyihir takkan bertahan sampai hari ini.”
“Kalian ingin membangun kembali Takira?”
“Tentu, itu tempat yang telah kami persembahkan seumur hidup. Tapi lebih sebagai simbol, bukan Kota Suci di bawah kekuasaan Persatuan. Jika Yang Mulia Roland bisa mengalahkan Iblis, itu membuktikan jalannya lebih benar daripada Tiga Kursi. Karena kolaborasi penyihir dan manusia biasa menjanjikan masa depan lebih cerah, tak ada alasan untuk tidak mendukung.”
Abu diam sejenak sebelum menjawab, “Aku hanya ingin melindungi seseorang, dan membantunya mewujudkan harapan. Karena dia ingin mengusir Iblis dari wilayah Cahaya Harapan, maka aku akan maju mewakilinya.”
“Benarkah……” Filipina menggelengkan kepala, “maafkan kejujuranku, ini bukanlah keyakinan yang baik.”
“Mengapa?”
“Karena tujuannya terlalu luas.” Dia mengangkat tangan sambil berkata, “Ini mudah membuatmu kehilangan arah diri, terutama di tengah pertarungan hidup-mati. Keinginan seseorang sulit dipastikan, yang lebih penting... apakah kau benar-benar tahu apa yang dia inginkan?”
“Tentu saja——” Abu tiba-tiba terhenti di tengah kalimat.
Akankah Tili ingin melihatnya melawan iblis di garis depan? Jawabannya jelas negatif, ini hanyalah keputusannya sendiri. Jika operasi positioning instrumen ilusi sebelumnya masih mengandung unsur pengorbanan diri untuk pihak lain, dalam pertempuran jarak jauh kali ini Tili tidak perlu terlibat langsung, namun dia tetap bergabung dalam tim atas undangan Roland.
Tidak diragukan lagi ada motif untuk memperoleh reputasi dan prestasi bagi Sihir Tertidur - semakin penting takaran Sihir Tertidur di Kota Tanpa Musim Dingin, posisi Tili secara alami juga semakin tinggi.
Tapi apakah hanya ini saja?
Pandangannya tak sengaja tertuju pada para penyihir perempuan yang telah tertidur pulas, wajah mereka yang lelah namun tenang dan lembut. Tatapannya bergerak dari Sylvie dan Maisie Pulau Tertidur, perlahan meluas ke semua rekan seperjalanan.
“Mengapa kau mengatakan semua ini padaku?” Abu tiba-tiba bertanya.
"Apapun yang terjadi, hubungan Filipina dengannya sebelumnya hanya sebatas sesekali berdiskusi jurus pedang dan meningkatkan teknik bertarung, jauh dari kata akrab. Bertanya sampai sejauh ini terasa aneh. Juga pengaruh energi sihir terhadap sifat, serta tuntutan penghuni reruntuhan Takira... Dia yakin sang penyihir tidak akan membahas ini dengan sembarang orang."
"Karena kau adalah Orang Luar Biasa," nada bicara Filipina menjadi serius, "bakat alam di antara para penyihir, dengan potensi tersembunyi yang tak terbayangkan. Di era Persatuan, setiap Orang Luar Biasa tipe tempur adalah target pelatihan utama. Begitu melebihi batas normal dan naik status menjadi yang melampaui batas biasa, kekuatanmu bisa membantai Iblis tingkat tinggi secara frontal, sekaligus menjadi pemimpin baru Persatuan."
Setelah berkata demikian, dia bangkit berdiri dan memberi penghormatan kepada Abu-abu, "Mungkin aku tak layak memandu seorang penyihir perempuan dalam meraih kemajuan, tapi bagi setiap Kepala, tujuan nyata dan tekad baja mutlak diperlukan. Semua catatan tentang yang melampaui batas biasa di Persatuan meraih promosi melalui pertempuran, sementara yang gagal menyeberangi jurang ini, semuanya tumbang di tangan Iblis." Dia berhenti sebentar, "Kuharap Yang Mulia menjadi yang pertama."
Hingga kalimat terakhir, Penyihir Hukuman Dewa telah menggunakan bahasa hormat.
"Tak perlu seperti ini..." Abu-abu mengerutkan kening.
"Anggap saja sebagai kerinduan - sudah lebih dari 400 tahun aku tak melihat yang melampaui batas biasa." Filipina tersenyum, "Tenang, di depan orang lain takkan kugunakan ritual kuno ini. Kalau begitu aku tidur dulu, sampai jumpa dua jam lagi."
"Ah, selamat malam."
"Ketika tak ada lagi suara lain di dalam lubang, Abu mengangkat kepalanya, menatap sepetak langit malam yang terlihat dari celah batu di atasnya, dan tak bergerak dalam waktu yang lama."
……
"Setelah mengakhiri komunikasi dengan garis depan, Roland menandai titik rute baru di peta."
"Operasi Puncak Intensitas telah memasuki hari ke-22 sejak implementasi resmi. Rencana tetap berjalan lancar hingga saat ini. Tim penembak jitu mengobservasi peningkatan signifikan jumlah Fearful Beast patroli, dengan area berenang mereka yang perlahan menjauhi rute yang ditetapkan Angkatan Darat Pertama - jelas dalam pandangan Iblis, reruntuhan Takira dianggap lebih penting. Ruang kosong luas di selatan pos terdepan secara bertahap berubah menjadi blind spot visual."
"Tentu saja, tim patroli yang ditempatkan di sekitar pos terdepan tak ada yang dibongkar. Menurut prinsip umum, pasukan musuh mana pun yang berinisiatif menyerang pos terdepan pasti akan terdeteksi lebih dulu."
"Tapi Angkatan Darat Pertama bukanlah tim yang mengikuti prinsip umum."
"Pasukan artileri yang dilengkapi tabel tembak lengkap dan meriam benteng yang telah dimodifikasi, mampu melancarkan serangan memfatalkan dari jarak sepuluh kilometer."
