……
"'Jadi akhirnya Putri Tili yang menulis Buku Pegangan Terbang?' Anna meletakkan buku di tangannya sambil tersenyum ringan, 'Apa Wendy tidak merasa sangat terpukul?'"
"'Pasti ada sedikit kemuraman, tapi kurasa ini bukan masalah besar.' Roland menggeser tubuhnya ke atas agar lebih nyaman bersandar."
"'Kamu yakin sekali?'"
"'Nightingale baru saja meminta uang muka Minuman Kekacauan bulan depan, Book Scroll juga mengajukan tiga porsi es krim panggang. Dengan ditemani mereka berdua, mungkin dalam semalam sudah pulih. Aku juga sengaja mengirim dua botol wine buah sebagai penghiburan. Jika mabuk, takkan ada yang membebani hati.'"
"'Apa anggur ini bernama 'Mabuk Hidup Mati Mimpi'?'"
"'Tidak, namanya Wine Rasa Vanilla Kadang Sedang.'"
"'Apa ini, benar-benar biasa saja...'"
“Setiap kali momen seperti ini selalu menjadi saat paling rileks bagi Roland – Setelah membersihkan debu dan kelelahan seharian, kedua orang ini bersandar di bantal beludru hitam yang lembut, berbagi hal-hal sepele yang mereka alami sepanjang hari. Biasanya, Anna juga akan membawa serta buku perjalanan atau biografi untuk dibaca sebelum tidur, sementara yang disukainya adalah memiringkan badan untuk mengagumi profil wajah lembut dan bersinar sang kekasih.
Sejak proyek rel kereta api Hutan Persembunyian dimulai, ini juga menjadi salah satu sedikit waktu dimana mereka bisa bertatap muka.
Hampir setiap tiga hari, dia harus naik kereta api ke barat laut untuk menangani rel yang telah dipasang Yezi, lalu kembali dengan kereta pada senja hari.
Bahkan tanpa perlu mengelas rel, masih banyak pekerjaan yang harus dia selesaikan.
Seperti komponen kunci untuk beberapa senjata.
Serta pergantian dan penyempurnaan mesin bubut baru.
Pengupasan kerangka dan perakitan pesawat luncur juga tak bisa lepas dari tangannya.
Meskipun tingkat industri Wilayah Barat telah berkembang pesat dibanding masa awal pembangunan, dimana bahan baku logam dasar dan alat produksi sudah terbebas dari ketergantungan pada penyihir, tetap saja tak bisa mengejar kecepatan pembaruan desain gambar Roland.
Karenanya waktu santai seperti ini terasa semakin berharga.
“Tapi ide Nona Tili yang menyusun 《Buku Panduan Terbang》 juga bagus,” Anna mengalihkan topik ke uji terbang, “Mengingat tujuan akhirmu adalah membuat sesuatu yang bisa digunakan semua orang, persepsinya justru lebih mewakili orang biasa. Selain itu dalam hal kemampuan belajar, pengetahuannya sudah setara denganku, pasti bisa membantumu lebih dari Wendy.”
“Hmm… Bakat Wendy memang tidak di bidang ini，” Roland mengangguk, “Seharusnya aku memikirkan ini sejak awal.”
“Lalu, untuk mesin pesawat terbang baru, apakah sudah kamu pertimbangkan?”
“Tentu saja，” jawabnya dengan penuh kepercayaan diri, “Ini adalah bidang yang paling ku kuasai. Apalagi sekarang ada dunia mimpi sebagai referensi, gambar teknik prototipe bisa langsung sempurna. Tinggal menunggu penyelesaian menara distilasi minyak, lalu kita bisa mulai produksi.”
Keduanya kemudian berdiskusi panjang lebar tentang industri Kota Tanpa Musim Dingin, mulai dari detail teknis hingga rencana pengembangan – dan bukan monolog satu arah, Anna tidak hanya memahami maksudnya tapi juga bisa memberikan masukan dan pujian yang tepat, perasaan saling mengerti ini benar-benar seperti merasakan angin musim semi.
Mengingat rasio gender yang mengerikan di akademi teknik mesin dan prospek kerja yang suram, lalu melihat bulu mata gadis di pangkuannya yang terus berkedip-kedip, tiba-tiba ia merasa seperti mendapat perlindungan Dewa Mesin.
Mungkin karena terlalu lama menatap, Anna akhirnya tidak bisa menahan tawa, “Pu chi! Apakah wajahku seindah ini?”
Roland tidak menjawab, tapi langsung bertindak – ia mendekatkan kepala dan mencium lembut telinga gadis itu.
“Kalau tahu kamu seperti ini, seharusnya aku lebih cepat mengambil tindakan,” ujar Anna dengan senyuman.
Maksudnya malam perayaan setelah Berakhirnya Bulan Iblis pertama, saat kau mencegatku sendirian di pintu masuk kastil?
“Awalnya kau mengira aku seperti apa?” Roland tak bisa menahan rasa penasarannya.
“Bagaimanapun juga welas asihnya, pada akhirnya beliau adalah seorang Pangeran, puncak kalangan bangsawan dalam kabar yang beredar, pasti berbeda dengan kita.”
“Haha... Maaf, mengecewakanmu,” katanya berpura-pura menyesal, “Aku hanyalah orang biasa.”
“Tidak, justru lebih baik...” Anna menggelengkan kepala, membalas sambil mencibir, “Karena, aku juga orang biasa.”
……
Dua hari kemudian, wilayah liar.
Pasukan inti Angkatan Darat Pertama akhirnya tiba di basis tembakan yang telah ditetapkan—Lereng Utara, sesuai rencana tempur tepat waktu.
Namun yang membuat Kapak Besi curiga, perjalanan ini terlalu lancar. Tidak hanya tidak ada penghalang seperti yang diperkirakan, bahkan gangguan udara pun tak pernah muncul.
Awalnya dia sudah merencanakan untuk maju dengan menginjak mayat musuh, tetapi selama enam hari bahkan bayangan Iblis pun tak terlihat. Satu-satunya pertempuran hanyalah saat bertemu kawanan serigala yang mencari makan. Selain itu, seluruh dataran berada dalam diam bak bayangan yang mencurigakan, seolah semua pengawas telah teralihkan perhatiannya oleh tim penyergap.
Jika benar demikian mungkin masih bisa dimaklumi, namun menurut persepsi yang diterima dari penyihir perempuan, situasinya tidak seperti itu.
Faktanya, Iblis hanya meningkatkan kepadatan patroli selama dua tiga hari awal, setelah itu malah menarik sebagian besar Fearful Beast. Patroli pos terdepan juga tidak dipulihkan, bisa dikatakan mereka telah menyerahkan pengawasan di area tersebut.
Setelah mendirikan tenda, Kapak Besi segera mengumpulkan penanggung jawab pasukan tempur dan staf ke tenda pusat.
“Apa pendapat kalian tentang sikap diam Iblis ini?”
“Memang agak aneh…” Perwakilan Aliansi Penyihir Perempuan, Agatha, merenung sejenak, “Yang bisa membatasi gerakan mereka hanyalah kabut merah, tapi Sylvie mengatakan pembangunan pos terdepan belum berhenti, setidaknya suplai jalur merah belum terputus.”
“Kalau para Bangsawan mungkin masih bisa dipahami,” Sinar Fajar Wilayah Barat menyambung, “Entah ada masalah di belakang garis, atau mereka enggan melepas binatang pengintai yang sedikit ini.” Setelah berkata demikian, ia menatap Agatha, “Bisakah Putri Sylvie mengamati gerakan di reruntuhan Takira?”
“Tempat itu terlalu jauh dari mereka,” yang disebutkan terakhir menggelengkan kepala, “Tim penembak jitu sudah menyerah memancing musuh sehari lalu, sekarang sedang bergerak ke arah kita.”
“Berapa lama sampai di sini?” tanya Kapak Besi.
“Setidaknya empat hari,” Agatha melirik peta, “Meskipun kecepatan Bahtera Energi Sihir tidak lambat, tapi rute mereka berlawanan dengan Angkatan Darat Pertama. Tentu, kalau hanya Petir dan Maisie yang datang, bisa sampai malam ini.”
“Sebenarnya kita tak perlu menebak niat musuh,” Edith tiba-tiba bersuara, “Apapun yang mereka rencanakan, ini kesempatan emas bagi kita—masuk ke posisi serangan tanpa kerusakan, jalur suplai bawah tanah juga terbuka lebar, tidak ada awal yang lebih baik dari ini. Selanjutnya kita hanya perlu mengembangkan meriam benteng, meratakan pos terdepan Iblis sampai rata dengan tanah.”
Dari sudut pandang hasil akhir, penjelasan ini memang tak terbantahkan.
Kapak Besi berpikir sejenak, "Bahtera Energi Sihir selama tidak muncul ke permukaan tanah, pada dasarnya tidak mungkin terdeteksi oleh Iblis, benar?"
"Bisa dikatakan begitu," jawab Agatha.
"Kalau begitu bisakah Maisie membawa Putri Sylvie bersama?"
"Akan kusampaikan padanya."
"Terima kasih," Kapak Besi segera membuat keputusan, "Kapten Fanar!"
"Hadir!" Fanar maju selangkah.
"Persiapkan meriam benteng, siapkan posisi tembak," katanya dengan tegas, "Besok di kala senja, serangan akan dimulai!"
