“Braak! Braak! Braak!”
Fajar baru merekah ketika ketukan di pintu rumah tanah terdengar.
“Goode, sudah bangun? Kita harus berangkat!”
“Sebentar lagi!”
Goode menghabiskan suap terakhir bubur hangat, mengusap mulutnya, menatap gadis yang masih sibuk membereskan ranjang, “Kalau begitu aku pergi dulu.”
Gadis itu mengangkat kepala, “Benarkah aku tidak perlu ikut?”
“Aku sudah bilang berkali-kali, kau masih terlalu kecil, tidak mungkin ada pekerjaan yang cocok untukmu.” kata Good dengan tak sabar, “Hentikan—Aku tahu kau akan menyebut-nyebut soal Hati Serigala lagi, tapi hal semacam itu... apa kau ingin terus melakukannya? Diamlah di sini, nanti siang aku akan bawa makanan enak.”
Mata gadis itu berkilat, “Berondong jagung——”
“Terlalu mahal, menurutku kue panggang telur saja sudah cukup. Atau... kau tidak suka telur setengah matang yang digoreng sampai kecoklatan kedua sisinya?”
“Grr.” Dia menelan ludah.
“Jadi jangan kabur-kabur, mengerti?” Good mengingatkan sekali lagi, “Omong-omong, siapa namamu?”
“Rachel.”
“Harus panggil aku apa?”
Dia ragu-ragu, tapi akhirnya menjawab, “Ka... Kak.”
“Bagus, jangan sampai ketahuan.” Good mengencangkan kain rami di lehernya, membuka pintu rumah tanah. Kehangatan segera diusir angin dingin, musim dingin kembali ke bentuk yang ia kenal. Namun begitu, pemandangan yang terlihat justru penuh vitalitas dan semangat hidup.
Barisan rumah tanah membentang bagai gelombang yang bergulung-gulung di atas salju. Ke mana pun memandang, asap masakan dan siluet manusia yang bergerak terlihat di mana-mana. Kota di kejauhan kadang muncul kadang menghilang dalam kabut, seolah masih tertidur lelap. Sedangkan daerah seberang sungai ini telah bangun sejak lama.
"Yang mengetuk pintu ruangan adalah Paman Baji dan Shanguo yang tinggal di sebelah, mereka berdiri puluhan langkah jauhnya berteriak,『Masih bengong apa? Cepat ikut kami!』"
"Datang!" Ia menutup pintu ruangan, melangkahi tumpukan salju menuju kedua orang itu.
Area pemukiman sementara berjarak sekitar 4 li (±2 km) dari pusat Kota Tanpa Musim Dingin. Trio ini harus sampai di alun-alun pusat sebelum lowongan pekerjaan baru diumumkan. Untungnya di sepanjang Sungai Redwater telah dibangun jalan batu kokoh - meski diselimuti salju, tetap aman dilalui. Tanpa kekhawatiran seperti menapaki jalan gunung yang harus dijelajahi selangkah demi selangkah, mereka bisa mencapai tujuan dalam seperempat jam.
Tak lama, banyak orang mulai bergabung - skala area pemukiman sementara melampaui imajinasi. Bahkan Gud tak pernah melihat ujungnya. Menurut penjelasan paman tetangga, rumah tanah sebelumnya masih berada dalam wilayah kota, tapi seiring bertambahnya penduduk, gunung-gunung kecil ini dipindahkan ke luar kota. Karena diperluas setiap tahun, tak ada yang tahu berapa migran perbatasan yang bisa ditampung.
Satu hal pasti: kerumunan yang mengalir dari permukiman ke jalan batu ini kebanyakan juga mengincar pekerjaan baru.
"Kalian sudah punya rencana mau kerja apa?" tanya Baji.
"Mungkin pekerjaan ringan seperti menyapu salju atau membersihkan es..." jawab Shanguo sambil memegang tengkuknya, "Durasi pendek, bayaran cepat. Kerja sehari bisa untuk dua hari makan. Setidaknya musim dingin ini tak perlu khawatir lapar. Tentu saja, dengan syarat tidak ada perekrutan terbatas yang lebih baik."
"Perekrutan terbatas" merujuk pada pekerjaan khusus dengan kuota personel terbatas, ambang persyaratan tertentu, dan imbalan jauh lebih tinggi. Kota ini dipenuhi berbagai peraturan aneh, misalnya semua pengumuman lowongan terkait kantor administrasi, bukan dari perorangan; pejabat memperbarui pengumuman tiap minggu, permintaannya mencapai ratusan orang. Skala dan efisiensi sehebat ini benar-benar merombak pemahaman Gud.
Hanya saja, hal paling tak terduga di sini adalah keterkejutan. Dibandingkan pemandangan ajaib tak terbayangkan lainnya, hal ini justru tak istimewa lagi.
Semua perekrutan terbagi menjadi tiga kategori utama: selain perekrutan terbatas, dua lainnya adalah perekrutan jangka pendek dan resmi. Imbalan dan cakupan kerja kategori terakhir jauh lebih luas, sayangnya mensyaratkan kartu identitas atau ijazah pendidikan dasar. Para migran seperti mereka hanya bisa memilih pekerjaan jangka pendek untuk mengisi perut.
Pilihan Shanguo cukup masuk akal. Meski imbalan pekerjaan ringan tak tinggi, setidaknya bisa menyisakan energi untuk mengikuti kelas pendidikan dasar. Jika lulus tes kelayakan, status penduduk resmi akan diperoleh.
"Bagaimana denganmu?" Shanguo menatapnya.
"Yang gajinya tinggi," Gud mengangkat bahu, "capek sedikit juga tak apa."
Karena masih ada satu mulut lagi yang harus diberi makan.
Sebagai pengungsi baru yang baru bermigrasi ke Kota Tanpa Musim Dingin musim dingin ini, memiliki gubuk kecil yang menahan angin dan hujan saja sudah sangat beruntung. Mimpi pindah ke kompleks perumahan cantik atau makan daging kering tiap minggu? Itu belum terlintas di benaknya.
“Satu-satunya yang agak disayangkan Good adalah pekerjaan yang dirilis Kantor Administrasi memiliki batas usia minimum - 16 tahun. Rachel masih harus menunggu dua tahun lagi untuk memenuhi persyaratan. Sekarang setelah berhasil kabur dari lubang api, dia tak boleh membiarkannya terjebak lagi.”
“Jangan sampai kamu kelelahan,” Baji mengingatkan, “Dinginnya mampus, pergi ke rumah sakit medis itu mahal.”
“Tenang, kesehatan saya baik-baik saja!” Good menepuk dadanya. Ini bukan mengarang cerita. Dulu dia hampir terpilih sebagai hamba ksatria, kalau saja latar belakangnya tidak terlalu buruk... “Paman, apa rencana Anda?”
“Saya tidak memilih apa-apa, hanya menemani kalian.”
“Hah?” Shanguo tertegun.
Good justru cepat bereaksi, “Mungkinkah kamu sudah...”
“Haha, memang itu mungkinkan,” Baji tersenyum bodoh, “Mandor Tim 6 proyek tertarik pada saya, berencana merekrut saya ke tim resmi. Kontrak baru seharusnya datang dalam beberapa hari ini.”
“Itu benar-benar... hebat!” Shanguo baru bereaksi, “Kalau rekrutmen resmi, gaji bisa hampir dua kali lipat, kan? Tak lama lagi kamu bisa terkumpul uang muka, dapat kartu identitas, jadi penduduk sejati Kota Tanpa Musim Dingin!”
“Kalau disuruh belajar baca-tulis lagi, pasti tak sanggup.” Baji mengibaskan tangan, “Lagi pula saya sudah hampir dua tahun di sini. Baru sekarang melihat kesempatan, berarti saya terlalu bodoh. Kalian anak-anak muda pasti lebih banyak peluang.”
Orang-orang sekitar yang mendengar percakapan mereka mulai mendekat memberi selamat, suasana jalanan pun ramai sejenak.
“Ini membuat Goode agak bingung.”
“Di matanya, mendapatkan kartu identitas hanyalah untuk mencari pekerjaan lebih baik, tapi orang-orang ini justru terbalik—menjadi rakyat wilayah pangeran atau raja mana pun sebenarnya hal yang biasa, tapi dalam percakapan mereka, ini seolah menjadi prestasi yang sangat membanggakan, bahkan lebih penting dari pekerjaan itu sendiri.”
“Sembari mengobrol, trio ini tiba di alun-alun Kota Tanpa Musim Dingin.”
“Di sana sudah berkumpul beberapa pendatang awal, tapi kebanyakan adalah penduduk wilayah dalam kota, tidak bersaing dengan pengungsi di area pemukiman sementara.”
“Pengumuman baru terpampang di sisi selatan alun-alun. Sesekali bocah kecil mendekati kelompok Goode bertanya, "Perlu dibacakan? Cuma sepuluh Tembaga."”
“Tidak perlu, kami bisa baca karakter,” Baji juga menjawab sambil tersenyum—tentu sebenarnya hanya Shanguo yang bisa, itupun tidak lengkap.”
“Ck, birokrat-birokrat ini... Daripada repot begini, mending cari kerja resmi,” gumam Goode pelan, “Gajinya jauh lebih banyak dari segenggam Tembaga ini.””
“Mereka mungkin siswa Akademi, seharusnya belum mencapai usia kerja,” Shanguo memandang sekeliling.”
“Apa?”
“Hmm... Aku dengar saat kerja shift malam,” suaranya direndahkan, “Untuk membuktikan pentingnya 'pengetahuan', Guru sering menyemangati mereka mencari peluang penghasilan dengan ilmu yang dipelajari—sepertinya cara ini membuat jumlah siswa Akademi meledak. Kalau tidak harus kerja siang, aku juga mau coba.””
"Hm... Bisa juga seperti ini?" Goode kembali mengamati para pembaca pengganti yang berlarian, sebagian besar memang anak-anak. Jika ingatannya tidak salah, Rachel juga bisa membaca beberapa karakter, mungkin bisa disuruh mengerjakan ini?
"Hei, lihat sana!" Paman tiba-tiba menunjuk ke sudut selatan alun-alun, "Banyak orang berkerumun di sana!"
Goode dan Shanguo saling pandang, "Jangan-jangan ini—rekrutmen terbatas?"
"Cepat, kita juga harus lihat!"
Trio itu segera berlari ke kerumunan orang. Di luar dugaan, selain tenda yang didirikan, ada juga komentator khusus.
Setelah mendengar penjelasan, hati Goode dipenuhi sukacita!
Benar sedang ada rekrutmen terbatas dengan syarat sangat toleran: tidak perlu bisa baca tulis atau kartu identitas, hanya butuh kondisi fisik prima dan lulus serangkaian tes terkait. Meski tidak paham maksud konten tes aneh yang disebut-sebut, selama tes fisik, dia punya kepercayaan diri cukup.
Yang paling mengejutkan, ini ternyata rekrutmen dari tentara!
