Kerumunan penonton langsung menderu dan bergerak!
Ratusan peserta bergerak bagai ombak di bawah sorak-sorai penonton, menyusuri Jalan Kerajaan menuju Benteng Longsong. Tim polisi yang bertugas sebagai wasit dan penyelamat juga mengayuh sepeda, mengikuti aliran manusia di kedua sisi. Ksatria tak biasa yang mengenakan seragam seragam dan pita cerah ini menarik banyak tatapan penonton.
Adegan serupa terjadi di titik start Distrik Longsong.
Lebih dari seribu orang melangkahkan kaki ke garis finish pada waktu yang sama dengan tujuan sama——bukan untuk kabur menyelamatkan nyawa maupun mencari nafkah. Mereka mencurahkan stamina tanpa memikirkan imbalan, pemandangan aneh yang melanggar prinsip ini pasti akan menyebarkan reputasi Kota Tanpa Musim Dingin ke seluruh sudut benua.
Kompetisi lari jarak jauh terorganisir pertama dalam sejarah manusia pun dimulai di ibu kota kerajaan yang baru ini.
……
"Kakak, kenapa tidak ikut?" tanya Cole ke Edith di tribun finish sambil menunggu Lance yang sedang berteriak di pagar pendek, "Kalau cuma uji daya tahan, pasti kakak bisa dapat peringkat kan?"
Mungkin karena membawa Lance dari Ayah, suasana hatinya belakangan ini selalu terlihat baik. Tidak hanya selalu menjawab setiap pertanyaan, tapi juga terbebas dari risiko diisengi. Kalau tidak, dia pasti tidak berani mengganggu kakak tua dengan masalah remeh seperti ini.
"Wow?" Edith meliriknya, "Lalu apa setelah mendapatkannya?"
"Hmm— Bukannya dulu kamu sangat antusias dengan pertandingan seperti ini?"
Makanya sampai dapat julukan Mutiara Utara, pikir Cole. Di matanya, kakaknya dulu benar-benar pribadi yang hiperaktif. Siang hari bertarung sengit dengan para ksatria, mengalahkan rekan sebaya dengan satu tangan dan pedang hingga antriannya mengular dari Kastil Malam Abadi sampai gerbang kota. Malam harinya, dia menjadi bunga paling mencolok di pesta, jago minum anggur dan menemani ngobrol. Bahkan Tifico masih terus mengenangnya setelah sekali bertemu, membuktikan daya tariknya yang luar biasa.
Karena kehadirannya selalu terlihat di sebagian besar pertandingan dan pesta wilayah utara, dia pun menjadi figur terkenal di sana. Di masa lalu, mustahil dia melewatkan perayaan yang dipimpin langsung oleh Yang Mulia Raja.
"Karena dulu keluarga membutuhkanku seperti itu." Edith mengangkat bahu, "Tanpa memperluas pengaruh keluarga Kant secepat mungkin, Ayah juga tidak akan dapat gelar Duke— meski aku harus seperti Badut menarik perhatian para brengsek itu dan menyenangkan hati mereka." Dia tersenyum dingin, "Jangan-jangan kamu kira aku suka melakukan ini?"
Cole tidak bisa menahan perasaan dingin yang menusuk tulang menyergap wajahnya.
"Tidak, aku hanya..."
"Tapi sekarang, 「」 tidak perlu lagi menukar keringat untuk mendapat perhatian Yang Mulia Roland," Untungnya sang lawan tidak mengejar kesalahan ucapannya, "Dan...aku juga bukan sendirian lagi."
Cole tertegun, "Bukan...sendirian?"
Edith melirik Lance yang sedang heboh di sampingnya, lalu menatapnya, "Aku masih punya kalian, bukan?"
Dingin itu sirna seketika, Cole refleks menegakkan dada. Ingin mengatakan sesuatu tapi bingung memulai.
Edith hanya tersenyum tipis sebelum mengalihkan pandangan ke podium tinggi, "Bekerja keraslah di kantor administrasi, itu bantuan terbesar untukku."
……
"Hu chi... hu chi," kecepatan Gurtz mulai melambat, "Berapa...jauh lagi yang harus kita tempuh?"
"Penanda terakhir yang kita lewati nomor 14, artinya baru separuh jalan," Lohan menunjukkan kekhawatiran, "Ayah, Anda baik-baik saja? Jika terlalu lelah, kita berhenti dulu. Masih banyak peserta di belakang."
Seiring pertandingan berjalan, kerumunan padat awalnya membentuk pola kepala panah, lalu berubah menjadi garis panjang, dan kini bahkan garis pun tak terlihat.
Jelas peserta yang bisa lari terus selama lebih dari setengah jam sangat langka. Dari awal sampai sekarang, peserta yang menyusul mereka bisa dihitung jari. Dengan ritme seperti ini, selain meraih peringkat, menyelesaikan pertandingan seharusnya hampir pasti.
Lohan lebih khawatir dengan kesehatan ayah.
Faktanya ini lebih melelahkan daripada menyeberangi gurun pasir — setidaknya yang pertama tidak membatasi waktu, asalkan merencanakan rute dengan baik, menjamin suplai dari oasis, langkah demi langkah pasti bisa sampai. Tapi berlari berbeda, mempertahankan kecepatan tinggi akan meningkatkan konsumsi stamina secara terus-menerus, dan Ayah sudah lama tidak melakukan aktivitas seintens ini.
"Kamu ingin menyerah lagi?" Gurtz melotot padanya, "Hanya karena bukan yang terakhir?"
"Aku..."
"Jika itu Lorka, dia pasti takkan mengucapkan kata-kata seperti ini. Kapan kamu bisa seperti dia, mengerahkan seluruh kekuatan untuk satu tujuan, maju tanpa ragu? Pernahkah kamu berpikir untuk mengalahkan semua orang?"
Jika dulu, Lohan pasti memilih diam. Tapi entah mengapa, dia merasakan rasa sesak menyembur dari dasar hati, membuat dadanya sesak tak tertahankan.
Bagaimana aku bisa menang?
Memberi racun di cangkir adik ketiga, atau mengumumkan kabar transformasi serigalanya ke publik?
Bagaimana mungkin mengalahkan seorang Dewi yang telah menerima Kekuatan Tiga Dewa?
Dia bahkan tak bisa mengalahkan kepala pengawal keluarga!
Untuk mempertahankan posisi klan terkuat di Kota Pasir Besi, Homura harus menjamin Kekuatan Tempur yang memadai. Fakta bahwa Lorka muncul kemudian sebagai penerus terbaik di mata semua orang memang wajar. Tapi dengan memilih diam dan menghindari konflik internal, bukankah ini juga tindakan untuk klan?
Mengapa Yang Mulia tak pernah memperhatikanku?
"Kurang lebih karena lokasinya yang jauh dari perbatasan selatan, atau mungkin juga karena sudah terlalu lama menahan diri, mungkin juga sedikit karena penampilan Ayah yang terlalu aneh," Lohan pertama kali membantah dengan suara keras, "Aku khawatir dengan kondisi Yang Mulia! Kalau bukan karena Yang Mulia di sini, aku pasti sudah lari ke depan sejak lama!"
Tapi baru saja mengatakannya, dia langsung menyesal.
Ucapan seperti itu jelas-jelas mengejek bahwa dirinya merasa terbebani.
Dia menggerakkan bibirnya, berusaha memperbaiki ucapan sebelum Ayahnya marah besar, tapi tiba-tiba mendengar Gurtz menjawab, "Kalau begitu larilah sendiri."
"Ayah, maksudku..." Lohan memalingkan wajah dengan terpaksa, mengira akan melihat wajah marah sang Ayah, tapi malah melihat senyuman tipis mengambang di sudut mulutnya.
"Ini pertama kalinya kau secara aktif mengungkapkan pikiranmu?" Gurtz menghela napas panjang, "Sebenarnya kau benar, aku memang sudah menua. Sehebat apapun sebelumnya, tak bisa mengubah pengaruh waktu." Dia berhenti sebentar, "Kalau begitu jangan pedulikan aku - kau memang ahli lari jarak jauh, bukan?"
Lohan terkejut membeku.
"Ada pepatah di klan kita: apapun yang dilatih selama 10 tahun, bahkan orang bodoh sekalipun akan menjadi jenius luar biasa." Gurtz perlahan berhenti berjalan, "Jangan khawatir, aku akan perlahan-lahan menyusul."
Dia mengepal tinju, diam sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan suara rendah, "Kalau begitu aku duluan."
"Tunggu," Gurtz memanggilnya tepat saat berbalik, "Kenakan dua benda ini."
"Ayah--"
“Meskipun Lorka telah meninggalkan wilayah klan, dia tetap bagian dari Homura dan adik kandungmu. Di setiap wilayah yang bisa membantunya, kita harus berusaha sekuat tenaga.” Gurtz mengenakan hiasan kepala bulu di atas kepalanya dengan tangannya sendiri, “Pergilah, tunjukkan kemampuan orang pasir Mojin kepada Kepala Suku Besar.”
Lohan tidak menjawab. Ia memandang ayahnya dengan diam beberapa saat, lalu mengayunkan langkah kakinya.
Angin kembali mulai berhembus.
Kecepatannya semakin meningkat. Awalnya masih terdengar suara kekaguman penonton di pinggir jalan, namun kemudian sepenuhnya tertutupi desir angin yang menerpa wajahnya.
Lohan sama sekali tidak merasa lelah. Ia yakin masih bisa berlari lebih cepat lagi.
Saat ini, tubuhnya seolah dipenuhi kekuatan fisik.
Rupanya Ayah terus mengawasinya selama ini!
Untuk memastikan posisi adik ketiganya tak terbantahkan, ia menanggung banyak kecaman – baik dari suku luar maupun internal. Setiap kali hampir tak tahan, diam-diam ia meninggalkan Kota Pasir Besi di malam hari, berlari sendirian antar oasis kecil. Sebagai pelampiasan, juga ingin membuktikan diri dari aspek lain: Memang kurang ahli dalam keterampilan beladiri, tapi mungkin bisa mengungguli Lorka di bidang lain seperti perburuan kelompok. Daya tahan dan stamina justru menjadi faktor terpenting dalam mengusir mangsa selama perburuan kelompok.
Meskipun pada akhirnya ide ini tak pernah terwujud.
Lohan mengira percobaan kecilnya takkan menarik perhatian siapa pun, namun kini tampaknya faktanya tidak demikian.
「Sebenarnya kamu sangat ahli dalam lari jarak jauh, kan?」
「Segala hal yang dilatih selama 10 tahun, bahkan orang paling bodoh sekalipun akan menjadi jenius luar biasa.」
Perkataan Ayah terus-menerus bergema di telinga.
Benarkah? Jadi Yang Mulia sudah mendeteksi sejak awal.
Lohan mempercepat langkahnya beberapa tingkat lagi.
Dari hari pertama ia mulai berlari di oasis hingga masa kini.
Tepat 10 tahun!
