……
"Astaga, ternyata benar-benar kamu!"
Saat Aoi turun dari tribun sambil membawa kantong naga emas yang berat, suara yang sangat familiar terdengar di telinganya.
Ia menoleh, sudut mulutnya tak terbendung naik, "Yo, Cakar Harimau!"
"Hahaha, lama tidak bertemu, Aoi!" Si Jangkung langsung memeluknya erat, menepuk punggungnya dengan keras, "Saat Yang Mulia Kaisar menyebut namamu, kukira itu hanya kebetulan nama sama. Tak kusangka kau bisa mengalahkan Kepala Ksatria dan Sinar Fajar Wilayah Barat, benar-benar mengejutkanku! Tunggu... tekstur ini, kau gemukan ya?"
Aoi tersenyum sambil mendorongnya, membalas dengan tinjukan ke dadanya, "Dasar kau, dibanding dulu yang cuma kulit dan tulang, ini kan normal!"
"Tidak, maksudku lebih baik gemuk," Cakar Harimau bersiul, "Setidaknya lebih terlihat seperti wanita." Matanya mengamati Aoi dari ujung kepala sampai kaki, "Tapi jujur saja, perubahanmu terlalu drastis... Saat di atas panggung saja aku hampir tidak yakin itu benar-benar dirimu."
"Benarkah?" Dia mengangkat bahu, "Rambutku saja yang lebih panjang, makan sedikit lebih banyak. Kau juga jadi lebih berotot, kan?"
"Ini hasil latihan tiap hari di lokasi konstruksi!" Yang kedua itu dengan bangga menegakkan lengannya yang berotot.
"Huchi... Huchi... Aoi, tunggu aku," Xiao tersengal-sengal keluar dari kerumunan, "Lho, ini kan Cakar Harimau!"
"Lihatlah, dia hampir tidak berubah, tetap kecil dan kurus," Cakar Harimau memberi pelukan hangat yang sama, "Jangan bilang kau juga berlari ke sini."
"Hmm, hmm... jangan terlalu keras," Xiao tersenyum getir, "Aku datang dengan kereta kuda bos rombongan pedagang. Kalau bukan karena Aoi-jie yang memaksaku menemani, aku tidak mau melakukan perjalanan ini."
"Kau jadi pedagang?"
"Hanya membantu-bantu saja." Dia malu-malu mengusap tengkuknya.
“Birokrat ini kan bisa baca beberapa karakter?” Aoi menyeringai, “Pelajaran pendidikan dasar pun lebih cepat sedikit dari yang lain. Setelah lulus tes kelayakan langsung direkrut serikat dagang, tiap hari duduk bermain-main dengan catatan transaksi. Hidupnya enak sekali.”
“Oh begitu. Untung kau datang, mana mungkin kita bisa berkumpul begini kebetulan?” Cakar Harimau tertawa lebar, “Ayo kita ke wilayah Tanpa Musim Dingin, minum semalaman merayakan Aoi!”
“Boleh saja, tapi...” Xiao menoleh ke kiri-kanan, “Taring Ular? Apa dia tidak mendaftar pertandingan?”
Aoi tiba-tiba merasakan debaran di hatinya.
Faktanya sejak tadi ingin bertanya, tapi tak mau terlihat terlalu gusah. Kini ia pura-pura biasa saja menatap Cakar Harimau, “Jangan-jangan kau lemparkan dia terlalu jauh sampai pulang sendiri?”
“Dia... lari sendirian ke Hutan Persembunyian membangun rel kereta api.” Cakar Harimau menjawab malas, “Gajinya memang besar, tapi nyawa bisa melayang kalau lengah. Buat apa uang banyak kalau sudah mati? Dulu tinggal di selokan pun rela, sekarang punya rumah resmi masih tak puas, maunya kamar ganda. Aku kadang tak mengerti isi kepalanya.”
Karena itu bisa menyediakan tempat tinggal nyaman bernuansa kekeluargaan, bukan sekadar penahan angin-hujan. Aoi berpikir dengan perasaan getir, “Tentu demi kepolosan itu.”
“Polos?” Cakar Harimau tak mengerti.
“Hei, kamu tidak sampai lupa sama Polos kan,” Xiao menyodoknya, “Dia kan rekan kita.”
“Aku tahu, tapi apa hubungannya dengan dia?” Cakar Harimau bingung, “Polos sekarang sudah bergabung dengan Aliansi Penyihir Perempuan, tinggal di area kastil, tidak perlu kita sediakan rumah lagi. Lagi pula Si Taring Ular itu juga, padahal beberapa kali melihat Polos, tapi tidak berani menyapa, malah menarikku sembunyi. Alhasil sampai sekarang dia tidak tahu kita sudah datang ke sini.”
“Apa?” Aoi tertegun, “Masa sudah hampir dua tahun lebih, kalian belum pernah bertemu Polos?”
Cakar Harimau menggelengkan kepala pasrah.
“Puuut— Hahahahaha!” Aoi menyeringai tertawa lebar, “Dia benar-benar bodoh ya!” Entah mengapa, tiba-tiba hatinya terasa lebih ringan, langkah kakinya pun menjadi lebih lincah.
“Kak Aoi, kecilkan suara,” Xiao buru-buru berbisik, “Orang-orang sekitar sedang memperhatikan kita.”
Namun Aoi sama sekali tidak ambil pusing, malah melambaikan tangan ke kerumunan sekitar, mendapat balasan tawa riang yang ramah.
Orang-orang jelas sudah menganggapnya sebagai Putri Juara.
“Terkenal itu enak ya…” Cakar Harimau berkomentar, “Dua tahun lalu, aku tidak bisa membayangkan akan ada hari seperti ini.”
“Dibanding ketenaran, seratus keping Naga Emas itulah yang utama,” Xiao punya pandangan berbeda, “Kalau digunakan untuk bisnis, keuntungannya pasti jauh lebih besar daripada bekerja. Meski tidak paham sama sekali, bisa kerja sama dengan serikat dagang. Kalau bisa berkembang besar, tinggal tidur pun uang masuk—"
“Tidak, aku ingin membeli rumah.” Aoi memotong, “Di Perbatasan.”
“Eh?” Xiao tertegun, “Tapi ini kan kesempatan langka! Kalau mulai dari nol, tahukah kamu berapa lama butuh waktu untuk mengumpulkan seratus keping Naga Emas?!”
“Aku tahu, tapi aku sudah memutuskan.” Aoi berkata tanpa ragu-ragu.
“Lalu pekerjaanmu bagaimana?”
“Karena itu aku juga ingin membeli sepeda,” lanjutnya mengikuti alur pikirannya, “Kamu juga lihat kan, betapa mudahnya mengendarai benda itu. Dengan sepeda, seharusnya satu hari... tidak, setengah hari saja bisa sampai dari sini ke Distrik Longsong. Lagipula banyak surat yang dikirim antar kedua wilayah, mungkin penghasilanku bisa lebih banyak.”
“Kamu...” Xiao menatapnya lama, akhirnya menghela napas seperti menyerah, “Terserah lah, aku memang tak pernah bisa meyakinkanmu.”
Senyum tipis mengembang di bibir Aoi, tapi pikirannya telah melayang ke dua tahun silam.
Hari perpisahan itu.
Empat orang berdiri di dermaga. Dia pernah bertanya pada Snake Fang: “Apa kalian akan kembali?” Tapi tak pernah mendapat jawaban.
Saat itu sudah terasa, mungkin seumur hidup takkan bertemu lagi.
Jarak antara Perbatasan Kota dan Benteng Longsong bagai langit dan bumi, meskipun secara resmi telah menjadi satu kota.
Padahal tempat terjauh yang pernah mereka kunjungi hanyalah tempat pembuangan sampah di luar Kota Longsong.
Kota Perbatasan, dalam benaknya tetap merupakan wilayah yang tak terjangkau.
Hingga tergoda oleh imbalan emas dari kompetisi kali ini, Aoi baru pertama kali menginjakkan kaki di Jalan Kerajaan. Untuk menyemangati diri sendiri, dia bahkan memaksa Xiao ikut bersamanya.
Tak disangka, jarak antara kedua lokasi itu memperbarui bayangannya — dibandingkan dengan meraih posisi pertama, Aoi justru lebih terkejut bahwa ternyata jarak antara dirinya dengan Taring Ular tidak terlalu jauh. Tak ada jalan gunung berkelok-kelok, juga tak ada permukaan jalan yang berlubang, sebuah jalan batu hitam yang kencang menghubungkan kedua wilayah itu. Untuk pertama kalinya, dia merasakan bahwa ini adalah sebuah kota.
Kalau begitu, mengapa dia harus menunggu lawannya kembali?
Bukankah lebih baik dia yang mendatangi mereka?
Seperti yang diucapkan oleh Yang Mulia Raja.
Istilah "tidak mungkin" mungkin memang merupakan kunci perlindungan yang harus dipecahkan — sebelum mencoba, siapa yang tahu apakah itu akan menjadi keajaiban lain?
"Mari cari kedai minuman, aku traktir kalian sampai puas," kata Aoi sambil menepuk kantong uangnya.
"Wah!" Cakar Harimau bersemangat mengepal tinju, "Sayang si Taring Ular itu, tidak bisa menikmati kesenangan ini."
"Jangan lupa simpan uangnya di penginapan dulu," ingat Xiao, "Bawa empat atau lima koin Naga Emas saja sudah cukup!"
"Iya, tahu lah," jawab Aoi sambil tersenyum.
Dia tidak tahu bagaimana hasil akhirnya nanti, tapi dia ingin mencoba.
Dia sudah mulai menyukai sensasi mengejar keajaiban ini.
