"......" Setelah selesai membaca surat, yang lain tercekam dalam diam yang aneh.
Setelah beberapa saat, Bernice akhirnya tidak rela bergumam, "Aku sudah tahu seharusnya tidak berharap pada Pangeran Keempat itu - ingat tempat-tempat yang sering dia kunjungi dan penilaian eksternalnya di ibu kota kerajaan, aku mengira penobatan telah mengubahnya..."
"Sst," Aigepo menarik lengan lawan bicaranya, "Hati-hati dengan ucapanmu, para bangsawan yang datang ke sini semuanya adalah pendukung Yang Mulia Raja. Bahkan jika bukan, mereka akan berpura-pura. Jika ada yang mendengarmu, bisa menimbulkan masalah."
Lunqin menghela napas, "Seumur hidup kita mungkin tidak akan pernah menginjakkan kaki di wilayah ibu kota kerajaan yang baru."
"Tidak masalah, di sini kita cukup populer bukan?" Aigepo menghibur, "Atau lebih tepatnya, selain Kota Tanpa Musim Dingin, Kelompok Drama Karin bisa dianggap sebagai tim drama kelas satu di mana pun, menghidupi diri sendiri bukan masalah."
Kakin tiba-tiba berbicara, "Sihir Bayangan akhirnya akan sampai ke ibu kota kerajaan lama. Beberapa hari terakhir ini, aku berulang kali membaca skenario yang pernah dimainkan Mei Yi, menemukan mereka semua memiliki titik persamaan - menyusup secara halus ke pemirsa di bawah latar fiksi, yang merupakan masa depan dalam rencana Yang Mulia. Jika ini adalah alat penyebaran prinsip dan keinginan Raja, bagaimana mungkin hanya diputar di Tanpa Musim Dingin? Saat itu tiba, apakah kalian masih bisa percaya diri dengan drama kalian?"
Aigepo tertegun, "Kita... kita masih bisa pergi ke tempat lain seperti Fajar. Guru, selama Anda bersedia, teater di sana pasti mau menerima kita secara permanen-"
Kakin menggelengkan kepala, "Aku tidak akan pergi ke Fajar."
"Kalau begitu..."
Master Drama mengangkat kepala, "Aku harus pergi ke Kota Tanpa Musim Dingin sekali lagi."
"Apa?"
"Guru?"
Trio itu terkejut sampai wajah mereka membiru.
"Perjalanan bolak-balik ke Kota Tanpa Musim Dingin memakan waktu minimal sebulan, dan selama itu kami semua hampir tidak punya pendapatan," Aigepo buru-buru mencegah, "Kami masih bisa bertahan, tapi para pemula dan magang di bawah pasti akan mengalami defisit, yang akhirnya mempengaruhi stabilitas kelompok kami."
Kakin tentu tahu ini - pentas di luar kota akan lebih mudah jika ada teater tetap, kalau tidak semua item dan logistik harus disiapkan sendiri, bukan pekerjaan ringan.
Tapi maksudnya tidak seperti yang dipikirkan semua orang, "Aku tidak akan membawa kelompok teater."
Kali ini murid-muridnya lebih lama terdiam, "Lalu... Yang Mulia pergi untuk apa?"
"Untuk memperebutkan kesempatan tampil dalam Sihir Bayangan." Kakin berbicara perlahan. "Meskipun Yang Mulia Kaisar bilang Sihir Bayangan akhirnya akan menyebar, dia tidak menyebutkan waktu pastinya... 10 tahun, atau 20 tahun? Bagaimanapun, aku tidak bisa menunggu selama itu. Bahkan hanya lima tahun, Kelompok Teater Bintang Bunga akan mencapai puncak yang belum pernah dialami sebelumnya. Saat itu baru mulai mengejar dan mempelajari Sihir Bayangan dari nol, itu sudah terlambat bagi kita."
Waktu terbaik untuk mengejar gelombang adalah saat ia mulai menguat sebelum melompat dari permukaan laut.
"Masalahnya, Yang Mulia sudah punya Kelompok Teater Bintang Bunga..." Benis bergumam.
“Kelompok Teater Bintang Bunga pada awalnya hanya memiliki dua orang: Bintang dan Bunga.” Kakin melirik para muridnya, “Apalagi pemikiran saya tidak pernah berubah - sebuah pertunjukan luar biasa harus melalui latihan terus-menerus di belakang panggung untuk mencapai level terbaik. Mengingat drama yang diatur Yang Mulia Kaisar terlalu banyak untuk ditangani oleh Bintang Bunga sendiri, keikutsertaan kita bisa menjadi solusi. Jika kita bisa mengungguli mereka dalam drama rakyat, mungkin kita bisa memperoleh kesempatan tampil di Sihir Bayangan.”
“Yang Mulia ingin memainkan... drama rakyat itu?” Aigepo bertanya dengan nada tidak percaya.
“Untuk mendapatkan sebagian, seringkali harus melepaskan bagian lain.” Ia mengangguk, “Tapi sekalipun itu drama rakyat, tak boleh menjadi alasan untuk lengah, lakukan dengan seluruh kekuatan.”
Kakin berhenti sejenak, “Tentu, Yang Mulia masih mungkin menolak permintaan ini. Kalau begitu saya akan bergabung dengan Kelompok Teater Bintang Bunga atas nama pribadi. Ada yang ingin ikut?”
Tak ada yang menjawab.
Entah karena masih belum bereaksi, atau enggan meninggalkan ibu kota kerajaan lama.
Mungkin keduanya.
Kakin tidak terkejut. Faktanya ketika ide ini muncul, bahkan dirinya sendiri kaget - seperti kata Aigepo, sekalipun pergi ke Fajar, ia bisa meraih posisi terhormat berkat reputasinya. Kini harus mengalihkan semua itu, jelas bukan pilihan mudah.
Apalagi dirinya sudah menua... Ingatan tidak sebaik dulu, kelincahan kaki juga berkurang. Peran apa yang bisa dimainkan di panggung? Umumnya hanya figuran tak penting. Sekalipun berakting baik, di mata orang lain mungkin hanya jadi bahan tertawaan.
"Bisa dikatakan, sejak momen dia meraih kesuksesan dan beralih dari depan layar ke belakang panggung, dia tak pernah membayangkan akan ada hari kebangkitannya kembali—karena Yang Mulia Kaisar tak bisa menerima skenarionya, dan dia sendiri tak mampu menulis cerita seperti 《Kota Baru》 atau 《Cahaya Harapan》, maka satu-satunya cara adalah mencoba kembali sebagai aktor."
Terlalu tak terbayangkan?
Kakin menatap ekspresi wajah murid-muridnya, seolah membaca pikiran di hati mereka.
Benar, ini memang tak terduga—setelah membuat keputusan ini, dia justru merasakan kelegaan yang sudah lama tak dirasakannya.
Dirinya memang sudah menua, tapi anehnya, hati seolah kembali ke lebih dari 30 tahun yang lalu, saat pertama kali mengikuti keluarga masuk ke teater dan menyaksikan drama.
Semangat dan dorongan yang tak terbendung saat ini, hampir sama persis dengan masa mudanya dulu.
Ada ribuan alasan untuk menghentikan dirinya sendiri, tapi di hadapan kesempatan yang mungkin ada, segala alasan itu berubah menjadi bayangan.
"Aigepo yang paling lama mengikuti saya, dan cukup memahami manajemen rombongan teater. Selama saya tidak ada, dialah yang akan menggantikan sementara." Kakin menjelaskan dengan tenang, "Belakangan ini banyak pemula berbakat yang bergabung dalam rombongan teater, beri mereka lebih banyak kesempatan tampil. Selama latihan drama berjalan normal, saya yakin tak akan ada masalah."
"Guru..." Trio itu masih ingin mengatakan sesuatu, tapi dihentikannya.
Dia mengikuti bisikan hati anak-anak muda.
Suara itu memberitahunya.
Dia ingin bermain dalam Sihir Bayangan.
……
Perbatasan barat Greycastle, Kota Tanpa Musim Dingin.
Seperti yang diduga Roland, setelah menemukan material yang tepat, kecepatan transformasi bensin membeku menjadi senjata sungguh mengejutkan.
Hanya dalam waktu satu minggu, Departemen Kimia telah menempatkan produk percobaan di hadapannya.
Itu adalah sekitar selusin tong besi dengan diameter tiga puluh sentimeter dan tinggi sekitar satu meter. Di pusat tong besi tersebut terpasang bahan peledak yang dihubungkan bersama dengan kabel.
"Yang Mulia Kaisar, inilah desainku yang bernama 「Kobaran Api Surgawi Pembakar Kota」," kata Laitning dengan antusias. "Terdiri dari tiga lapis: lapisan bubuk salju khusus, lapisan pendorong pembakaran, dan lapisan bahan bakar. Untuk memperluas area pembakaran, ketiga lapisan ini dirancang seperti jamur terbalik - api dari bubuk salju akan menyembur ke atas menembus lapisan pendorong dan bahan bakar, layaknya gunung berapi yang meletus! Selain itu..."
Tampaknya tak ingin menyia-nyiakan kesempatan menggantikan Kemo Steril, alkimiawan kepala dari Asosiasi Alkimia Ibu Kota Kerajaan ini terus memaparkan karya andalannya. Desainnya yang inovatif benar-benar memukau Roland. Selain konsep struktur pemicu ledakan terarah dan pertimbangan pendorong pembakaran, ia juga memperkenalkan ide pemicu ledakan tertunda. Dengan memanfaatkan presisi detonator listrik, bahan peledak bisa diledakkan berurutan untuk meminimalkan interferensi sekaligus memaksimalkan daya rusak. Harus diakui, para pakar puncak di industri ini memang memiliki bakat luar biasa.
Contohnya Laitning yang terobsesi menggunakan produk kimia untuk menciptakan ledakan.
Satu-satunya hal yang diragukan Roland adalah gaya dan selera sang alkimiawan dalam memberi nama.
"Tapi ini bukan masalah besar. Bagaimanapun, setelah resmi dipasok ke tentara, dialah satu-satunya yang memiliki hak penamaan."
"Kalau begitu, sekarang mari uji kobaran api surgawi yang kau sebut-sebut itu." Roland tersenyum tipis.
