“Setelah Master Drama mengundurkan diri, Barov segera mendekat, kegelisahan dan penyesalan terpancar jelas di wajahnya, "Yang Mulia Kaisar, mengapa Yang Mulia tidak menyetujui permintaannya? Itu adalah simbol drama Greycastle yang tak tergantikan! Bukan berarti Kelompok Teater Bintang Bunga buruk, tapi soal reputasi, Nyonya Mei Yi masih kalah. Jika Karin Feis bergabung, Bintang Bunga pasti akan menjadi kelompok teater terbaik di kerajaan! Meski dia tak paham Sihir Bayangan, nama Karin saja sudah cukup untuk merekrut banyak aktor. Kelompok teater juga tak perlu khawatir kekurangan pasukan."
Roland meliriknya sinis, "Tidakkah kau pernah dengar: Semakin mudah didapat, semakin tidak dihargai?"
"Hmm…" sang Manajer Tua tertegun, "Maafkan ketidaktahuan hamba, ini kutipan dari tokoh atau buku mana?"
"Dari saya," Roland berpura-pura serius, "Ini naluri manusia, mengerti? Dia sudah terpikat Sihir Bayangan, pasti akan tetap di Kota Tanpa Musim Dingin. Dengan tes kelayakan yang menantang, dia akan lebih berkesan dan bahkan berterima kasih atas kesempatan ini. Sebaliknya, jika langsung saya setujui, dia akan menganggap semua ini wajar. Itulah perbedaannya."
Dia berhenti sejenak, "Apalagi, Mei Yi hanya murid di hadapan Karin. Masih pantaskah Bintang Bunga disebut demikian jika ada Master Drama di dalamnya? Partisipasinya dalam syuting tidak masalah, tapi keanggotaan resmi tidak perlu. Kehadirannya di luar kelompok justru memberi tekanan pada para Kohai."
“Yang Mulia……Benar juga.” Balo ragu-ragu, “Tapi masalah mengutus ke Hati Serigala ini——”
“Tidak ada 'tapi' lagi,” Roland langsung memotong, “Itu pilihannya sendiri. Aku juga ingin melihat drama seperti apa yang bisa dipentaskan Kakin setelah berusaha sejauh ini. Ngomong-ngomong, daripada sibuk mengkhawatirkan orang lain, apakah tugas statistik yang kuperintahkan sudah selesai? Kalau belum, cepat kerjakan!”
“Baik, Yang Mulia… Hamba mohon pamit!” Balo segera membungkuk memberi hormat, berbalik dan meninggalkan ruang penerimaan.
“Yang Mulia Wimbledon benar-benar semakin mirip seorang raja,” Nightingale muncul dari belakang, menyipitkan matanya.
“Ahaha… Terlalu berlebihan,” Roland tiba-tiba merasa tidak enak di hati. Sudah lama ia tidak mendengar Nightingale menggunakan bahasa hormat, “Dengan hubungan kita, tidak perlu menggunakan panggilan formal seperti ini…”
“Tapi kenapa aku merasa terlalu akrab justru tidak baik?” Nightingale menyilangkan tangan di dada, “『Semakin mudah didapat, semakin tidak dihargai』, rupanya itu pemikiranmu. Tampaknya aku harus lebih hati-hati, tidak boleh terlalu baik padamu. Selain itu, harus mengingatkan Anna agar jangan sampai seseorang terlalu puas diri.”
Roland merasakan keringat dingin di dahinya, “Err, itu—ini—pokoknya manusia tetaplah manusia, Sihir Bayangan tetaplah Sihir Bayangan, keduanya bukan hal yang sama! Lagipula ini bukan aku yang pertama kali mengatakannya——”
“Tapi kau sangat setuju,” Nightingale mendengus, “Energi sihir di dadaku memberitahu, setidaknya ada lima puluh lima persen kebenarannya.”
"Apakah kemampuan membedakan kebohongan sekarang sudah bisa presisi hingga satu angka di belakang koma?" Roland mengusap dahinya, "Tunggu... dada?" Ia ingat Agatha pernah berkata, meskipun energi sihir penyihir perempuan akan membentuk pola pusaran saat diobservasi, itu bukanlah benda fisik, juga tidak benar-benar terkumpul dalam satu titik, melainkan mengalir di setiap sudut tubuh.
"Apa kamu benar-benar menggunakan kemampuan tadi?" Roland menyatakan keraguannya.
"Puchi," Nightingale tertawa terkekek, "Tampaknya ketahuan ya. Tapi ucapan itu memang keluar langsung dari mulutmu. Kalau sampai didengar saudari-saudari lain, apa mereka juga akan merasa diperlakukan secara 'penuh keyakinan'?"
"Lima botol Minuman Kekacauan." Roland meluncurkan taktik suap.
"Sepuluh botol, dengan rasa yang berbeda-beda." Nightingale menjilat bibirnya.
"Terlalu banyak akan membuat yang lain mulai meragukan..."
"Meragukan apa?"
"Eh, maksudku... akan terasa tidak adil."
"Tenang, selama aku ingin menyembunyikan sesuatu, takkan ada yang bisa menemukannya."
"Delapan botol saja. Kalau terlalu mudah didapat, nanti—"
"Hmm?"
"Tidak, bukan apa-apa. Aku perlu pertimbangkan lagi..."
……
Akhirnya Roland menandatangani "klausul tidak setara" ini dengan harga sepuluh botol Minuman Kekacauan.
Memandang Nightingale yang pulang dengan wajah penuh kemenangan sambil mengunyah ikan kering dengan lahap, ia menggelengkan kepala dengan senyum getir.
"Di kala senja," Balov menyelesaikan statistik daftar semua pengunjung, "Saya dan Nyonya Book Scroll telah membandingkan catatan keluarga dengan kontrak pengalihan, dengan prinsip prioritas pada yang pertama, memastikan kandidat pertama yang akan berangkat ke dataran subur, total lebih dari 1.600 orang." Laporannya melalui telepon, "Skema kunjungan terkait juga sedang disusun, jika lancar, mereka bisa berangkat dua hari kemudian."
"Bagus," Roland merasakan kepuasan tulus atas efisiensi operasional kantor administrasi ini, pantas menjadi Manajer Besar yang ia cetak sendiri, "Segera implementasikan."
"Siap! Hanya saja Yang Mulia, salah satu pekerja terdaftar memiliki pengalih berupa penyihir perempuan."
"Penyihir?" Ia mengangkat alis.
"Benar. Nama pekerja itu Snake Fang, berasal dari Distrik Longsong, sebelumnya anggota Tikus Selokan; penyihir tersebut adalah Putri White Paper."
White Paper? Roland teringat, saat Perot mengantarnya, memang sempat membicarakan statusnya dan pertikaian kecil yang kebetulan disaksikan. Apakah orang ini mantan rekan-nya?
"Apa harus diabaikan?" Mungkin karena diam terlalu lama, Balov bertanya inisiatif, "Lagipula Putri White Paper sudah sama sekali tak berhubungan dengan kehidupan lamanya."
Roland memutus alur pikirannya, "Tentu tidak. Dia berpamitan dari karir sebagai tikus, bukan dari mantan rekannya. Jangan lupa, kunci fundamental untuk menghilangkan Tikus Selokan terletak pada transformasi mereka. Apapun status sebelumnya, tidak boleh diperlakukan secara berbeda."
“Dulu tikus Selokan, sekarang pekerja ekspedisi…” Sudut mulutnya naik sedikit. Dari segi waktu, mereka sudah berpisah hampir dua tahun, mungkin bahkan tidak tahu bagaimana perubahan fisik masing-masing. Meski begitu, rekan tetap menuliskan nama di kontrak serah terima. Perasaan seperti ini cukup menyenangkan.
“Aku akan beri tahu Polos,” kata Roland akhirnya memerintah, “Sisanya jalankan sesuai rencana.”
“Semua sesuai keinginan Yang Mulia.”
……
Di tanah lapang sebelah barat daya Stasiun Menara Utama, Angkatan Darat Pertama sedang menggelar pemakaman sederhana.
Hampir tiga ratus nisan putih berjejer rapi di padang rumput keemasan, tampak khidmat dan teratur. Meski tak ada yang terkubur di bawah batu nisan, semua orang berdiri tegak seolah rekan seperjuangan yang gugur berdiri di hadapan mereka.
“Di sini tertidur para pemberani yang gugur membela Stasiun Menara Utama.”
“Menghadapi musuh kejam nan mengerikan, mereka tak mundur setengah langkah pun.”
“Karena mereka tahu, Greycastle ada di belakang garis.”
“Mereka adalah pedang tajam Sang Kaisar, sekaligus tembok kokoh rakyat kerajaan.”
“Nama mereka akan selalu tertanam dalam ingatan kita.”
“Kemauan mereka akan kita warisi.”
“Untuk Yang Mulia Raja, untuk Kerajaan Greycastle.”
“Hormat!”
Dipimpin Kapak Besi, semua serentak mengangkat tangan kanan memberikan penghormatan militer sebagai ucapan perpisahan.
Petir hinggap diam-diam di atas kamar barak.
Di antara kerumunan barisan depan, dia melihat siluet yang familiar.
Pengemudi Heihe Hao.
