……
"Apakah dia benar-benar... berkata begitu?" Setelah mendengar penuturan Yezi, Wendy tertawa "Puuut", "Bagaimana dengan anak bernama Taring Ular itu? Tak ada reaksi lain?"
"Hanya ikut tertawa bodoh bersamanya," Yezi menggelengkan kepala, "Mungkin mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan kalimat itu bukan hal mudah, sekali saja sudah menghabiskan seluruh empedu."
"Kupikir juga begitu," senyuman Wendy semakin lebar, "Anak-anak muda... sungguh menyenangkan."
"Berbicara tentang ini, pantaskah kita? Diam-diam menguping percakapan saudari perempuan." Bayangan hijau Yezi turun dari dahan pohon, menyatu membentuk wujud aslinya.
"Ini bukan menguping, tapi menjalankan perintah Yang Mulia Kaisar," Wendy bersikap tegas, "Dia memintaku memantau gerakan mereka berdua - kalau sudah memantau, tentu percakapan utuh juga bagian darinya, bukan?"
Dengan penjelasan itu, sepertinya memang tak ada masalah.
"Apalagi, tanpa permintaanku, apakah kau tak akan menguping percakapan mereka?" Wendy menatap Yezi dengan senyuman.
"Eh--" Yang kedua membersihkan tenggorokannya, lalu mengangkat sudut mulut, "Akan."
Keduanya seketika saling bertatapan sambil tertawa lebar.
Yezi melambai, dari perut bumi muncul sebuah tanaman rambat raksasa yang mengangkatnya dan Wendy perlahan menuju ujung mahkota pohon. Ranting-ranting yang berjejal mulai menyebar, bersilangan, dan menyatu kembali, membentuk sebuah balkon hijau di bawah mereka.
Dari sudut pandang ini, dunia terlihat lebih terang. Hutan lebat yang membentang hingga Pegunungan Naga layaknya lautan pohon giok, sementara di sisi lain terbentang padang rumput luas tak bertepi.
Saat masih di Persaudaraan, Yezi sesekali membangun pondok pohon serupa untuk melindungi saudari perempuan dari hujan deras dan tanah berlumpur dan lembab. Namun dulu perlu waktu hampir seharian untuk membangun tempat berlindung, itupun harus menghemat energi sihir sebisanya sehingga bentuknya mirip kepompong. Bahkan begitu, tak semua orang mendapat ruang.
Tapi kini, balkon hijau ini tak hanya kokoh. Bahkan kursi malas dan meja teh ikut terbentuk. Di atas meja bahkan tergeletak dua cangkir daun lebar berisi ekstrak bunga keemasan muda yang berkilau diterpa sinar matahari.
"Ini hasil racikanmu sendiri?" Wendy mengangkat cangkir teh, mencium lembut aroma harum yang memenuhi hidungnya.
"Hmm, pakai embun pagi, madu, dan anggur tebu, ditambah kuncup bunga melati setengah mekar," Yezi mengangguk, "Memang tak sehebat Minuman Kekacauan, tapi kelebihannya bisa diminum sebanyak yang kau mau."
“Kemampuanmu benar-benar semakin kuat,” Wendy berkomentar dengan kagum, “Meskipun mereka bilang Yang Mulia Anna adalah jenius yang muncul sekali dalam 100 tahun, menurutku kamu hampir setara dengannya. Asalkan diberi waktu yang cukup... mungkin suatu hari nanti kamu bisa mengendalikan semua hutan di dunia, menyebarkan kesadaranmu ke setiap sudut benua.”
“Dengan kecepatan seperti sekarang, mustahil itu tercapai,” Yezi mengibaskan tangannya sambil tersenyum, “Menyatu dengan Hutan Persembunyian ini saja membutuhkan waktu hampir 10 tahun. Saat aku bisa meninggalkan tempat ini, perkiraanku tubuhku sudah menua.”
“Belum tentu,” Wendy menyesap teh dari cangkirnya, “Agatha pernah berkata, pengaruh antara penyihir perempuan dan energi sihir itu timbal balik. Penyihir yang semakin perkasa biasanya memiliki tubuh yang lebih kuat dan umur yang lebih panjang. Jika bukan karena kekejaman perang, mereka yang melampaui batas biasa mungkin masih hidup sampai sekarang.” Dia menengadah ke langit, “Sedangkan energi sihirmu bahkan melebihi mereka, artinya kamu mungkin akan menjadi yang paling panjang umur di antara kita.”
Yezi tidak menjawab. Ekspresi kesepian yang samar terpancar di wajahnya, sayangnya Wendy tidak menyadarinya.
“Benar, tidak hanya kedua hal ini, bahkan penampilan juga terkait dengan tingkat energi sihir lho.” Dia diam sejenak, “Legenda menyebutkan Ratu Meteor Akalis sangat memikat, bahkan Pasha dan yang lain pun mengakuinya langsung.” Wendy menarik kembali pandangan, mengamati lawan bicaranya dengan teliti sekejap, “Hmm—memang terasa kamu agak berbeda dari sebelumnya… Bagaimana ya, saat turun dari naungan pepohonan itu, seperti peri hutan sungguhan, benar-benar membuat iri.”
Yezi pasrah meliriknya, “Ini tidak seperti ucapan Wendy yang lembut dan selalu menyayangi saudari perempuannya.”
“Siapa yang tahu, mungkin dulu aku sama sekali tidak punya waktu memikirkan masalah seperti ini?” Wendy tertawa, “Selain berjuang bertahan hidup, apa yang bisa diwujudkan oleh sihir, akan menjadi seperti apa di masa depan, jelek atau cantik, semua itu hanyalah hal yang tidak penting.”
“Betul juga,” Yezi menyeringai, “Sekarang mulai mempertimbangkan pengaruh sihir pada penampilan, jangan-jangan… di hatimu juga ada orang yang istimewa?”
“Ini dua hal yang berbeda. Lagipula kamu tidak jauh lebih muda dariku, tidak takut mengikuti jejakku?”
“Selain masalah ‘tidak jauh lebih muda’ ini masih perlu diperdebatkan, aku sudah memiliki hutan sendiri, masih ada apa yang kurang? Tapi meski kamu tidak memberitahu, aku tetap punya cara untuk tahu. Kurir hewan Mitang semuanya aku yang sediakan lho.”
“Sayangnya, sebagai penanggung jawab Aliansi Penyihir Perempuan, setiap laporannya harus aku tinjau dulu.”
Keduanya saling bercanda, menikmati waktu berbincang akrab di sore hari yang harmonis ini.
“Sampai matahari mulai terbenam di barat, Yezi baru kembali ke pokok persoalan, 「Jadi, apakah kamu akan segera pergi?」”
“「Hmm,」 Wendy berdiri, 「Aku harus mengantar Yang Mulia Anna dan rombongannya kembali. Kapal Camar tidak bisa terbang di malam hari, jadi kita harus lepas landas sebelum pukul empat.」”
“「Tampaknya Si Polos tidak bisa menghadiri pesta api unggun bersama rekan-rekannya.」”
Berbeda dengan anggota keluarga lain yang berkunjung dengan kereta api, gadis kecil ini diangkut langsung ke garis depan dengan pesawat luncur. Jadwal kepulangan tidak mungkin ditunda sehari hanya untuknya, tapi juga tidak mungkin meninggalkannya sendirian.
“「Ini memang tidak bisa dihindari,」 Wendy mengangkat tangan, 「Baik demi pertimbangan keamanan maupun kebutuhan Kota Tanpa Musim Dingin, dia tidak boleh menghabiskan terlalu banyak waktu di perjalanan.」”
“「Aku akan memanggilkannya untukmu.」 Yezi berubah kembali ke wujud roh.
“「Maaf merepotkan.」”
Yezi menyelip ke dalam batang pohon, dan muncul kembali di hadapan Wendy setelah beberapa tarikan napas.
“「Sudah, dia akan menemui kalian di landasan pacu. Sekarang mungkin sedang berpamitan dengan rekannya. Aku akan mengantarmu ke sana.」”
Wendy mengangguk, lalu berbalik menunggu balkon turun.
“「Eh...」”
Yezi tiba-tiba berbisik pelan.
“「Ada apa?」”
“「Tidak,」 dia ragu-ragu, 「Tidak ada...」”
Wendy menghela napas, lalu menoleh sambil berkata dengan lembut, 「Jangan pendam pikiranmu sendirian. Aku selalu siap mendengarkan.」”
“「Aku hanya merasa sedikit...」”
“「Sedikit apa?」”
“Beberapa——” Yezi mengepal tinju, baru saja membuka mulut tiba-tiba tertegun di tempat——pandangannya melampaui kepala Wendy, membeku ke arah utara hutan.
Merasakan keterkejutan dan keheranan dalam ekspresi wajahnya, Wendy pun tak sengaja mengikuti arah pandangannya.
Terlihat beberapa gulungan kabut hitam pekat membubung dari kerimbunan pepohonan, bagaikan sehelai kain yang perlahan terbentang.
Ini... kebakaran?
