「Catatan」
Tanggal 12, hari pertama uji coba.
Sesuai permintaan Yang Mulia Roland, dilakukan pengujian tingkat bahaya.
Di sekitar meja eksperimen ditempatkan merata tiga puluh ayam jantan, dengan satu ekor tepat berada di titik pancaran cahaya merah.
Waktu penyinaran adalah lima menit.
Reaksi ayam target sangat intens, berlarian ke kiri-kanan dalam sangkar sementara ayam lain tidak bereaksi sama sekali.
Tercium bau gosong ringan di lokasi.
Setelah penyinaran berakhir, ditemukan jejak bakar halus pada bulu yang rontok dari ayam target. Namun kerusakan selemah ini tidak cukup untuk menyebabkan bulu terputus, kemungkinan bulu tersebut terlepas saat target bergerak-gerak.
Pemilik bulu terlihat agak lesu, tetapi secara umum masih normal.
Dengan demikian, bahayanya masih kalah dengan obor biasa.
Pencatat: Selene.
……
Tanggal 13, hari kedua uji coba.
Muncul perubahan dalam situasi.
Ayam target mulai diare dan mengerang kesakitan, seolah terjangkit Wabah Jahat.
Ayam-ayam lain dalam kondisi normal semua.
Ekspresi Yang Mulia Roland terlihat agak serius (dihapus dari catatan resmi).
Tidak ada tes baru yang dilakukan hari ini.
……
Tanggal 14, hari ketiga uji coba.
Ayam target mati.
Hasil autopsi menunjukkan cairan merembes dalam tubuh target, organ dalam terdapat fenomena rembesan darah, kulit mulai membusuk - gejala yang biasanya muncul satu hari setelah kematian hewan.
Artinya, cahaya merah itu membunuh kulit ayam sementara membiarkan target tetap hidup?
Ini cukup menarik.
Mengingat kisah Kuil Kutukan dan Desa Duri, serta adegan-adegan dalam lukisan dinding itu, fenomena ini benar-benar sesuai dengan gambaran tersebut.
Yang terkutuk mengalami siksaan meski tampak sehat, hingga akhirnya seluruh tubuh membusuk. Hidup tapi menyaksikan tubuhnya mati perlahan, pastilah perasaan ini sangat menyiksa.
Saya tarik kembali pernyataan sebelumnya. Meski daya penghancurnya masih di bawah obor, caranya jauh lebih mengerikan.
Namun Yang Mulia Roland memiliki pandangan berbeda.
Menurutnya, cahaya merah itulah yang merusak fungsi regenerasi makhluk hidup.
Pada tingkat mikroskopis yang tak kasat mata, tubuh terus tumbuh dan layu secara seimbang. Jika pertumbuhan dihentikan, akan terjadi nekrosis masif. Inilah hakikat kutukan.
Sementara belum ada bukti yang menyangkal teori ini, saya setuju (hapus bagian berikut dari rekaman resmi).
Mikroskop adalah penemuan yang menakjubkan.
Data dari dunia mimpi juga konsisten dengan observasi, membuktikan makhluk hidup tersusun dari sel-sel yang terus berkembang.
Cahaya bisa menembus tubuh karena permukaan yang tampak padat sebenarnya penuh lubang mikroskopis.
Saya merasa sedang menyentuh bidang pengetahuan baru.
Sayangnya saya tak bisa masuk langsung ke dunia mimpi.
Katanya untuk memahami bidang ini perlu setidaknya lulus SMA, dengan masa belajar normal sembilan tahun.
Benar juga, memaksa Filis dan Eliana mempercepat proses ini terlalu dipaksakan.
……
Hari ke-16, hari kelima eksperimen.
Semua ayam jago baik hidup maupun mati dikubur dalam-dalam di perut bumi.
Laboratorium melakukan pembersihan menyeluruh.
Setelah jeda satu hari, pengujian dilanjutkan.
Target diganti menjadi tiga ekor sapi, bertujuan menguji kemungkinan Kubus Ritual sebagai senjata serta daya tahan ukuran tubuh target terhadap cahaya merah.
……
Tanggal 20, hari kesembilan uji coba.
Hasilnya sangat buruk.
Tiga target menerima paparan selama 10 menit, 15 menit, dan setengah jam secara berturut-turut.
Namun bahkan sapi dengan paparan terlama bisa bertahan hidup selama empat hari.
Terlepas dari kemampuan bertahan Iblis, berdiri diam menunggu paparan panjang sudah mustahil - meski "kutukan" terus menyebabkan luka, di medan perang keputusan hanya terjadi dalam sekejap.
Lukisan dinding kuil tentang penggunaan Kubus Ritual mengalahkan patung raksasa, ternyata hanya hiperbola.
Atau mungkin... resistensi mereka terhadap "cahaya kutukan" ini sangat rapuh?
……
Tanggal 21, hari kesepuluh uji coba.
Uji jangkauan tembak.
Setelah memastikan kubus tidak menyebarkan bahaya ke area sekitar, Yang Mulia Roland menyetujui skema uji luar ruangan.
Lokasi uji tetap dipilih di lembah Pegunungan Jurang.
Kesimpulannya cukup mengecewakan.
Jangkauan cahaya merah tidak bisa melebihi 100 meter, dan penghalang apapun akan mengurangi jarak penetrasinya.
Beberapa material logam bahkan bisa sepenuhnya menghalanginya.
Misalnya sepuluh keping naga emas yang ditumpuk.
Bahkan air murni pun menunjukkan efek penghalang yang signifikan.
Kesimpulan ini hampir meniadakan kegunaannya sebagai senjata.
……
26, Uji Coba Hari Kelima Belas.
Memanfaatkan kesempatan Na Nava kembali dari garis depan, dilakukan tes penyembuhan.
Hasilnya ternyata berada di antara bisa disembuhkan dan tidak bisa disembuhkan.
Contohnya, sapi yang disinari hanya memperbaiki bagian kulit dan organ dalam yang busuk, situasi masih akan memburuk, bagian yang sembuh akan terinfeksi kembali oleh "kutukan".
Tapi ketika kami mengambil organ kecil utuh yang sudah diobati lalu melakukan transplantasi ke sapi sehat lain, ditemukan bahwa organ tersebut tidak terus memburuk.
Artinya, rekonstruksi besar-besaran pada tubuh mungkin bisa menghilangkan "kutukan".
Namun itu sudah melebihi batas maksimal energi sihir Na Nava.
Untuk membuktikannya, diperlukan kemampuan lorong Spell Parsee, sehingga harus ditunda.
Untuk pengamanan, lebih baik sementara didefinisikan sebagai "tidak bisa disembuhkan".
Catatan tambahan, Sapi Nomor Satu akhirnya mati, bertahan hidup selama sepuluh hari.
……
28, Uji Coba Hari Ketujuh Belas.
Kubus Ritual kembali memancarkan Kilauan Biru.
Koin telah habis terkonsumsi.
Untungnya Yang Mulia Roland masih menyimpan satu koin serupa.
Tapi ini adalah bahan baku pembuatan 「Sinar Matahari」, tidak hanya langka kandungannya tapi juga sulit dikumpulkan, aku merasa sedang menyia-nyiakan sumber daya paling berharga di dunia.
Selain itu energi sihir dalam kubus juga sudah hampir habis, tapi seperti jimat, bisa diisi ulang kapan saja.
Mempertimbangkan konsumsinya, uji coba seperti ini seharusnya tidak akan dilanjutkan.
Setelah proyek ketahanan yang direncanakan selesai diuji, saya berharap bisa membongkarnya.
……
Roland menghela napas perlahan, menutup "Catatan Uji Coba Edisi Resmi".
"Kau melihatnya lagi." Nightingale bersandar di kursi malas, mengunyah ikan kering sambil berkata, "Bukankah hasilnya sudah jelas? Harta legenda kuno itu ternyata cuma alat penyiksaan, selain untuk menyiksa tawanan, tidak ada fungsi tak terbayangkan lainnya."
Memang, seperti yang terukir dalam lukisan dinding, satu-satunya tujuan pembuatannya adalah untuk menyiksa musuh.
Prinsipnya kurang lebih mirip radiasi ionisasi, sedangkan koin uranium sebagai bahan bakunya - alasan aktivasinya tidak jelas, tapi hasilnya hampir sama. Bedanya, Kubus Ritual bisa mengarahkan partikel energi tinggi, setara dengan penyinaran terarah.
Roland curiga, cahaya merah itu hanya penanda target penyinaran, mirip bidikan laser, bukan sinar itu sendiri - bagaimanapun, mustahil mata manusia bisa melihat berkas neutron atau elektron berenergi tinggi.
Dengan ini, konteks Kuil Kutukan dan misteri kematian mendadak penduduk Desa Duri telah terjawab seluruhnya.
Sebuah peradaban yang memuja unsur radioaktif menciptakan alat transformasi berfungsi tunggal ini. Dengan bahan radioaktif berkemurnian tinggi, alat ini bisa memancarkan sedikit berkas partikel energi tinggi. Alasan kenapa efeknya hilang setelah ratusan meter, mungkin terkait energi sihir.
Hanya saja kesimpulan ini membuatnya terasa hampa.
"Sudah menyentuh tingkat fisika lanjut," awalnya ia mengira benda ini akan lebih megah, tapi sayangnya di tangan pemilik asli peninggalan, tidak ada bedanya dengan alat penyiksaan seperti cambuk atau tiang pemenggalan.
Inilah perbedaan antara peradaban kelompok-kelompok berbeda.
"Yang Mulia," tiba-tiba laporan Pengawal Xiao En terdengar di luar pintu, "Penyihir Takira mengirimkan catatan uji coba terbaru."
"Bawa masuk."
Sesuai rencana, uji coba kali ini adalah yang terakhir.
Memaparkan durasi sama pada binatang berbeda untuk memastikan rasio spesifik antara ukuran tubuh dan daya tahan.
Setelah itu semua eksperimen kubus ritual dihentikan.
Bagaimanapun elemen uranium sulit didapat, masih ada tujuan lebih penting yang menantinya.
Roland membuka buku catatan yang disodorkan Xiao En sambil mengambil cangkir teh.
Masih tulisan tangan Selene.
Hari ke-30, hari kesembilan belas uji coba.
Pengujian akhirnya memasuki fase akhir.
Hasilnya jelas: semakin besar ukuran tubuh, semakin tinggi toleransi terhadap cahaya merah. Tapi untuk mengekspresikannya dalam formula numerik masih butuh waktu.
Selain itu, muncul sedikit masalah selama pengujian.
Hal ini benar-benar membuat antara ingin tertawa dan kesal - aku mencoba memanfaatkan sisa bahan untuk menguji efek letal langsungnya dengan menyorotkan pada seekor ikan dalam akuarium kaca.
Setelah lima menit paparan, ikan masih hidup tapi air sudah mengeluarkan uap panas tipis.
Artinya, efek letalnya bahkan kalah dengan air mendidih - jika diteruskan, Kubus Ritual akan membuat air mendidih dulu sebelum mematikan ikan.
Mungkin, ini bisa digunakan untuk merebus sup?
"Puuut!" Roland langsung memuntahkan teh yang baru diminumnya.
"Ada apa?" Nightingale memandangnya dengan heran.
"Aku sampai lupa hal ini..." Roland bergumam. Ia terus merenungkan berbagai kemungkinan tinggi dan aplikasi nyata, tapi melupakan esensi paling dasar - radiasi pada hakikatnya adalah transmisi energi. Dan selama ada transmisi energi, itu bisa digunakan untuk merebus air.
Sejarah kemajuan peradaban manusia sendiri adalah proses terus-menerus menemukan cara baru untuk merebus air.
