Setelah meninggalkan aula tamu, Simbad sedang menunggunya di halaman kastil.
“Bagaimana? Apakah Kepala Suku Besar tertarik dengan pakaian selammu?” tanya orang pasir itu penuh semangat. Setelah seminggu berinteraksi, keduanya sudah cukup akrab dan bisa dibilang setengah teman. “Hadiah penemuan reruntuhan apa lagi? Gelar Penjelajah?”
Rex menggelengkan kepala dengan sendu, “Dia tidak berencana membeli pakaian selam…”
“Begitu… rupanya,” Simbad cepat menyadari, “Tapi wajar jika Kerajaan Greycastle tidak membutuhkannya. Begitu kabar ini tersebar, Serikat Dagang Fjord pasti akan memperhatikan penemuanmu. Laut adalah baskom harta karun, bukankah itu katamu sendiri?”
Memang dia pernah mengatakan hal itu, pikir Rex. Karena Raja Benteng Abu-abu memutuskan untuk memanggil mereka, jelas ini menunjukkan perhatian khusus terhadap masalah ini. Maka sesuai klausul perekrutan, pasti akan mendapatkan hadiah yang melimpah. Baik hadiah itu sendiri maupun gelar penjelajah, keduanya bisa menarik banyak perhatian dan topik pembicaraan baginya, sehingga membuat reputasi seragam selam menggema di kepulauan Fjord.
Tapi...
Dia tersenyum getir, "Hadiah Yang Mulia Kaisar adalah sebuah buku."
Simbad tertegun, "Apa katamu?" Orang pasir itu menunduk sedikit, tatapannya beralih ke benda di tangan lawannya, "Jangan-jangan..."
"Ini dia." Rex mengangguk pasrah. Buku itu tidak tebal, mungkin hanya puluhan halaman, dan di sampulnya tidak ada satu karakter pun, apalagi pinggiran indah atau cap hias. Sekalipun diberikan oleh bangsawan biasa, tetap terlihat sangat sederhana, benar-benar tidak seperti hadiah yang pantas ditunjukkan.
Gelar seperti ini tidak mungkin mendatangkan reputasi, malah mungkin akan mengundang ejekan jika diceritakan.
"Seharusnya Kepala Suku Besar tidak seperti ini..." Simbad menghentakkan kaki, "Bahkan aku saja mendapat hadiah 20 koin naga emas! Sebagai penggagas rencana penyelaman, seharusnya kau mendapatkan lebih banyak dariku!"
Kejujuran orang Mokin membuat Rex merasakan kehangatan. Tapi di hati dia tahu, sama sekali tidak layak mempertanyakan penguasa yang sudah berkuasa mutlak seperti ini - karena sang penguasa sudah menawarkan syarat untuk mewujudkan keinginannya, hanya saja dia masih ragu-ragu.
Saat itu, seorang pengawal mendekat, "Yang Mulia Kaisar telah menyiapkan tempat tinggal untuk kalian. Silakan ikut saya."
"Terima kasih." Ia segera membungkuk memberi hormat, lalu memberi isyarat pada Simbad untuk mengikutinya - Bagaimanapun, lebih baik kembali dulu dan mempelajari isi buku tersebut dengan baik.
Tak lama setelah meninggalkan area kastil, Rex tiba-tiba mendengar dengungan aneh.
Seperti rentetan petir mengguruh dari ufuk, namun lebih nyaring.
Dengan penasaran, ia menoleh ke arah sumber suara di kejauhan.
Di langit biru laut, terlihat samar-samar sebuah titik hitam.
Burung? Baru terpikir demikian, ia segera menyangkal tebakannya sendiri. Dengan jarak sejauh beberapa li ini, burung apa yang bisa terbang dengan gegap gempita seperti itu?
Orang Pasir jelas-jelas memperhatikan fenomena abnormal ini. Seluruh tubuhnya menegang bagai prajurit yang siaga.
"Benda itu... mengincar kita!"
"Musuh?" Rex terkejut, "Di dalam ibu kota Greycastle?"
"Aku tak tahu... Tapi itu pasti bukan sekadar binatang terbang!"
"Tenang saja," kata pengawal yang memandu mereka dengan wajah tenang, "Itu cuma mainan kesayangan Putri Sulung. Meski awalnya terlihat sulit dipercaya, kalian akan terbiasa setelah tinggal beberapa hari di sini."
"Mainan... Putri?" Keduanya menyadari mereka sama sekali tak memahami maksud perkataan sang pengawal.
“Yang Mulia Kaisar juga pernah membujuk Yang Mulia Tili untuk sebisa mungkin tidak meninggalkan lapangan uji terbang, tapi dia berpendapat bahwa arena itu terlalu kecil untuk digunakan sepenuhnya, selain area permukiman, zona pabrik, dan Laut Pusaran Konflik, hanya tersedia rute melalui area kastil.” Pengawal berkata tanpa terkejut, “Tapi saya selalu yakin, dia datang dengan sengaja untuk pamer teknik di hadapan Yang Mulia Kaisar.”
Masih tidak bisa memahami.
Namun meski tidak mengerti, Rex berhasil menangkap secercah kebanggaan dari ekspresi wajah lawannya.
Dalam beberapa detik, titik hitam yang sebelumnya masih jauh di ufuk kini sudah berada tepat di depan mata——dalam gemuruh yang mirip auman rendah, orang Fjord menyaksikan pemandangan paling tak terbayangkan seumur hidupnya.
Struktur logam dengan dua pasang sayap panjang melesat melewati atas kepalanya bagai angin kencang, bayangannya puluhan kali lebih besar dari burung laut terbesar, bentuknya saja sudah terlihat sangat berat. Tapi justru makhluk besi super berat ini sekarang sedang terbang mengitari langit. Secara bersamaan, dia juga melihat siluet seorang perempuan di atas makhluk besi itu, meski tidak jelas terlihat, tapi jelas-jelas ada orang yang diterbangkannya.
Fan...
Nama itu tiba-tiba muncul di pikiran Rex.
Perkumpulan Barang Ajaib bukanlah asosiasi dengan struktur ketat, hubungannya dengan orang itu juga tidak dekat, hanya hadir saat uji publik sayap terbang dulu. Jujur saja, dia bahkan agak membenci Fan, karena persepsi tidak realistisnya membuat reputasi Perkumpulan Barang Ajaib yang sudah buruk semakin payah.
Tapi kini seseorang telah menyelesaikan pencapaian besar ini dengan bentuk yang lebih ekstrem.
Melihat makhluk besi bersayap ganda yang berputar mengelilingi kastil, dasar hatinya diguncang gelombang raksasa.
……
Pengawal membawa dua orang ke penginapan yang disebut "Gedung Diplomatik", meninggalkan pesan "Namaku Sean, jika sudah mempertimbangkan, kapan saja bisa datang ke area kastil untuk memberi tahu jawaban" sebelum berbalik pergi.
Simbad masih terhanyut dalam keterkejutan yang mendalam. Mulutnya komat-kamit memuji perlindungan Tiga Dewa, sesekali berlari ke jendela untuk melongok ke luar, entah karena takut atau ingin menyaksikan kembali ciptaan tak terbayangkan itu.
Rex mengurung diri di kamar tidurnya.
Matanya mengunci buku polos di tangannya, seolah ingin menembus halamannya untuk membaca pikiran Sang Kaisar. Setelah seperempat jam, barulah ia membuka segel sampulnya.
Dalam seperempat jam itu, berbagai asumsi berkelebat: mulai dari biografi biasa, pujian hingga profil budaya Kota Tanpa Musim Dingin, kontrak menguntungkan yang menyamar sebagai buku, bahkan ancaman pemindahan paksa anggota Perkumpulan Barang Ajaib ke kota ini -
Tapi tidak ada apa-apa.
Halaman pertama hanya bertuliskan satu kalimat: Hukum Daya Apung.
Benda yang terendam dalam fluida diam akan mengalami gaya apung setara berat fluida yang dipindahkan, arah vertikal ke atas melalui pusat bentuk fluida yang tergantikan.
Sekilas terlihat rumit, namun setelah diulang beberapa kali dalam hati, mata Rex mulai membelalak lebar.
Dia cepat-cepat membalik ke halaman kedua, ternyata berisi rumus aritmatika yang memenuhi halaman penuh. Tampaknya mempertimbangkan kemampuan pemahamannya, setiap rumus dilengkapi catatan detail. Semakin dia membaca, semakin sulit mengalihkan pandangan.
Volume, kepadatan, daya apung... Konsep-konsep ini sebenarnya sudah akrab dan sering didengar, namun saat ini, rasanya seperti pertama kali melihatnya.
Setiap kata bukan lagi sekadar ungkapan abstrak, melainkan angka-angka yang disertai unit. Apakah suatu benda akan tenggelam atau mengapung, seberapa dalam tenggelamnya, bisa diketahui dengan mengambil pena dan menghitung.
Rex teringat kapal baja raksasa yang dijual ke Fjord dan balon hidrogen - dalam ingatannya, mereka tiba-tiba terasa nyata dan jelas.
Di bagian selanjutnya, ada konsep kapal selam yang bisa menyelam dan mengapung secara mandiri. Meski hanya gambar rancangan, dengan rumus-rumus sebelumnya, jelas ini bisa diwujudkan.
Di halaman akhir buku, dia bahkan melihat desain kapal besar aneh yang bisa berlayar di permukaan air seperti kapal biasa, sekaligus menyelam di bawah air seperti ikan. Tubuh raksasanya mampu menampung ratusan orang, bahkan ombak paling mematikan pun tak mengancamnya saat berada di bawah air.
Rex sepenuhnya tergetar oleh konsep ini.
Namun di hati, muncul rasa hambar yang tak tertahankan.
Seolah dia baru berhasil melangkah satu langkah kecil di jalan tak dikenal, sedang bersemangat, tapi orang lain sudah menunjukkan seluruh rutenya.
Terpikirkan pada besi buas yang menderu lewat, rute seperti ini sepertinya bukan satu-satunya di Kota Tanpa Musim Dingin.
Ia telah memahami makna kata "hadiah".
Jika menolak syarat Raja Benteng Abu-abu, maka dengan isi buku ini, ia pasti bisa mencapai level baru dalam usaha penyelaman dan pengangkatan. Namun fase kedua saja sudah batas maksimal yang bisa dicapai manusia, sedangkan kapal selam fase ketiga, praktis tak mungkin diraih seumur hidupnya.
Jika menyetujui undangan Yang Mulia Roland, buku ini akan menjadi senjata paling ampuh untuk meyakinkan yang lain, dan Perkumpulan Barang Ajaib pun akan mengalami kelahiran baru.
