Malam itu, Roland menceritakan situasi rapat siang hari kepada Anna yang sedang bersandar di pangkuannya.
“…Mengingat kekuatan dan stabilitas peluru hukuman dewa, senjata khusus ini mungkin perlu penyesuaian lebih lanjut——mencari keseimbangan antara daya hancur dan aplikasi nyata. Hanya kamu yang bisa melakukan ini. Prioritasnya sementara lebih tinggi dari proyek lain. Selama periode ini, aku akan meminta Andrea dan Agatha memberikan kerja sama penuh.”
“Sepertinya pekerjaan di tangan tak pernah ada habisnya.” Anna menyandarkan kepala di bahunya, “Mesin bubut untuk komponen pesawat, perbaikan mesin pembakaran dalam, rel besi di garis depan, plus berbagai proyek dalam buku... Aku jadi agak iri pada Pasha dan Selene. Meskipun kobaran api hitam bisa digunakan sebagai tangan, tetap tak sefleksibel tentakel. Jumlah yang bisa dikendalikan juga sangat terbatas.”
“Tidak boleh, aku tidak mau tidur sambil memeluk tumor besar. Lagipula, selain sebagai Menteri Departemen Proyek, kamu adalah Permaisuri Greycastle yang harus sering muncul di hadapan orang banyak.” Roland tertawa. Dia tahu Anna tidak sedang mengeluh, tapi berbagi kebahagiaan—sejak aktif menjabat sebagai Menteri Proyek, cahaya di wajahnya semakin berkilau, ekspresi dinginnya di hadapan orang lain pun telah berubah. Hanya satu yang tak berubah: keseriusan tulusnya sejak awal. “Tentu saja, aku juga sedang mencari pasukan yang cocok untukmu. Jika segala berjalan lancar, Departemen Proyek mungkin akan segera dipenuhi tenaga.”
Menghitung berdasarkan waktu, Rex dari Perkumpulan Barang Ajaib seharusnya sudah tiba di Fjord. Tinggal belum tahu apakah buku "Rangkuman Daya Apung" sebagai hadiah bisa menarik perhatian mereka. Perlu diketahui, iming-iming di bagian akhir buku itu mengadaptasi konsep "20.000 Lieues Sous Les Mers". Bagi "calon penemu" yang belum mengenal konsep novel futuristik, skenario megah dan mempesona ini bisa menjadi objek resonansi terbaik.
“Benarkah?” Anna meregangkan pinggangnya lalu memeluknya lembut. “Aku akan menantinya. Tapi untuk sekarang... aku ingin beberapa hadiah lain.”
Hmm, sepertinya hari ini ada lebih dari satu orang yang layak mendapat hadiah. Roland tersenyum dalam hati, tangan lembutnya mengelus punggung mulusnya.
……
Setelah Anna tertidur dengan puas, Roland juga menutup matanya.
Saat dia membuka mata kembali, langit-langit telah berubah menjadi bentuk Gedung Jiwa. Sinar matahari pagi menyelinap masuk melalui celah tirai kamar.
Mencuci muka, sarapan, mengantar Jieluo pergi, semuanya sama seperti hari-hari biasa. Roland bersandar di pagar lorong, memandang dari atas kerumunan orang di gang-gang kota di bawahnya. Siswa dengan tas sekolah, pegawai yang bergegas, dan orang tua yang berolahraga pagi membentuk pemandangan kehidupan yang sibuk - kacau namun penuh vitalitas.
Kota ini tampak tetap tenang, sama persis seperti saat pertama kali masuk ke sini. Tapi dia tahu, dunia telah berubah - di tempat yang tak terlihat oleh manusia biasa, ada kekuatan fisik yang sedang mengubahnya, seolah mimpi memiliki kesadaran sendiri.
Isi ingatan yang belum pernah dilihat, buku kulit merah tua itu, dan kertas yang terselip di dalamnya, semuanya adalah bukti perubahan.
Sejak membaca buku "Alasan Eksistensi", Roland mulai memperhatikan nama Kafe Mawar. Tapi baik pencarian di jaringan maupun para penyihir perempuan yang menyisir setiap jalan, tak menemukan petunjuk apapun. Dari 46 kafe di kota ini, tak satu pun bernama Mawar.
Dia sempat berpikir ini mungkin lelucon, tapi semakin memahami dunia nyata, isi buku itu semakin sulit diabaikan. Bahkan kertas itu pun mulai terlihat memiliki makna khusus.
Makhluk asing yang menghilang total.
Bukan perang pertama yang meledak.
Kebangkitan dan korosi yang tak bisa dihentikan.
Semua ini seolah memiliki bayangan di dunia nyata, terutama penemuan lokasi pertempangan ras Radiant dengan manusia korek api, yang membuat isi buku terasa sangat familiar.
Hal yang paling membuatnya bingung adalah, mengapa buku yang diciptakan oleh dunia mimpi ini bisa memiliki korelasi samar dengan realitas, dan juga menggunakan kata "Perang Makna Ilahi". Sayangnya menurut penjelasan Garcia, penulis buku ini tidak meninggalkan informasi apa pun, satu-satunya celah tampaknya hanya tersisa pada kertas itu.
Namun sebelum menemukan Kafe Mawar, ia hanya bisa menyimpan segala kebingungannya dalam hati.
Kembali ke ruang tamu dan menunggu hingga sekitar pukul delapan, terdengar ketukan berirama dari luar rumah—"tok, tok-tok." Satu ketukan ringan diikuti dua berat, tepat merupakan kode rahasia yang menandakan koridor kosong.
Roland segera membuka pintu dan memasukkan pengetuk ke dalam rumah.
"Yang Mulia Kaisar, selamat pagi." Tiga penyihir perempuan mungil mengangkat siku memberi hormat padanya, salah satunya adalah Tong En si 「Tirai Tanpa Cahaya」 yang pertama kali masuk ke dunia mimpi.
Benar-benar... "siswa SMA" ya. Roland tak kuasa menepuk dahinya. Tong En sangat ia kenal, dengan kemampuan menghilangkan jejak rekan setimnya, ia bergabung dengan Holy Army di tahun kedua setelah kebangkitannya. Saat menerima transformasi jiwa usianya sudah 28 tahun, berpengalaman bertempur, ahli menggunakan senjata seperti pisau pendek dan pisau untuk operasi penyusupan. Namun karena posturnya yang kecil ditambah efek perlambatan penuaan khas energi sihir, penampilannya tak berbeda dengan gadis remaja belasan tahun.
Dua orang lainnya juga sama seperti itu.
Percakapannya dengan Selene tiba-tiba muncul di pikirannya—
「Bersekolah? Saya ingat usia rata-rata Penyihir Hukuman Dewa di atas 20 tahun. Untuk kelompok usia ini, institusi pendidikan yang sesuai seharusnya universitas, tapi tingkat pengetahuan mereka paling tinggi setara SMP-SMA. Jika usia tidak sesuai, mungkin ada risiko identitas terbongkar.」
「Tenang saja, Yang Mulia. Jika hanya masalah terlihat lebih muda, banyak dari kami yang bisa memenuhinya.」
Dari penampilan dua orang lain yang lebih muda daripada Tong En, jelas Selene tidak membesar-besarkan.
Bisa dibilang setelah menyerahkan urusan makan-minum-bersenang-senang kepada Filipina, Falti dkk, perhatiannya terhadap Penyihir Hukuman Dewa memang berkurang. Bagaimana tidak? Tim berisi 300+ orang dibagi menjadi puluhan kelompok yang bergantian. Jika setiap kali harus dipimpinnya sendiri, kapan ada waktu untuk mengumpulkan dan menghafal berbagai data akademik?
Dalam hal ini, Roland merasa diri cukup disiplin.
"Saya Saint Milan, kemampuan meniru gestur – selama terhubung energi sihir saya, gerakan apapun bisa ditiru sempurna. Ini kedua kalinya ke dunia mimpi, mohon bimbingannya."
"Nama saya Duoduo, kemampuan 'kantong tak kasat mata' yang bisa menyimpan barang dalam bungkusan energi sihir. Em... manfaatnya tidak besar, tapi saya takkan mengkhianati amanat Selene Yang Mulia dan reputasi Perkumpulan Penjelajah Misteri!"
Keduanya memperkenalkan diri bergiliran.
"Dilihat dari kemampuan, mereka memang tidak termasuk jenis penyihir tempur. Penyihir seperti ini biasanya akan berusaha lebih keras di bidang lain karena tidak bisa bergabung dengan Holy Army. Kemampuan memengaruhi sifat asli seseorang——hal ini sepertinya juga terbukti pada trio pemain mahjong."
"Sedangkan Tong En, kemungkinan dipilih Selene untuk melindungi mereka. Bagaimanapun juga, dunia mimpi tidak sepenuhnya aman, apalagi di masa sekarang ketika jumlah Makhluk Jatuh semakin bertambah."
Roland mengangguk, menatap trio tersebut, "Selene seharusnya sudah memberitahukan tugas kali ini pada kalian. Nanti kalian usahakan sedikit bicara, cukup bekerja sama denganku saat mereka bertanya."
"Baik, Yang Mulia Kaisar."
Setelah masalah usia terselesaikan, tantangan berikutnya adalah "bagaimana black account bisa bersekolah".
Faktanya bukan hanya pendidikan, masalah status para penyihir Takkila terus menjadi beban pikiran Roland. Hingga setiap kali pergi menjarah Makhluk Jatuh, dia harus sembunyi-sembunyi di tengah malam agar tidak menarik perhatian.
Andai saja tidak ada kemampuan penyihir perempuan sebagai perlindungan, gudang yang selalu dikunjungi orang berbeda-beda itu pasti sudah terbongkar di mata orang banyak di kompleks perumahan.
Setelah berpikir panjang, hanya satu orang yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini secara tuntas.
Roland mengeluarkan telepon dan menghubungi nomor Garcia.
