Ternyata memilih melapor polisi daripada memberi tahu Asosiasi Ahli Bela Diri untuk penanganan internal. Inikah bentuk belas kasihan terakhir darinya? Bagaimanapun, asosiasi dalam beberapa hal tidak tunduk pada hukum formal, sehingga sangat ketat dalam mengatur perilaku ahli bela diri. Hukuman internal mereka biasanya lebih berat daripada sanksi hukum.
Roland menyentak sudut mulutnya. Tidak, sekarang bukan waktunya memikirkan ini! Baik laporan polisi maupun hukuman internal sama-sama tidak relevan. Dia benar-benar tidak melakukan kesalahan apapun, hatinya bersih!
Pokoknya, harus menenangkannya dulu——
“Lapor... polisi?” Dia pura-pura terkejut, “Mengapa?”
“Kamu masih bertanya mengapa?” Garcia berkata dengan kesal, “Apa yang sudah kukatakan sebelumnya? Orang yang terbangunkan karena kekuatan yang didapat secara kebetulan, mudah terjerumus dalam khayalan luar biasa hingga kehilangan arah diri dan jatuh! Karena itulah ahli bela diri perlu mengendalikan diri dan menjaga hati. Aku tak mau ikut campur urusan pribadimu, sebelumnya sering melihat perempuan keluar dari rumahmu juga sudah kubiarkan, orang dewasa terserah, tapi mereka... mereka belum dewasa sama sekali! Diversifikasi nafsu adalah salah satu pertanda paling jelas dari kejatuhan, masih belum kau mengerti?!”
Hmm... Dari ucapannya, dibandingkan bersenang-senang dengan tiga perempuan sekaligus, sebenarnya dia lebih marah karena aku membiarkan nafsu menguasai hingga menempuh jalan buntu?
“Prinsipnya aku paham, tapi masalahnya... Jika benar seperti katamu, mengapa aku sengaja membawamu ke lokasi kejadian?” Roland menghela napas, “Tidakkah ini sangat tidak masuk akal?”
“Eh——”
“Faktanya, baik aku melakukan itu atau tidak, tetap akan menuai kecaman. Maka cara yang benar seharusnya mencegah mereka terlihat siapapun. Tapi aku malah sengaja memperlihatkannya padamu, tidakkah kau curiga ada kejanggalan di sini?”
Garcia mengedipkan mata, perlahan meletakkan telepon di tangannya, “Mengapa?”
Roland dalam hati lega, berkata dengan nada paling tulus, “Inilah yang ingin kujelaskan selanjutnya. Nona Garcia... Aku membutuhkan bantuanmu.”
……
Setengah jam kemudian.
“Jadi, gadis-gadis yang keluar dari kamarmu itu sebenarnya bukan punya hubungan spesial denganmu, melainkan... guru privat paruh waktu?” tanya Garcia menyipitkan mata.
“Benar,” jawab Roland dengan jujur, “Mereka semua mahasiswi sekitar. Selain membimbing Jieluo, mereka juga bisa sekalian mengajar trio ini. Tapi ini bukan solusi jangka panjang. Semakin lama mengajar, mereka pasti akan mulai curiga dengan status trio ini. Soalnya usia mereka sudah seharusnya bersekolah, tidak masuk akal kalau tidak sekolah. Aku hanya bisa mengganti guru baru sebelum kecurigaan muncul.”
Ia selalu sangat berhati-hati dalam menangani masalah Penyihir Hukuman Dewa. Warga kompleks yang pernah melihat penyihir keluar dari unit 0825 paling banyak tiga-empat orang. Alasan ini mungkin tidak sepenuhnya meyakinkan, tapi setidaknya masuk akal.
“Saat pertama kali kamu mengingkari janji, di telepon kamu bilang 'ada saudara yang datang', maksudmu trio ini?”
Lha, itu kan sudah setengah tahun lalu, masa sampai sekarang masih menyimpan dendam... “Hmm, tapi mereka bukan saudara kandungku. Kami berasal dari desa yang sama,” Roland menjawab dengan wajah serius meski isinya asal bicara, “Tong En, Sheng Milan, Duoduo dan aku tinggal satu desa, satu jalan. Saat aku pergi dari desa, mereka masih main tanah di tepi kolam.”
Di dunia normal, pernyataan ini akan terdengar aneh seperti “Pekerja Teladan Bendera Merah Edison” atau “Model Traktor Nasional Faraday”. Untungnya dunia mimpi telah menyatukan ingatannya dengan Jieluo, sehingga terdengar begitu natural tanpa kejanggalan.
“Lalu kenapa data kependudukan mereka tidak terdaftar?”
“Roland berhenti sejenak dengan timing yang tepat, “Karena… gender.”
“Begitu rupanya.” Garcia diam cukup lama, saat akhirnya berbicara lagi, tatapannya pada trio itu menjadi jauh lebih lembut, “Apakah banyak orang seperti mereka…?”
“Cukup banyak. Baru dalam 10 tahun terakhir situasinya berubah drastis.” Melihat arah pembicaraan lebih mulus dari perkiraannya, Roland langsung menambahkan, “Berita keanggotaanku di Asosiasi Ahli Bela Diri sudah menyebar di desa. Mereka mungkin juga tidak mau terjebak seumur hidup di daerah kecil itu, makanya datang ke sini mencari perlindunganku...”
“Yang Mul… Kakak Roland benar-benar jujur!”
“Biarkan kami tinggal di sini!”
“Aku ingin bersekolah.”
Trio itu menyempurnakan rantai argumen terakhir dengan tepat waktu.
Garcia memalingkan wajah sebentar, sepertinya sedang ragu-ragu.
“Baik les privat maupun belajar mandiri, takkan menyelesaikan masalah mendasar. Aku lebih berharap mereka bisa hidup normal seperti orang biasa. Dari semua orang yang kukenal, hanya kamu yang bisa mewujudkan ini.” Roland melanjutkan dengan suara tenang. Bahkan jika Garcia tidak mampu, Grup Sanye pasti bisa. Bagi perusahaan keluarga besar berskala dan berkekuatan seperti mereka, menguruskan KTP untuk beberapa 'black account' bukanlah hal sulit.
Tampaknya Garcia juga menyadari hal ini. Setelah beberapa saat bergerak-gerak gelisah, dia akhirnya menghela napas panjang, “Maaf, aku tidak bisa membantumu.”
"Sebelum Roland sempat membuka mulut," Garcia melanjutkan, "Aku sudah melepaskan diri dari keluarga, dan pernah berjanji tak akan bertemu ayah lagi. Apalagi keinginan Grup Mitsuha untuk merobohkan Kompleks Tongzi belum berubah. Jika aku menemuinya, pasti akan dijadikan bahan propaganda. Tim protes yang mempercayaiku dan berdiri di sisiku mungkin akan retak."
Awalnya ia ingin membujuk lagi, namun melihat kepalan tangan lawannya, kata-kata yang sudah di ujung lidah ditelannya kembali—Dia sedang tersiksa karena tak bisa membantu orang asing yang tak dikenalnya! Ini membuat Roland merasa agak bersalah, "Aku mengerti."
"Tapi kau bisa langsung berunding dengannya." Garcia mengangkat kepala, "Besok malam, ayahku akan mengadakan jamuan di Hotel Pusat Kota untuk ahli bela diri terkemuka. Meski tahu aku tak akan datang, dia tetap mengirimiku undangan—setidaknya ini bisa menunjukkan pada media bahwa dia masih berusaha memulihkan ikatan keluarga." Ekspresinya menyiratkan kekonyolan, "Meski nama yang tercantum bukan milikmu, kehadiran dalam jamuan bisa menggunakan sistem perwakilan. Cukup dengan satu telepon dariku ke panitia, kau bisa masuk dengan membawa undangan. Kelebihan sistem perwakilan adalah bisa diartikan sebagai penerimaan atau penolakan. Jika aku memilihmu sebagai perwakilan, itu jelas penolakan."
Roland akhirnya paham—Jika Garcia mengundang gurunya Lan, maknanya di mata orang lain akan berbeda 180 derajat. Ini seperti hadiah mewah adalah ucapan selamat, sementara pemberian seadanya adalah hinaan. Logikanya sama.
"Bertemu langsung ya..." Ia mengusap dagunya.
“Kenapa, grogi?”
“Meski grogi tetap harus pergi, kau sudah sampai di tahap ini.” Dibandingkan status Raja Benteng Abu-abu yang dikelilingi ribuan pengawal, pesta seperti ini bagi Roland hanyalah hal biasa, “Yang lebih kukhawatirkan adalah kembali tanpa hasil - bagaimanapun, penolakan semacam ini bagi mereka sama dengan sindiran aneh.”
“Tenang, ayahku bukan orang yang suka cari masalah. Dalam bisnis, terutama transaksi, yang dia pedulikan hanyalah keuntungan.” Garcia tersenyum, “Dan kau juga bukan ahli bela diri biasa - Kota Prisma saja memperhatikan pertumbuhanmu, jangan meremehkan dirimu sendiri.”
Roland samar-samar menyadari maksudnya, “Akan kucoba yang terbaik.”
“Jujur, aku sangat senang.” Garcia berdiri dan mengulurkan tangan kanannya, “Ternyata kau tak pernah menyimpang dari jalan di hatimu, malah aku yang salah paham padamu. Ini hutangku.” Dia berhenti sejenak, “Selain itu, kalau butuh bantuan langsung bilang, jangan pakai panggilan Nona Garcia lagi... tidak cocok denganmu.”
Roland perlahan mengulurkan tangan dan menjabat tangannya.
Meski sebagian besar ucapan tadi adalah kebohongan, tapi ia benar-benar tak pernah melupakan tujuannya sedetik pun. Mengatasi kunci perlindungan makna ilahi, menyelidiki konteks dunia, hingga menyelamatkan manusia dari perang takdir tanpa ujung.
Inilah jalan yang telah diputuskannya untuk ditempuh.
