Roland asal mengambil sebuah kotak timah, membuka tutupnya, lalu mengambil balok logam perak putih di dalamnya. Tangannya merasakan bobot yang cukup berat - sebelum diaktivasi, benda ini hampir tak beda dengan besi murni. Selama tidak dijilat-jilat, bisa dianggap relatif aman. Tanpa pengetahuan mendalam, mustahil membayangkan betapa dahsyatnya kekuatan yang terpendam dalam tubuh mungil ini hanya dari penampilan luarnya.
Berkat inilah manusia pertama kali menyentuh ambang transformasi massa-energi.
Dibandingkan semua bubuk mesiu kimia sebelumnya, langkah ini benar-benar sebuah anak tangga baru.
Roland menghitung sekilas jumlah kotak timah, sekitar lima puluh buah. Dengan mengabaikan berat wadahnya dan mengasumsikan tiap kotak berisi satu kilogram material, totalnya mencapai lima puluh kilogram uranium-235 dengan kemurnian mendekati 100%.
"Lemari timah seperti ini tidak hanya satu di dalam kamar."
"Jika semuanya dituang menjadi satu..."
"Mungkin institut penelitian akan benar-benar 'berenergi tinggi'?"
"Bagaimana cara menggunakan benda-benda ini untuk menjadi 「Sinar Matahari」 yang kau sebutkan sebelumnya?" Nightingale bertanya penasaran, "Dibuat menjadi mesin khusus, atau dinyalakan dan diledakkan? Aku yakin mereka tidak bisa terbakar."
"Ingin tahu?" Roland tak bisa menahan tawa, "Lebih sederhana dari yang kau bayangkan. Cukup tumpuk logam dalam kotak ini, mereka akan otomatis memancarkan cahaya dan panas. Uranium dalam satu lemari ini saja sudah cukup untuk meratakan Kota Tanpa Musim Dingin. Makanya tanggung jawab Lucia sangat besar—bayangkan jika tangannya gemetar—"
Suasana tiba-tiba terjerembab dalam kehampaan yang mematikan.
Lucia menutup mulutnya, mata memancarkan ketakutan.
"...Tidak mungkin," Akima baru bisa bicara setelah lama, "Yang Mulia maksudnya, satu kecerobohan kecil saja bisa menghancurkan seluruh kota?"
Nightingale bahkan melesat merebut kotak timah dari tangan Roland dan mengembalikannya ke lemari, lalu menarik tangan Roland keluar.
"Hei... tunggu, apa yang kau lakukan?"
"Masih perlu ditanya?!" Nightingale berseru panik, "Tentu membawamu keluar kota, lalu menyuruh orang mengangkut barang-barang ini! Lucia, beri tahu Wendy, suruh hubungi kantor administrasi!"
"Aku... aku akan mencari Yang Mulia Tili," Akima mengeratkan gigi, "Hanya dia yang bisa memerintah Sihir Tertidur."
"Berhenti—ini hanya gurauan—"
Di dalam kamar langsung terjadi kekacauan seperti ayam terbang dan anjing melompat. Roland membutuhkan waktu cukup lama untuk menenangkan semua orang.
"Yang Mulia benar-benar yakin ini hanya gurauan?" ujar Nightingale dengan nada kesal.
"Hmm, tentu... Saya hanya menjelaskan prinsipnya," ia buru-buru menambahkan, "Tapi di dunia nyata, mengaktifkannya tidak semudah itu. Bahkan dengan serangan total, belum tentu bisa dijamin berhasil."
Lucia menghela napas lega, "Yang Mulia Kaisar... Kaki hamba sampai lemas ketakutan."
"Ini bukan lelucon yang lucu," Nightingale melototi dia, "Jika Wendy dan Book Scroll mendengar omongan ini, entah itu bercanda atau bukan—"
"Mungkin mereka akan meminta laboratorium baru dipindahkan jauh dari Kota Tanpa Musim Dingin, ya?" Roland menghela napas pasrah.
"Bagus kalau Yang Mulia sudah paham. Atau mungkin Yang Mulia sendiri yang harus dipindahkan ke tempat aman."
"Baiklah, anggap saja saya tidak pernah mengatakan hal tadi..." Ia membersihkan tenggorokannya, "Selama kalian tidak bocorkan, Wendy dan Book Scroll tidak akan tahu."
"Mungkin burung tertentu sudah mendengar." Nightingale melirik ke luar jendela.
"Blokir informasinya. Satu botol Minuman Kekacauan." Roland tanpa ragu-ragu menawarkan.
"Deal." Perempuan itu menghilang dari hadapan trio.
Melihat ekspresi tertegun tak berkutik Lucia dan Akima, Roland mengangkat bahu, "Eh... Jangan dipikirkan, ini juga bagian dari lelucon."
Satu keit kemudian, Nightingale kembali ke dalam ruangan, "Tidak ada target mencurigakan terdeteksi, tapi gaji—"
"Masih berlaku."
Ekspresi wajahnya akhirnya melunak, bersenandung kecil sambil pergi mengunyah ikan kering di sisi.
"Itu... Yang Mulia Kaisar," Akima ragu-ragu sejenak sebelum berkata dengan serius, "Apa yang Anda katakan sebelumnya tidak sepenuhnya bercanda, kan? Karena saat membuat peraturan, Anda berulang kali menekankan untuk memperhatikan berat, dan untuk menghindari kebingungan atau kesalahan pengukuran, Anda bahkan mengontrol presisi setiap kotak timah tepat empat kilogram. Saat penimbangan harus dilakukan bersama wadahnya, sehingga bisa menjamin potongan logam dalam kotak memiliki berat setara." Dia berhenti sejenak, "Selain itu, Anda bilang jika terjadi krisis di institut penelitian atau ada tanda-tanda penyusupan, hal pertama yang harus dilakukan adalah memberi tahu penjaga untuk memblokir lokasi, lalu segera kembali ke kastil untuk melapor, bukan masuk ke dalam untuk melihat situasi mencurigakan. Ini membuktikan... mereka memang memiliki tingkat risiko tertentu, benar kan?"
Roland menatapnya dengan tak terduga, "Kemampuan observasi yang bagus. Pada dasarnya kamu benar - selain racun, berat juga salah satu faktor kunci. Tujuan pemisahan tempat penyimpanan memang demikian." Kemampuannya menilai sifat bahan ekstrak dari sistem peraturan, cukup menunjukkan kewaspadaan dan ketelitian. Mungkin kehati-hatian inilah yang mengaktifkan kekuatan Melacak Sumber Kekuatan-nya... "Tapi berat saja hanya membahayakan institut penelitian. Untuk menjadikannya senjata melawan Iblis, diperlukan satu elemen lain."
"Butiran-butiran yang disimpan terpisah?" Akima cepat menyadari.
"Tidak sepenuhnya, tapi setidaknya tebakanmu 50% benar."
Komposisi bijih uranium alami sangat kompleks. Selain senyawa kimia uranium, biasanya juga mengandung banyak materi radioaktif pendampingan. Sebagian besar merupakan produk sekunder hasil peluruhan, ada yang sudah sepenuhnya kehilangan radioaktivitas dan menjadi materi stabil, sementara sebagian lain masih berada dalam proses peluruhan panjang. Meskipun ras Radiant telah melakukan pemurnian awal pada bijih saat membangun Kuil Kutukan, komposisi dasarnya tetap relatif sama - hal ini dapat ditemukan dari hasil pemurnian Lucia.
Kandungan terbanyak adalah uranium-238. Meski tidak bisa dijadikan senjata, namun dapat dikenali oleh kubus Rubik ritual dengan efisiensi hampir setara uranium-235. Oleh karena itu, semuanya dikirim ke halaman belakang Gunung Beipo.
Selanjutnya uranium-235. Jika kemurnian mencapai lebih dari 90%, sudah dianggap tingkat senjata. Kandungan alaminya di alam sangat rendah, hanya 1% dari total elemen uranium alami. Jadi rintangan pertama dalam menempuh jalur "Radiasi Gemilang" adalah proses pemurnian, yang juga menjadi hambatan tak teratasi bagi kebanyakan orang.
Tapi ini bukan yang paling langka - produk peluruhan lanjutan seperti torium, radium, radon, dan polonium secara teori semakin langka. Yang dibutuhkan Roland justru polonium-210 alami, yang merupakan isotop paling umum dalam keluarga polonium.
Sebagai tunas bangsa yang dicetak melalui pendidikan wajib sembilan tahun, Roland sangat familiar dengan dua elemen radium dan polonium. Nyonya Curie yang berulang kali disebut dalam buku pelajaran tercatat dalam sejarah karena menemukan kedua unsur tersebut. Meskipun polonium-210 memiliki waktu paruh hanya sekitar seratus hari lebih, ditambah kandungannya yang sangat rendah hingga ekstraksi berkali-kali yang dilakukan Nyonya Curie akhirnya gagal, namun beliau tetap menunjukkan keberadaannya melalui radioaktivitas kuat yang ditampilkan oleh larutan bijih terlarut.
Baik radium maupun polonium, keduanya dapat digunakan untuk memproduksi sumber neutron - ini juga terkait dengan rintangan kedua dari radiasi gemilang: peledakan.
Prinsip senjata nuklir generasi pertama sangat sederhana, bahkan bisa dirangkum dalam satu kalimat: energi dilepaskan melalui fisi nuklida. Secara spesifik pada uranium, uranium-235 yang menerima sebuah neutron akan tereksitasi menjadi uranium-236 yang tidak stabil, kemudian terpecah menjadi dua nuklida lebih ringan dan lebih banyak neutron bebas. Selisih massa antara keduanya kemudian berubah menjadi energi.
Jelas, neutron yang dilepaskan akan menabrak nuklida lainnya, siklus ini berlanjut membentuk reaksi berantai, sementara energi raksasa yang meledak keluar secara bersamaan tak berbeda dengan ledakan biasa.
Namun di dunia mikroskopis, celah antara inti atom bagaikan jurang langit—seperti yang tertulis di buku pelajaran, jika atom dianggap sebagai lapangan sepak bola, maka inti atom hanyalah seekor semut di atasnya. Jika nasib sial, neutron akan segera terlempar keluar batas dan reaksi pun berhenti. Untuk memastikan setiap semut tertubruk, jelas diperlukan penumpukan lapangan yang cukup di sekelilingnya, agar neutron—ke arah manapun ia terbang—selalu ada semut yang menghadang di jalurnya.
Diterjemahkan ke dunia makroskopis, manifestasinya adalah "massa" dan "pola".
Faktanya, ambang batas kritis bukanlah angka tetap. Seperti lapangan yang disusun sejajar jelas memiliki kemungkinan tertubruk lebih rendah dibanding lapangan bertumpuk. Hasil spesifik memerlukan kalkulasi intensif berdasarkan bentuknya. Roland bahkan pernah mendengar kisah kegagalan perang karena kesalahan penghitungan data. Tentu sebagai penerus yang berdiri di pundak raksasa, ia tak perlu mulai dari nol. Uji coba membuktikan: bentuk bola memiliki massa kritis terkecil, sementara uranium-235 adalah 52 kilogram.
Dengan membatasi stok elemen uranium di setiap kotak timah tak lebih dari satu kilogram, cara ini sudah dianggap cukup waspada.
Namun sebagaimana diketahui, massa kritis tidaklah tetap. Jika kita bisa sangat mempersempit luas area reaksi atau menyediakan neutron tambahan yang cukup bagi isotop, maka ambang batas kritisnya akan turun drastis. Prinsip pertama inilah yang menjadi dasar bom implosi - bahan peledak ditempatkan di perimeter luar bom, saat meledak akan mengkompresi material reaksi secara instan hingga kepadatannya meningkat tajam, melebihi ambang kritis. Bagi teknologi Kota Tanpa Musim Dingin saat ini, baik menghitung massa kritis bentuk irregular maupun mengontrol presisi ledakan sentripetal bahan peledak, semuanya memiliki terlalu banyak kesulitan teknis. Oleh karena itu, Roland memfokuskan perhatian pada opsi kedua—
Memanfaatkan sumber neutron untuk memastikan reaksi fisi dapat berlangsung terus-menerus.
