Goode sendiri tidak tahu bagaimana dia kembali ke area tinggal sementara.
Saat tiba di pintu rumah, langit sudah senja. Orang-orang yang sibuk seharian mulai bertahap pulang ke rumah. Asap masakan dan teriakan penjual berseliweran di mana-mana. Aroma sisa bubur yang dimasak bercampur dengan bau asam keringat, menunjukkan kesibukan tempat ini. Meski pekerjaan tak pernah habis setiap hari, ekspresi wajah semua orang dipenuhi vitalitas, sama sekali tidak seperti permukiman pengungsi dari luar.
Yang memberi mereka vitalitas adalah harapan - dengan bekerja sehari, perut bisa kenyang selama beberapa hari. Jika bekerja 10-15 hari, bisa menambahkan dua telur atau sepotong steak daging ke dalam mangkuk. Secara alami timbul harapan: jika bekerja setahun lebih, seperti apa wujud diri nanti? Dengan harapan ini, suara setiap orang menjadi lebih bersemangat. Meski area tinggal sementara kumuh dan berisik, tidak ada kesuraman abu-abu seperti di permukiman kumuh.
Segala sesuatu di sini berwarna-warni.
Kecuali Goode.
Semakin dia melihat senyum tetangga, semakin pusing rasanya. Seolah ada suara bergema di hatinya -「Lihat apa yang telah kau lakukan, brengsek! Kau menghancurkan semua hasil jerih payah yang sulit didapat!」
Benar, jika saat itu tidak berteriak, menerima hukuman dengan patuh, dia masih akan menjadi bagian dari Akademi Ksatria Udara. Meski tidak bisa menjadi pilot, itu tetap pekerjaan yang bagus, setidaknya jauh lebih baik daripada terus menjadi pengungsi.
Saat itu jawabannya tanpa keraguan, namun setelah Yang Mulia Putri benar-benar menyetujui, keberanian itu mundur bagaikan air pasang, digantikan oleh perasaan bersalah dan ketakutan.
Jika gagal, dia akan benar-benar kehilangan segalanya.
Goode dengan ekspresi melayang mendorong pintu kamar dan masuk ke dalam.
Suara riang berbunyi, "Goode, kamu pulang! Lihat apa yang kubuat!"
Rui Qiu berlari riang ke sisinya, mendorongnya ke meja lalu membuka baskom keramik yang menutupi piring, "Ta-da! Kue panggang telur, bagaimana?"
Di piring, telur dan kue gandum tersusun berlapis. Lebih mirip telur goreng di atas kue gandum daripada kue panggang telur. Tapi hidangan ini tidak gagal: putih telur tipis terbentang, tepinya kecoklatan dan melengkung, kuning telur oranye sedikit menggembung tetap lembut seperti belum matang. Mentega yang meleleh sempurna menyelip di antara keduanya, merembes melalui celah ke piring, memancarkan aroma harum yang menggoda.
Jelas Rui Qiu memberikan usaha ekstra untuk makan malam ini.
Goode tertegun, "Kamu membeli telur?" Meski harga di Kota Tanpa Musim Dingin tidak tinggi, bagi mereka ini masih belum bisa dianggap sebagai hidangan sehari-hari.
“Hmm,” Rui Qiu menyodorkan garpu kayu di hadapannya, “Hari ini aku pergi ke Pasar bersama Paman Baji. Tenang saja, tabungan yang kubawa masih tersisa. Hari liburmu yang langka ini, sesekali makan enak tak masalah. Lagipula, jika kau benar-benar menjadi ksatria udara resmi, tabunganmu pasti cepat bertambah. Aku sudah hitung matang!” Sambil berkata demikian, dia menepuk-nepuk dadanya.
Goode menerima garpu itu dengan kaku, “B-begitu juga...”
“Jangan banyak bicara, coba dulu keterampilanku.” Rui Qiu bersemangat.
Setelah ragu-ragu sejenak, perlahan-lahan dia menusukkan telur lembut itu ke mulutnya. Pada ketikan, kuning telur meletus menyatu dengan keharuman mentega, seketika memenuhi seluruh rongga mulutnya.
Kelezatan ini sekaligus menyentuh bagian terdalam hatinya.
Melarikan diri dari Hati Serigala sampai ke perbatasan barat Greycastle, mereka berdua telah mengalami banyak penderitaan. Makanan seperti ini tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tapi setelah tiba di Kota Tanpa Musim Dingin, situasi membaik secara ajaib. Tidak hanya tempat tinggal yang stabil, kehidupan layak pun sudah di depan mata. Bahkan “kue panggang telur” yang dimakannya ini, mungkin suatu hari nanti Rui Qiu bisa menikmatinya setiap hari alih-alih hanya duduk memandanginya makan – asalkan dia tetap tinggal di Akademi.
Memang, dia sangat ingin terbang di langit biru. Tapi apakah pantas mempertaruhkan segalanya untuk itu?
Dulu tak ada yang bisa hilang darinya, kini berbeda.
Padahal sudah berjanji akan merawatnya.
"Kalau begitu, mengapa masih membuat pilihan seperti itu karena keinginan egois sendiri?"
"Bahkan menyetujui permintaan Fenjin untuk mengintip pesawat, itu juga karena dia hanya memikirkan dirinya sendiri."
"Orang yang begitu egois ini, sekarang malah memakan masakan yang dibuat dengan hati-hati oleh orang tersebut, bukankah itu terlalu keterlaluan!"
"Bagaimana, seharusnya... masih bisa diterima? Sudah lama aku tidak melakukan hal seperti ini, tidak tahu apakah keterampilanku sudah mundur atau belum." Rui Qiu merapatkan kelima jarinya, "Hei, bisa tidak sih, katakan sesuatu... Tunggu, mengapa kamu menangis? Apa masakanku seburuk itu?"
"Tidak..." Goode menitikkan air mata sambil menyumpal mulutnya dengan makanan, "Enak, kamu memasak dengan sangat lezat, aku hanya... aku hanya tidak bisa menahan diri..."
Rui Qiu tertegun sejenak, kemudian bangun dan berjalan ke sampingnya, mengulurkan tangan menekan kepalanya sambil bertanya pelan, "Ada sesuatu yang terjadi?"
"Maaf... Mungkin aku tidak bisa tinggal di Akademi lagi..."
Dengan terputus-putus, Goode menceritakan segala yang telah dilakukannya.
"Ternyata begitu," Rui Qiu diam cukup lama, baru berbicara setelah napasnya mereda, "Aku hanya ingin bertanya satu hal. Apakah kamu... menyukai terbang?"
"Aku--" Goode membuka mulutnya, di bawah tatapan langsung lawan bicaranya, ia menyadari tidak bisa mengucapkan kebohongan, lama akhirnya mengangguk.
“Sudah cukup.” Rui Qiu tertawa, “Sejak kecil, ini pertama kalinya kamu punya keinginan sendiri untuk melakukan sesuatu, kan? Bahkan saat membawaku pergi dari tempat itu, aku yang mengusulkan. Baik di Hati Serigala maupun di rute pelarian, kamu sudah banyak berkorban untukku. Padahal seharusnya ini semua tidak ada hubungannya denganmu. Bagaimana mungkin orang yang bisa melakukan sampai sejauh ini adalah orang yang egois?”
“Tapi aku...”
“Hasil terburuknya hanya memulai dari awal lagi, kan?” Dia memiringkan kepala, “Lagipula aku bisa baca tulis. Meski tidak melakukan... hal-hal itu, tetap bisa menemukan banyak pekerjaan. Jadi apapun hasilnya, lakukan saja sebisamu.”
“Benarkah... ini bisa dilakukan?”
“Lagi pula sudah terlambat untuk menyesal. Lebih baik potong semua pikiran lain dan fokus pada satu tujuan. Tapi lain kali, pertimbangkan matang-matang sebelum bertindak gegabah karena emosi sesaat.”
Goode menatapnya lama, “Kadang aku merasa wawasanmu jauh melebihiku.”
“Usia tidak selalu sejalan dengan kedewasaan. Kamu yang memaksaku jadi adik.” Rui Qiu bergumam, lalu tersenyum ceria, “Kalau kamu sampai dikeluarkan dari Akademi, panggil saja aku Kakak.”
……
Keesokan harinya, Lapangan Terbang Ksatria Udara.
Enam belas pasukan cadangan berbaris rapi di ujung landasan - sebagai kandidat terpilih pertama, merekalah yang akan menjalani uji terbang perdana.
Empat unit pesawat utuh meluncur perlahan dari hanggar, berhenti di hadapan para anggota tim.
Kerumunan langsung gempar, kami semua mengamati keempat singgasana cantik ini dengan penuh semangat, bisikan-bisikan penuh antusiasme bergema di antara mereka.
Fenjin dan Heinz justru menampilkan wajah muram.
Goode malah menutup matanya.
Merasakan hembusan angin pagi yang sejuk, ia berusaha menangkap sensasi dalam pikirannya - latihan harian, ajaran pelatih, dan momen menggenggam gagang pegangan pesawat asli. Beberapa gambaran terus berputar, perlahan menyatu menjadi satu.
Saat Tili muncul di depan tim, semua orang langsung berlutut satu kaki. Fenjin bahkan menarik Goode untuk ikut bersujud.
"Hormat kepada Yang Mulia Putri!"
"Bangunlah," Tili menyapu kerumunan dengan wajah dingin, "Meski ini pertama kalinya kalian melihat pesawat-pesawat ini, sebenarnya bukan hal asing. Baik ilustrasi bahan ajar maupun prinsip pembelajaran semuanya mengacu pada cetakan Unicorn. Mereka adalah versi penyempurnaan Unicorn, dengan performa yang lebih stabil. Selama mengikuti langkah-langkah latihan, kalian bisa menyelesaikan penerbangan dasar. Tapi mengingat ini pertama kalinya ke langit, aku akan terbang sebagai pembimbing di dekat kursi kemudi, mengingatkan langkah demi langkah sambil memberi penilaian berdasarkan performa - tentu, jika bisa terbang tanpa perlu kukoreksi, itu nilai terbaik."
Dia diam sejenak, lalu melanjutkan, "Tapi, aku tidak menutup kemungkinan operasi sesederhana ini pun bisa dilakukan dengan kesalahan, bahkan menyebabkan jatuh. Karena itu, aku sengaja mengundang Nona Na Nava—kini dia berada di dalam medan terbang. Selama tidak langsung mati, yang gagal bisa bertahan hidup. Hanya saja itu berarti poin kalian akan dipotong besar. Jika latihan berkali-kali ke depan tidak bisa memperbaiki, maka akan dieliminasi dari tim. Jadi kuharap kalian bisa mengerahkan seluruh kemampuan, berjuang sepenuh hati. Selain itu, kesalahan fatal yang merusak pesawat akan membuat poin langsung nol. Lagi pula Akademi tidak punya banyak pesawat untuk dibuang-buang kalian. Mengerti?"
"Ya, Yang Mulia!" Enam belas orang berseru serempak.
"Kalau begitu, mulailah. Penerbang uji pertama, Goode." Tili berkata dengan suara berat.
Goode menarik napas dalam-dalam, melangkah beberapa langkah ke depan, memanjat sayap pesawat dan masuk ke kokpit.
