“Aaaaa! Tolong, aku tidak bisa berbelok, ada yang bisa bantu aku——!”
Saat Roland merenungkan cara memanfaatkan tenaga kubus Rubik dengan lebih baik, jeritan panik yang familiar terdengar dari halaman. Secara refleks ia mengangkat kepala, melihat mobil tidak bergerak mengelilingi jalan taman, melainkan menerobos masuk ke hamparan bunga di tengah. Yang duduk di kemudi adalah Bulan Teka-teki yang baru saja menggantikan Hill.
“D-dasar bodoh!” Lily berjuang mengatupkan gigi. “Rem! Rem sekarang juga!”
“Sudah kurem... Tapi tidak bisa ditekan aaaaa!” teriak Bulan Teka-teki panik.
Kendaraan uap yang lepas kendali berputar-putar tak karuan di hamparan bunga, lalu meluncur tepat ke arah pintu kastil——
“Yang Mulia, hati-hati!” Ekspresi Wendy berubah drastis.
Kerumunan langsung berhamburan bagai ayam ketakutan.
Aduh, Roland memandang Bulan Teka-teki yang memeluk setir dengan mata tertutup rapat, tertegun tak berkutik. Mobil tanpa pedal gas bisa dikendarai seperti ini? Apa ini sopir wanita dari dunia paralel?
Yang mengejutkannya, tak ada satu pun penyihir perempuan di sekitarnya yang mundur. Mereka justru serentak berdiri di hadapannya. Pada ketikan itu, berbagai jenis kemampuan berhamburan keluar——Tembok Api Hitam milik Anna, parit panjang Lian membentuk tameng penghalang antara dirinya dengan halaman; Sangkar energi sihir Ifi dan Panah Cahaya Andrea telah mengincar Roda Zaman siap meledak, Nightingale pun menggenggam lengannya siap menariknya masuk kabut kapan saja.
Yang akhirnya menghentikan kecelakaan mobil adalah Filipina dan Lorka yang mengandalkan kekuatan fisik murni.
Mereka segera menghadang di depan semua orang, mencengkeram bumper kendaraan, dengan paksa mengangkat roda depannya dari tanah.
Anna mengendalikan kobaran api hitam untuk menutup kubus Rubik ritual.
Mesin uap yang kehilangan tekanan segera mereda.
"Aaaaa——Kami semua cepat lari!" Bulan Teka-teki masih erat memeluk setir, berteriak keras.
"Dasar be——go——lo kau!" Lily melompati parit, naik ke mobil lalu menampar tengkuk Bulan Teka-teki hingga teriakannya masuk ke dalam perut.
Yang kedua membuka mata, menutupi kepala dengan wajah tak bersalah.
"Bulan Teka-teki!"
Melihat Wendy dan Book Scroll yang mendekat penuh semangat, Bulan Teka-teki baru tersadar, "Maaf, aku salah——" Namun permintaan maaf di keit ini sudah terlambat. Komandan Tim Detektif belum sempat membela diri, langsung diseret kedua orang itu masuk kastil.
"Setiap kali ada bencana pasti ada kamu!"
“Liburan minggu ini, dibatalkan!”
“Peraturan Aliansi Penyihir Perempuan, salin lagi seratus kali!”
“Masih ada lima set soal latihan, selesaikan dulu baru boleh makan!”
Hingga ratapan Bulan Teka-teki menghilang di dalam kastil, para penyihir perempuan baru merasakan getaran yang sama——tentu saja, tidak termasuk Yang Mulia Permaisuri.
“Mobil sudah saya periksa, arah kemudi dan mekanisme rem tidak bermasalah,” kata Anna yang telah menyelesaikan pemeriksaan dan kembali ke sisi Roland, “Alasan Bulan Teka-teki menyimpang dari jalan mungkin hanya satu.”
“Apa itu?”
“Tenaganya terlalu kecil.” Anna menghela napas pasrah.
Roland tak bisa menahan tawa. Karena tenaga kecil gagal mengendalikan kemudi hingga akhirnya "makan pir miring"... Rupanya sebelum pemasangan alat bantu kemudi dan rem, mereka dengan tenaga ≤1 Bulan Teka-teki harus dilarang ikut uji kendaraan.
Halaman yang berantakan cepat pulih berkat perbaikan bersama Lian dan Anna. Melihat para penyihir yang memandinya dengan penuh harap, Roland geleng-geleng kepala, “Kalau masih ingin mencoba, temui Anna——asal dia setuju, saya tidak keberatan. Jangan sampai kastil hancur. Oh ya, jangan lupa kembali untuk makan siang.”
“Siap, Yang Mulia Kaisar!”
“Izinkan saya yang pertama naik mobil!”
“Eh, kan saya yang duluan datang!”
Halaman kembali diselimuti gelak tawa riang.
……
“Yang Mulia, kita sudah sampai.”
Kereta kuda berhenti perlahan di depan sebuah kedai minuman. Victor Ross turun dari gerbong, melemparkan dua keping serigala perak kepada kusir, lalu masuk ke dalam gedung.
"Anda datang, Tuan Victor!" Seorang perempuan cantik berbaju putih ketat segera berlari-lari kecil mendekat, dengan antusias mengambil bagasinya. "Kamar Yang Mulia sudah selalu disiapkan bos. Silakan ikut saya."
Masih merupakan ruang isolasi terbesar di lantai paling atas. Segala perabot dalam kamar tetap dipertahankan seperti saat ia pergi, termasuk dupa, anggur, dan pelayan khusus yang melayaninya - Ling.
Victor mengangguk puas. Inilah kekuatan uang. Meski tak bisa membalikkan hidup dan mati, tapi memiliki sihir yang membuat waktu membeku.
"Kepergian Yang Mulia kali ini sangat lama." Ling dengan gesit membuka tirai jendela, memasang penyangga, lalu menuangkan teh panas hingga penuh. "Bos sampai menebak apakah Anda dirampok perampok atau kena kecelakaan laut sehingga tak bisa kembali. Setiap hari ia menyuruh bendahara menghitung naga emas peninggalan Anda, memperkirakan berapa lama lagi bisa membayar sewa kamar. Di satu sisi ingin menyewakan kamar atas ke orang lain lebih awal, di sisi lain takut melanggar hukum kontrak Kota Tanpa Musim Dingin. Ekspresi bimbangnya benar-benar menggelikan."
Memandangi pelayan cerewet yang ceria ini, Victor merasakan kelelahan dari perjalanan jauhnya mulai sirna. "Kamu tidak takut dia tahu omonganmu ini?"
Linglong menjulurkan lidah, "Kecuali Yang Mulia memberitahunya diam-diam. Ngomong-ngomong, selama sebentar ini Yang Mulia pergi ke mana? Sibuk dengan bisnis besar?"
"Bisa dibilang begitu," Victor menyesap teh merah, "Sebagian besar tahun ini saya tinggal di perbatasan selatan."
"Hah, perbatasan selatan?" Linglong memiringkan kepala, "Daerah itu kan tidak kaya permata?"
"Setiap wilayah punya permata, asal kita tahu cara menambangnya." Dia mengangkat bahu, "Contohnya di selatan, permata tumbuh di ranting-ranting."
"Tuan, Bapak sedang mengerjai saya lagi." Pelayan itu memonyongkan bibir.
Victor tersenyum. Dia tahu lawan bicaranya takkan percaya, faktanya bahkan dirinya sendiri sebelum melihat langsung pun sulit mempercayai bahwa sawah kapas ternyata bisa lebih indah daripada permata. Benih hasil budidaya Nona Yezi benar-benar tak terbayangkan, semak yang tumbuh besar menghasilkan kapas dari bunga dan buahnya yang sangat besar, lembut, dan seputih salju, hampir tak mirip dengan kuncup kapas kurus dalam ingatannya yang sama sekali berbeda dengan tanaman sejenis.
Selama masa tanam, dia tak tinggal diam. Memanggil tim penjahit dari kampung halaman, merekrut orang untuk membangun pabrik di Pelabuhan Biru, menjalin relasi untuk mempersiapkan jalur perdagangan - semuanya langsung dikerjakan begitu masa panen tiba. Hasilnya melebihi imajinasinya, kapas baru ini langsung menggempur pasar dengan kualitas tinggi dan harga terjangkau, menumbangkan barang dagangan sejenis. Dari selimut kapas hingga baju wol, setiap produk mencapai penjualan yang sangat mengesankan di tiap kota.
"Tentu saja Victor juga tidak melupakan persaingan yang disebutkan Yang Mulia Kaisar. Ketika pedagang lain mulai membeli benih kapas Nona Yezi dari Tanpa Musim Dingin, bagian pasar ini pasti akan tertekan. Oleh karena itu, di atas produk tekstil kapas sederhana, dia telah mempersiapkan seri produk premium yang berfokus pada set pakaian lengkap. Mulai dari desain, bahan, hingga potongan, semuanya mengikuti rute kesempurnaan. Pada lengan baju dan kerah setiap pakaian di bordir lambang khas permata lima rupa untuk menonjolkan keunikannya.
Pakaian bergaya kalangan atas ini segera mendapat pengakuan dari sebagian orang, dan perlahan mendapatkan julukan khusus, 「Permata Pelangi」.
Selain itu, dia juga tidak meninggalkan komoditas murah. Baik selimut kapas maupun jubah longgar, semuanya diberi tanda yang sama - satu-satunya perbedaan adalah benang yang digunakan untuk lambang berwarna tunggal.
Victor samar-samar yakin, dengan cara ini meski pedagang lain menurunkan harga lebih rendah darinya, tetap akan ada sebagian orang memilih pakaian sederhana dengan bordir lambang Permata Pelangi. Persis seperti saat menjual perhiasan dulu, para bangsawan selalu memprioritaskan karya ukiran maestro.
"Berapa lama Yang Mulia akan tinggal kali ini?" Linglung melihatnya tidak melanjutkan pembicaraan, beralih ke topik lain.
"Kira-kira 3-4 hari. Masih banyak hal yang harus diurus di perbatasan selatan," jawab Victor.
"Sebentar lagi sudah pergi?" Suara pelayan itu sedikit melemah.
“Dia segera memahami maksud orang tersebut—jika kali ini tidak memperpanjang kamar, dia harus melayani tamu lain. Dibandingkan merawat kamar setiap hari untuk mendapat gaji, jelas yang kedua jauh lebih merepotkan.” Victor tidak merasa ini hal yang perlu diperhatikan, tapi dibandingkan ganti orang, dia merasa lebih baik tetap mempertahankan Linglong sebagai pelayan.
“Sebelum dirinya mulai jenuh.”
“Tenang, aku akan membayar naga emas untuk periode sebelum kembali ke Tanpa Musim Dingin nanti.”
“Benarkah?” Mata Linglong berbinar.
“Bukan biaya yang besar,” Victor berdiri, melemparkan satu keping naga emas ke tangannya, “Ini untuk pengeluaran selama tinggal kali ini. Sekarang aku harus ke kantor administrasi, antarkan aku.”
