Greycastle, Kota Tanpa Musim Dingin.
Seluruh personel kantor polisi berlarian sibuk. Perintah dan laporan kasus bersahutan tak henti-hentinya. Kemunculan bulan merah menjadi topik terpanas beberapa hari terakhir, membuat seluruh mekanisme ini berantakan bagai kekacauan dalam wajan.
Sebagai ibu kota kerajaan baru Greycastle yang menjadi tempat tinggal Yang Mulia Roland, departemen kepolisian wajib menyelidiki dan mencatat penyebab bahkan gangguan sekecil gesekan angin di rumput di dalam kota, apalagi peristiwa besar seperti kebakaran dan ledakan yang terjadi bersamaan.
Carter Lannis hampir dua hari dua malam tidak memejamkan mata. Setelah menenangkan istri yang terkejut pada hari itu, dia mendedikasikan diri sepenuhnya pada pekerjaan - menjaga keamanan Yang Mulia selalu menjadi tugas utama Kepala Ksatria. Dia sama sekali tidak akan mentolerir kerusuhan di wilayah ini. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, kecelakaan yang terjadi di beberapa lokasi secara bersamaan pasti merupakan tindakan kelompok. Oleh karena itu, dia segera memanggil Tim Detektif Tanpa Musim Dingin untuk membantu penyelidikan departemen kepolisian. Carter yakin dengan penelusuran detail seperti menguliti bawang, pelaku makar akan segera dihukum.
Namun setelah melaporkan segunung dokumen, pihak atasan justru membentuk tim investigasi gabungan yang terdiri dari Aliansi Penyihir Perempuan, Badan Keamanan Kerajaan, dan Departemen Kepolisian Kantor Administrasi. Fokus investigasi bukan pada kecelakaan atau tindak kriminal di kota, melainkan menjadikan sihir bayangan baru sebagai objek utama penyelidikan.
"Yang Mulia, semua saksi telah dibawa," bisik seorang ksatria di telinganya. "Apakah Yang Mulia akan memulai interogasi?"
Carter mengalihkan pikiran kacau, meneguk teh pekat dalam cangkirnya, lalu mengangguk. "Mulailah. Sekalian panggil yang lain juga."
"Baik."
Karena bukan interogasi narapidana, untuk menjaga emosi pihak tersebut, proses interogasi dilakukan di sebuah kantor yang dikosongkan sementara. Anggota utama Tim Investigasi Gabungan selain dirinya adalah wanita bangsawan Agatha dan Wakil Direktur Keamanan Wade.
Saksi pertama yang dibawa masuk adalah seorang pelayan penginapan berusia 21 tahun, bukan penduduk resmi, dan tidak memiliki rekam jejak kriminal.
Dia terlihat tegang, duduk di kursi sambil terus-menerus menggosokkan tangannya.
Carter melirik data di tangannya, bertanya dengan suara berat, "Putri Ling, benar? Saya penasaran, harga tiket tayangan perdana 《Debu Hancur》 mencapai 50 keping naga emas. Dari mana kamu mendapatkan kekayaan sebesar ini?"
"Yang Mulia, ini pasti bukan hasil curian atau rampokan!" pihak tersebut buru-buru membela diri, "Tuan Victor yang saya layani memiliki nilai tinggi. Dialah yang membayarkanku, banyak pekerja di balai administrasi yang memperhatikan saat pembelian tiket. Saya bersumpah tidak berbohong!"
Faktanya investigasi pendahuluan ini sudah dikonfirmasi sebelumnya. Pertanyaan ulang hanya untuk meningkatkan tekanan tak kasat mata, mencegahnya berbicara sembarangan, mengingat Nona Nightingale tidak hadir. "Victor ya? Kami akan memverifikasi dengannya nanti. Sekarang mari kita bahas apa yang kamu lihat di akhir Sihir Bayangan."
"Ya..." suara pelayan gemetar, "Saat itu saya juga tidak mengerti apa yang terjadi, seolah semua halusinasi itu menjadi nyata..."
Setelah seperempat jam, dia akhirnya berhenti menjelaskan, "Untung pasukan pengejar akhirnya dilempar mundur polisi, kalau tidak saya tidak berani membayangkan akhir kedua orang itu."
“Carter mengerutkan alisnya. Sihir Bayangan juga pernah ia tonton. Meski 'Legenda Hati Serigala' memang menegangkan, namun tidak sampai berlebihan seperti ini.”
“Apakah kamu yakin senjata pasukan pengejar melukai penonton?”
“Aku... tidak yakin, tapi di wajah Tuan Victor memang ada darah mengalir. Jeritan kesakitan korban lain juga tidak seperti pura-pura...”
“Masih ingat kapan perubahan ini terjadi?”
“Sekitar sepuluh menit sebelum berakhir? Atau lebih lama... Maaf, saat itu aku sangat ketakutan, hampir terus bersembunyi dalam pelukan Tuan Victor.”
“Ada yang ingin kalian tanyakan?” Carter menoleh ke dua orang lainnya.
Agatha merenung sejenak, “Jika aku tidak salah paham, karakter dalam Sihir Bayangan berbicara dengan kalian?” Ia mengangkat sebuah foto, “Orang ini?”
Di foto terlihat aktor pria dari Kelompok Teater Bintang Bunga yang memerankan Penjaga Penyihir Perempuan dalam drama.
“Benar, dia! Aku ingat jelas, saat itu dia bahkan mengucapkan terima kasih pada kami!”
Carter tak bisa menahan bulu kuduknya berdiri. Ia tentu tahu bahwa setelah syuting Sihir Bayangan selesai, isinya tidak bisa diubah. Apalagi bisa berdialog sendiri, itu mustahil.
Melihat mereka berdua diam, ia melambaikan tangan pada anak buahnya, “Ganti dengan saksi berikutnya.”
Kesaksian beberapa saksi berikutnya kurang lebih sama. Singkatnya, segala sesuatu dalam Sihir Bayangan seolah hidup kembali. Meski akhirnya terbukti hanya kejutan semu, tapi saat itu benar-benar terjadi. Saling cocoknya kesaksian membuktikan ini bukan halusinasi individu.
Karena perhatian Carter beberapa hari sebelumnya tertuju pada kebakaran dan ledakan, laporan tentang kekacauan di teater tidak terlalu dia perhatikan. Sekarang dia mulai sedikit memahami mengapa atasan lebih memperhatikan hal ini.
"Saksi berikutnya adalah polisi yang bertugas menjaga ketertiban di halaman saat itu, kapten pasukan cadangan."
"Persilahkan dia masuk."
Kapten ini jelas jauh lebih tenang, dengan cepat menjelaskan proses kejadian, "Pertama saya mendengar tangisan dan teriakan minta tolong dari luar. Saat hendak pergi memeriksa, baru menyadari di langit telah muncul bulan merah. Jujur saat itu saya agak ragu, tidak tahu harus bertahan di posisi atau membantu mereka yang meminta tolong. Tiba-tiba seorang penyihir perempuan berlari keluar dari pintu belakang ruang pertunjukan, memerintahkan saya segera membawa anak buah masuk ke dalam untuk melindungi semua penonton."
"Lalu Anda menembak untuk mengusir pasukan pengejar dalam Sihir Bayangan?"
"Meski terdengar aneh, tapi memang begitulah faktanya - mungkin mereka hanya aktor, tapi saat itu benar-benar mengancam penonton. Ditambah saya selalu menganggap ini hanya halusinasi, jadi tidak ragu bertindak."
Orang kedua terakhir yang diinterogasi adalah penyihir perempuan yang memutar Sihir Bayangan saat itu, Rimu.
"Apa lagi yang bisa kulakukan? Aku juga putus asa. Aktivasi Segel Waktu memang tugas yang diemban oleh yang kelebihan energi sihir. Siapa sangka akan muncul masalah seperti ini?" Dia terus menggerutu sejak masuk ruangan, "Waktu itu semuanya berjalan baik, tiba-tiba segel itu mendorongku keluar dari pandangan. Menurut prosedur darurat, seharusnya aku segera menghentikan aliran energi, tapi sama sekali tidak bisa dihentikan. Aku ingin membangunkan penonton, tapi saat kusentuh tak ada reaksi sama sekali, persis seperti terkena Biji Tidur Nyenyak. Pokoknya sudah kukerahkan segala upaya. Setelah berpikir panjang, akhirnya hanya bisa minta bantuan penjaga."
Agatha menyentak sudut mulutnya, "Segel... yang mendorongmu keluar?"
"Kurasa begitu. Saat itu benar-benar terasa daya tolak darinya, seolah energi yang kumasukkan sudah melebihi kapasitas sampai meluap. Lalu pandanganku kembali normal."
"Baik, selanjutnya."
Saat orang terakhir masuk ke kantor, Carter tak bisa menahan keterkejutannya. Orang tersebut ternyata penulis naskah drama ini sendiri, Kakin Feis.
Baru saja duduk, dia langsung mengepalkan tangan penuh gejolak semangat.
"Demi para dewa, ini pasti drama terhebat yang pernah kusaksikan sepanjang karierku!"
"Waktu itu kau juga di teater?" Carter mengerutkan kening. Karena orang ini pernah bertengkar dengan istrinya, dia selalu merasa antipati terhadap sang Master Drama ini. "Kuberkas daftar penonton gelombang pertama, namamu tidak tercantum di sana."
“Saat itu dia berada di belakang panggung, di kursi yang diatur khusus——faktanya, anggota Kelompok Teater Bintang Bunga tidak perlu membeli tiket saat ingin menonton Sihir Bayangan pertunjukan mereka sendiri, bukankah istrimu pernah memberitahumu?” Penyihir Es menjawab mewakili Kakin, “Faktanya, justru laporannya yang membuat Yang Mulia Kaisar mulai memperhatikan hal ini dan mengirim Aliansi Penyihir Perempuan untuk ikut campur dalam penyelidikan.”
“Maaf, ini adalah kebiasaan pribadi saya,” Kakin menepuk dada sambil meminta maaf, “Selama skenario yang saya tulis sendiri, saya selalu suka menonton bersama semua orang tanpa memberitahukan status, untuk merasakan reaksi langsung setiap penonton. Nyonya Mei Yi mungkin tahu hal ini, jadi tidak mengungkapkannya padamu lebih awal.” Katanya sampai di sini, nada bicaranya kembali membara, “Saya harus mengatakan, Sihir Bayangan ini mutlak merupakan keajaiban dalam sejarah drama - karena penonton telah menulis ulang akhir ceritanya!”
“Apa yang kau katakan?” Carter terkejut.
"Kalian tidak salah dengar, Yang Mulia Ksatria, skenario saya bukan seperti ini!" Karin Feis menggebrak kedua telapak tangannya dengan semangat, "Dalam cerita aslinya, ini adalah akhir yang menyedihkan. Untuk melindungi orang yang dicintainya, Sang Penjaga menarik perhatian semua pasukan pengejar dan akhirnya jatuh dari tebing, meninggalkan sang penyihir perempuan hidup sendirian. Tapi tak disangka mereka justru diselamatkan penonton sehingga kedua orang ini selamat, adakah hal yang lebih hebat dari ini?"
Kepala Ksatria tertegun tak berkutik.
“Dialog-dialog itu sebenarnya bukan berasal dari pena saya, melainkan mereka sendiri yang menyempurnakan bagian yang layak diingat ini, seperti yang dikatakan oleh karakter dalam drama, penonton tidak hanya menyelamatkan mereka, tetapi juga mengubah takdir mereka!” Kakin berseru tak terbendung, “Inilah drama ultimate yang selalu kukejar selama ini, jika kalian bisa menemukan alasannya, tolong beri tahu saya! Kumohon!”
