Ini... situasi mencurigakan apa?
Roland mencoba bersuara atau menggerakkan tubuh, tapi tak mendapat respons apapun. Gambar-gambar yang berkedip tak menentu terus bermunculan di depan matanya, seperti tayangan slide.
Banyak titik hitam bolak-balik melintasi tepi lubang alami, bagai semut yang membangun sarang. Perlahan, podium tinggi bermunculan dari tanah. Tapi dibandingkan dengan lubang alami yang raksasa, podium besar itu hanya setara dengan gundukan tanah kecil yang menonjol di permukaan.
Namun ia terkejut mendapati bahwa dirinya pernah melihat bangunan yang terbuat dari batu primitif penampilannya ini.
——Di lukisan dinding Kuil Kutukan.
Sesuai kehendaknya, gambar penuh serpihan salju itu mendekat dengan suara "desis"... Titik-titik hitam itu berubah menjadi makhluk-makhluk biologis yang bergeliat, penampilan fisiknya sesuai dengan "entitas utama" dalam lukisan dinding, ras Radiant.
Segera, pemandangan di depan matanya seolah menyatu dengan isi lukisan dinding.
Lebih dari sepuluh entitas utama mengangkat peninggalan dewa menuju podium tinggi, mengelilinginya dengan tubuh yang mengembang dan mengempis, seolah sedang mengadakan ritual tertentu.
Di bagian bawah podium, puluhan ribu manusia korek api digiring ke sekitar lubang alami, lalu didorong masuk ke lubang meditasi tak berdasar di tengah tarian liar ras Radiant...
Dalam suasana kegilaan ini, potongan terakhir peninggalan disusun, kristal bening berubah menjadi piramida utuh yang mulus. Ia memancarkan cahaya menyilaukan, melayang menuju lubang alami, lalu jatuh kencang ke bawah, segera menghilang dari pandangan.
Tiba-tiba ia menyadari, inilah "jurang tak berdasar" yang disebut Lan.
Tapi ini baru Permulaan.
Pemandangan berikutnya membuat Roland membelalakkan matanya.
Di dalam lubang alami, sebuah pilar cahaya oranye melesat ke udara hingga menembus awan. Pemandangan ini mengingatkan pada fenomena abnormal pembukaan dunia mimpi yang diceritakan penyihir kuno, namun jauh lebih megah. Posisinya di langit tepat berseberangan dengan "Bulan Merah", lokasi korosi. Sejenak, langit dan Bumi tampak menyatu. Yang disebut jurang tak berdasar dan mulut korosi hanyalah kedua ujung pilar cahaya itu.
Ras Radiant berduyun-duyun menuju lubang alami bagaikan ngengat terbang ke api.
Namun mereka tidak jatuh ke jurang, melainkan melayang ringan seolah ditopang sesuatu, naik menuju ujung langit.
Seketika, pilar cahaya dipenuhi oleh titik-titik hitam tak terhitung.
Inikah... peningkatan level peradaban?
Memandangi titik-titik hitam yang menghilang di balik awan dalam pilar cahaya lembut, Roland berpikir: Melepaskan diri dari ikatan Bumi, memasuki Dunia Baru... Pemandangan seagung ini pasti membuat siapapun yang melihatnya rohnya berguncang.
Tapi justru di tengah adegan ini, ia mendengar desah panjang yang bergema langsung dalam pikirannya - begitu jelas hingga mustahil sekadar ilusi.
Setelah desahan itu, aliran Waktu terasa jelas semakin cepat, gangguan sinyal seperti salju pun semakin padat.
Perubahan gambar yang tak henti membuat Bumi bagai mengalami pergeseran zaman.
Di samping sumur langit muncul kota-kota yang terserak, mungkin tidak semua ras Radiant memilih untuk terjun ke pilar cahaya, melainkan ada sebagian kecil yang menetap. Apakah karena kerinduan pada dunia ini, atau ketakutan akan langit dan ketidaktahuan? Roland tak bisa memastikan. Dia hanya melihat sesekali masih ada titik hitam yang masuk ke lorong penghubung langit dan bumi, seperti petualang dalam cerita legenda yang mengejar jejak para pendahulu dan melangkah ke jalan tak dikenal. Tapi dibandingkan dengan kerumunan kelompok di awal, sudah terlihat sangat sepi.
Sementara cahaya pilar itu semakin redup.
Hingga suatu saat, setelah berkedip dua kali, ia menghilang tak berbekas.
Kepingan salju yang rapat telah menyelimuti setiap sudut pandangan, seolah mengisyaratkan kisah ini mendekati akhir - menurut asumsi situasi ini, dunia akan pulih ke keadaan tenang, legenda jalan menembus langit akan tersimpan dalam biografi ras Radiant untuk dibaca generasi penerus. Mungkin masih ada penerus tak rela yang menyelami sumur langit, mencoba menemukan kembali jalan peningkatan level dan merebut kembali cahaya kejayaan dewa, tapi itu semua adalah urusan masa depan yang jauh.
Saat Roland juga mengira gambar akan berakhir seperti ini, tiba-tiba sebuah "tembok tinggi" muncul di ujung bumi.
Awalnya dia mengira itu hanya ilusi, mengingak kepingan salju yang rapat sudah sangat menghalangi penglihatan. Tapi saat tembok itu perlahan mendekati sumur langit, akhirnya dia melihat dengan jelas apa sebenarnya benda itu.
"Gelombang raksasa yang lebih tinggi dari pegunungan terjepit bergerak tak terbendung menekan Bumi, dalam seketika menelan kota-kota seperti puzzle balok kayu. Puncak gelombang bahkan setara ketinggian awan, memantulkan cakrawala baru di bawah sorotan sinar matahari."
Roland bisa membayangkan keputusasaan terdalam yang dirasakan ras Radiant menyaksikan semua ini.
Tapi ini belum akhir dari bencana.
Usai tsunami, gunung berapi menjulang di kejauhan. Letusan dahsyat membuat sinar matahari redup, abu vulkanik menembus awan membentuk fenomena pengeluaran godaan listrik. Hujan deras dan musim dingin menyusul, seolah pergerakan Dinamis kerak bumi tiba-tiba memasuki fase paling aktif. Di hadapan pemandangan kiamat ini, wujud asli dunia sudah tak lagi tersisa.
"Sss... sss..."
Gambar mulai terdistorsi, noise kini hampir memenuhi seluruh bidang pandangnya.
Sebelum semua pemandangan menghilang, adegan terakhir yang dilihatnya adalah gletser meleleh, sebatang tanaman gigih menyembul dari tanah membuka tunas baru.
"Yang Mulia Kaisar..."
"Yang Mulia... Apakah Baginda baik-baik saja?"
Roland merasakan guncangan lembut, nada suara penuh kekhawatiran.
Matanya terbuka tiba-tiba. Kepingan salju yang sebelumnya ada di mana-mana telah lenyap, segala sesuatu kembali jelas terlihat. Masih di dermaga sungai pedalaman itu.
"Sudah... berakhir?" Roland mengamati telapak tangannya sambil bergumam.
「Filipina mengira dia sedang bertanya, "Ya, semua musuh telah diselesaikan, tidak ada yang melarikan diri. Inti energi sihir itu juga sirna bersamaan, prosesnya berlangsung selama beberapa menit. Hanya Yang Mulia yang berdiri di tempat tanpa bergerak, seolah... tertidur. Yang Mulia Kaisar, apakah benar-benar tidak apa-apa?」
Roland juga tidak tahu apakah dirinya baik-baik saja atau tidak. Pengalaman sebelumnya bukanlah halusinasi. Sekarang, dengan sedikit mengingat, dia bisa merekonstruksi semua pemandangan yang dilihatnya, seolah tiba-tiba ada ingatan asing di pikirannya. Jika hanya ini mungkin masih bisa ditoleransi, dia bahkan merasakan kelelahan dan kelesuan akibat aliran waktu yang panjang, seakan dalam beberapa menit saja dia telah menempuh perjalanan ratusan tahun.
Desahan itu menjadi ekspresi yang dia rasakan secara mendalam.
Tiba-tiba kata-kata Lan muncul di pikiran Roland.
「Dibandingkan apa yang kukatakan, hal yang kau pahami sendiri adalah jawaban sejati.」
Inikah... akhir dari Perang Makna Ilahi?
"Aku baik-baik saja," dia menarik napas dalam-dalam, "hanya melihat beberapa pemandangan aneh."
"Pemandangan aneh?" Filipina berkedip, lalu melewatkan kalimat ini, "Sekarang bukan saatnya membahas ini, Yang Mulia. Cahaya tadi hampir menerangi separuh langit, pasti banyak yang memperhatikan area ini. Jika tidak segera pergi, mungkin akan menarik perhatian Asosiasi."
"Aku mengerti. Kembali sesuai kelompok seperti saat datang," dia mengangguk.
"Apakah itu ingatan Utusan Dewa, atau sesuatu yang tidak diketahui, Roland masih belum bisa membedakan. Tapi ia yakin semua pertanyaan yang belum terjawab ini suatu hari nanti akan menemukan jawabannya."
"Dan hari itu tidak akan terlalu lama lagi."
