Diiringi gemuruh yang berlapis-lapis, tiga pesawat dari kelompok pertama satu per satu meninggalkan bandara.
“Menurut kalian siapa yang menang?” Tili bertanya.
“...Hm, mau bertaruh minuman kekacauan?” Sylvie ragu-ragu.
“Tidak, tebak saja sembarangan.”
Yang kedua tampak lega, “Kalau begitu aku tebak kelompok dua, mereka semua hasil seleksi dari Angkatan Darat Pertama, benar kan?”
“Benar sekali,” Tili mengangguk, “Bagaimana denganmu, Camira?”
"Sisi mana pun tidak masalah, Yang Mulia," Camira Dery menghela napas, "Meski benda ini sungguh ajaib, tiga puluh orang hanya setara dengan belasan Fearful Beast. Bahkan jika digandakan, pengaruhnya terhadap situasi tetap terbatas. Tak sebanding dengan perhatian Yang Mulia."
"Ini baru sementara," Tili tersenyum. "Saat pertama datang ke Tanpa Musim Dingin, pabrik di tepi pantai bisa dihitung jari. Sekarang hampir menjulur sampai Pelabuhan Beting. Lagipula, Fearful Beast tak berubah selama 400 tahun, sedangkan teknologi ini baru setengah tahun sudah beberapa kali dimodifikasi. Siapa yang tahu perkembangannya nanti?"
"......" Camira terdiam sejenak. "Hamba kalah argumen. Tapi Pulau Tertidur juga perlu diperhatikan. Sudah terlalu lama hamba di sini."
"Maaf, telah membuatmu khawatir."
"Tidak, Yang Mulia—"
"Aku tahu semuanya," kata Tili jujur. "Seharusnya kau pergi setelah Ekspedisi Utara, tapi tetap tinggal karena masalahku. Terima kasih, Camira. Sekarang aku sudah baik-baik saja."
Sang kepala pelayan menatapnya beberapa detik sebelum mengangguk halus. "Hamba paham. Tapi Pulau Tertidur tak bisa hanya mengandalkan hamba. Jika Yang Mulia sempat, sudilah berkunjung. Para penyihir yang tinggal di sana sangat merindukan kepulanganmu."
"...Mereka masih enggan datang ke Tanpa Musim Dingin?"
"Ya. Beberapa... terluka terlalu dalam."
Meski hanya sebagian kecil, ini membuktikan masa lalu berdarah itu belum sepenuhnya sirna.
Mungkin takkan pernah bisa sirna.
“Setelah Perang Makna Ilahi dimenangkan, aku akan kembali.” Tili berkata.
“Bagaimana jika perangnya tidak bisa dimenangkan?”
Pada saat itu, pesawat kelompok kedua menerjang landasan dengan deru.
Tili tidak menjawab, hanya tersenyum, “Latihan sudah dimulai... Ayo.”
……
“Hei, menurutmu benarkah Putri Sulung bisa mengawasi gerak-gerik enam pesawat sekaligus?”
Fenjin berteriak dari belakang. Aliran udara menyusur rangka pesawat mengeluarkan lengkingan, jika berhadapan langsung dengan angin laut, suara bising hampir memenuhi seluruh kokpit. Tanpa berteriak, mustahil saling mendengar.
“Itu urusan Yang Mulia, biar Yang Mulia yang tentukan!” Goode membalas teriakan. Saat ini ia melihat empat dari enam "angka" di bandara jauh sudah berubah hijau, menandakan kelompok dua sedang lepas landas.
Karena tak boleh berlama-lama di udara Akademi, tiga pesawat kelompok satu serentak memilih berputar ke arah laut. Kini ia tak bisa melihat gerakan pesawat nomor empat, lima, dan enam, tapi tak diragukan lagi lawan pasti sudah memperhatikan rute mereka. Maka mereka pasti tidak akan langsung mengikuti dari belakang——butuh waktu untuk menanjak dan mempercepat. Sembarangan memasuki area keunggulan pesawat yang terbang lebih dulu pasti akan menjebak diri dalam posisi sulit.
“Saat terpikir Yang Mulia sedang mengawasiku, aku jadi tegang! Jika dia bisa menilai arah bidikan, pandangannya pasti harus bertumpukan denganku. Bukankah itu artinya dia ada di dalam pelukanku——”
Pesawat tiba-tiba terjun bebas beberapa meter.
Fenjin yang terputus merengek, “Apa yang kau lakukan?! Kendalikan dengan stabil dong!”
“Aku sedang menyelamatkanmu, Bodoh! Jika Yang Mulia bisa melihat bidikan, kau pikir apakah Dia bisa membaca gerak bibirmu? Keberuntunganmu hanya akan berakhir di mesin tambang!”
Suara di belakang langsung terhenti.
Goode memandang sekeliling melalui celah antara sayap atas dan rangka pesawat, hanya melihat samar-samar titik hitam bergerak di sekitar garis horizon laut, sementara pesawat lainnya telah kehilangan jejak sepenuhnya. Jelas kami semua memilih strategi tempur masing-masing.
Selain beberapa prinsip hidup dasar, Putri Sulung tidak pernah mengajarkan taktik spesifik pertempuran udara. Segala keputusan harus berdasarkan penilaian kami sendiri. Bahkan mungkin Sang Putri sendiri belum tahu - lagipula ksatria udara adalah konsep yang belum pernah ada sebelumnya, wajar jika harus dimulai dari nol.
Tanpa aturan baku, memilih wilayah udara terbuka dan menunggu deteksi lawan sebelum menyesuaikan strategi secara dinamis, tetap merupakan langkah bijaksana.
Setelah berpikir sejenak, ia membalikkan arah pelayaran menuju pelabuhan dangkal.
“Hei, kau mau ke mana?”
“Barat, berputar melalui area pabrik!”
“Berputar? Bukankah lebih baik menunggu di sini?”
“Tapi itu hanya kesetaraan kesempatan!” teriak Goode sambil berbelok, “Pikirkan, bagaimana mereka akan terbang!”
Memang ia tak peduli dengan keputusan akhir, tapi jelas waktu terbang pemenang akan lebih panjang.
“Mereka pasti akan menambah ketinggian dan kecepatan dulu sebelum mencari kami di laut!”
“Benar, karena tidak tahu kapan kelompok kedua akan siap, kelompok yang terbang duluan tidak bisa menentukan waktu serangan pasti. Ini membuat mereka lebih cenderung bertahan, seperti ksatria yang telah memilih medan perang dan menunggu lawan melancarkan serangan frontal!”
Ada satu metode yang bisa memberinya kesempatan 100% untuk mendapatkan serangan pertama terbaik.
Yaitu saat kelompok kedua sepenuhnya memusatkan perhatian pada pesawat di atas laut.
Di tanah terbuka, pergerakan tim dalam radius luas biasanya sulit lolos dari pengintaian.
Tapi langit bukanlah tanah. Selain kiri dan kanan, masih ada pembagian atas dan bawah.
“Hanya jika kita yang bisa melihat mereka, sedangkan mereka tidak bisa melihat kita, baru bisa memecah situasi seimbang!” teriak Goode mengungkapkan pikirannya, “Kau pikir latihan mereka pasti lebih sedikit dari kita?”
“Ahaha... Jadi begitu ya!” Fenjin menepuk bahunya keras, “Kukira diriku sudah cukup licik, ternyata bocah ini lebih Yin daripada aku! Tapi aku suka, lakukan saja seperti itu!”
Licik... Ini pujian atau hinaan? Goode mengedipkan mata putihnya, menekan hidung pesawat dan menukik ke arah permukaan laut. Ketinggian dengan cepat berubah menjadi kecepatan, membuat rangka pesawat menghilang di bawah tebing laut. Saat terendah, roda pesawat hampir sejajar dengan puncak tiang layar kapal, penerbangan rendah ini menarik perhatian seluruh awak kapal.
Saat pesawat melintas cepat di atas Pelabuhan Beting, bahkan terdengar sorak-sorai dan siulan dari dermaga!
"Sedangkan reaksi para migran perbatasan jelas berbeda. Mereka tertegun tak berkutik memandangi langit dengan ekspresi ketakutan luar biasa, bahkan barisan antrian turun kapal mulai menunjukkan kegelisahan."
"Jangan terbang terlalu rendah! Nanti dilaporkan ke departemen polisi, kita harus bersihin toilet sebulan lagi!" Fenjin mengingatkan.
"Tenang, jarak ini seharusnya sudah cukup." Goode perlahan menarik tuas kendali. Pesawat sedikit demi sedikit menyembul dari cakrawala, menyelinap ke area pabrik - wilayah yang setara dengan sisi barat bandara, dengan pilar asap yang selalu mengepul. Kemungkinan kelompok kedua memilih untuk manuver climbing di sini sangat kecil.
"Hmm?" Tili yang sedang berkonsentrasi penuh mengamati langit melalui mata sihir mengerang pelan.
"Apa itu... kabur?" Sylvie juga memperhatikan fenomena tersebut.
"Mungkin cuma tidak betah diam saja." Tili tersenyum sinis.
Di bawah penglihatan Mata Iblis, seluruh langit terlihat jelas - tiga pesawat bersayap ganda kelompok belakang sudah mengudara. Berbeda dengan kelompok pertama, siswa Angkatan Darat Pertama tidak langsung mencari lawan di pesisir setelah lepas landas, melainkan terus berputar di utara sampai pesawat ketiga siap, baru kemudian membentuk formasi garis lurus menuju selatan.
Meski memakan waktu lebih lama untuk berkumpul, taktik ini membuat ketiga pesawat tetap berada dalam jarak yang rapat.
Menarik, batin Tili. Dia sama sekali tidak mengajarkan metode perlawanan pada siswa, juga tidak mengatur formasi atau zona pertempuran simulasi. Baik bertempur sendiri secara terpisah maupun bergerak dalam tim, semuanya adalah keputusan mandiri mereka.
Tak diragukan lagi, tak peduli siapa yang menang atau kalah, setelah hari ini berlalu, bagian tentang pertempangan dalam 《Buku Panduan Penerbangan》 tak akan lagi kosong dari energi.
"Benar, mereka tidak ada di sini." Goode segera memaksimalkan gas sampai batas setelah memastikan tidak mendeteksi jejak lawan, pesawat meraung-raung menanjak ke ketinggian langit sampai desir angin di sekitarnya mereda, baru beralih ke terbang datar dengan arah tenggara.
Langit tak bertepi tanpa patokan visual, dalam kondisi seperti ini bahkan jika ada anggota Grup Kedua yang melihat dari kejauhan, hanya akan mengira titik hitam sebesar biji wijen itu sebagai seekor elang.
Pesawat nomor dua berputar mengelilingi lingkaran besar sebelum langsung kembali ke Akademi Ksatria Udara dari belakang.
Sementara itu, tiga pesawat bersayap ganda Grup Kedua telah terbang masuk ke Laut Pusaran, berakselerasi menyerbu target terdekat mereka!
