Hati Serigala, Ibu Kota Kerajaan Kota Taring.
Kota besar yang pernah dijarah gereja ini hingga kini belum mampu pulih sepenuhnya. Dari puncak tertinggi kastil, terlihat jelas banyak jalan di wilayah kota luar telah berubah menjadi reruntuhan. Namun dibandingkan Greycastle yang pernah dilanda serangan jahat, nasibnya masih terhitung beruntung. Setidaknya tidak seperti yang terakhir, di mana hingga kini masih dapat ditemukan tumpukan jenazah membusuk di sumur atau selokan drainase.
Beberapa bulan lalu, wilayah ini masih menjadi kekuasaan cabang keluarga kerajaan, Keluarga Taring. Sesuai prinsip evakuasi warga desa dan kota kecil terlebih dahulu sebelum menghadapi bangsawan, Kapak Besi sengaja tidak ikut campur dalam perseteruan antara Taring dengan Tokang dan Pintu Batu Merah. Namun kemunculan mendadak kabut merah memaksanya melakukan penyesuaian. Bagaimanapun, meski Kota Taring sedang merosot, statusnya tetap sebagai kota poros utama di Hati Serigala yang menghubungkan jalur vital utara-selatan. Hanya dengan menguasai tempat inilah rombongan evakuasi darat Musim Dingin Abadi bisa memasuki zona aman.
Proses pertempurannya sama sekali tidak istimewa. Bahkan tanpa dukungan meriam benteng, lima tim yang dikerahkan secara dadakan—total lima ratus orang—berhasil membobol Greycastle yang dijuluki 'rintangan alam' serta tembok kokoh Kota Taring menggunakan mortir dan peluru howitzer anti-iblis. Walikota Hibok yang sedang memimpin di garis depan langsung menjadi sasaran penembak presisi saat hendak memberi semangat. Serangan balasan terakhirnya bahkan belum sempat dilancarkan sebelum deklarasi kehancuran. Para bangsawan yang tersisa menyerah berturut-turut, mengakhiri riwayat salah satu dari tiga kekuatan besar di Hati Serigala.
Sebagai orang pertama di militer yang mengikuti Roland sejak pertempuran pertama di Perbatasan Kota, Kapak Besi bisa dibilang yang paling memahami kecepatan peningkatan kekuatan Tanpa Musim Dingin. Lima tahun lalu mereka masih bertarung sengit dengan Duke Changge, namun sekarang selama Yang Mulia Kaisar menghendaki, Angkatan Darat Pertama bisa menghancurkan kerajaan mana pun tanpa masalah.
Bisa dikatakan pertumbuhan mereka telah jauh melemparkan yang lain, sama sekali tidak berada di lapisan yang sama dengan para bangsawan itu.
Tapi ini tidak membuatnya merasa sedikit pun santai atau puas diri.
Semakin besar jurang perbedaan, semakin jelas dia menyadari betapa mengejutkannya perbedaan keseluruhan antara manusia dengan Iblis.
Menghadapi Iblis yang didukung kabut merah, Angkatan Darat Pertama hampir tidak bisa mempertahankan posisi di Musim Dingin Abadi. Setiap hari pasukan mundur ke Hati Serigala, laporan korban jiwa tak pernah berhenti. Tanpa garis pertahanan permanen, kemampuan musuh untuk menerobos dan mengejar membuat setiap divisi hampir mustahil dihindari. Intelijen juga menunjukkan musuh beberapa kali muncul tiba-tiba di jalur evakuasi - padahal lokasi tersebut telah diperiksa berulang kali dan dinyatakan aman.
Situasi pasif bertahan ini jelas berdampak negatif pada moral. Solusi termudah adalah menarik semua pasukan ke daerah Gunung Long untuk istirahat. Tapi Kapak Besi tahu, perintah dan tugas adalah segalanya. Selama Yang Mulia Kaisar membutuhkan penduduk, dia tak mungkin menarik semua pasukan hanya karena kekhawatiran akan korban jiwa.
Maka satu-satunya metode yang tersisa adalah balas serangan.
"Gunakan seluruh kekuatan untuk mengepal tinju, pukul keras wajah Iblis!" Hanya dengan cara ini, pengejaran tak terkendali mereka bisa diperlambat, sekaligus memberi kesempatan bagi pasukan evakuasi untuk bernapas lega.
Lokasi penghalang yang dipilihnya adalah Kota Taring.
"Kewaspadaan Iblis sepertinya mulai melemah." Brian mengangkat teleskop sambil berkata. Sejak Yang Mulia Kaisar mulai mengerahkan pasukan, ia segera bergabung dengan armada pertama yang berangkat dari perbatasan selatan ekstrem menuju Pelabuhan Shenchi. Bersamanya, datang juga 1.500 prajurit suku Mojin. Inilah pasukan orang pasir pertama dalam sejarah Greycastle yang direkrut dalam formasi lengkap.
"Sudah dimulai sejak perbatasan Musim Dingin Abadi." Kapak Besi mengangguk, "Edith benar, pembangunan obelisk Iblis di Punggung Benua ibarat belati bermata dua. Meski tersembunyi, justru menghalangi gerak maju mereka ke selatan."
Dari puncak menara kastil yang menghadap utara, terlihat awan hitam pekat bak darah membentang di cakrawala. Itulah kabut merah yang terus menyebar, kini telah melampaui garis batas antara Musim Dingin Abadi dan Hati Serigala, perlahan bergerak mengarah ke Kota Taring.
Kota yang berada di bawah naungan awan hitam itu adalah Kota Emas dan Air di Hati Serigala - separuhnya sudah diselubungi kabut merah, namun belum terdeteksi jejak "Benteng Kai". Hanya sedikit Fearful Beast yang berputar-putar di langit, seolah dilupakan oleh Iblis.
Jika situasi ini terjadi di awal kemunculan kabut merah, hampir mustahil terjadi.
Setelah pertarungan selama ini, staf telah memahami garis besar pola gerakan Iblis.
Dalam arti tertentu, hal ini ternyata sejalan dengan maksud strategis Yang Mulia Roland - menguasai lebih banyak kota manusia dan memanfaatkan manusia untuk melayani mereka. Oleh karena itu, Angkatan Darat Pertama yang bertugas evakuasi warga menjadi prioritas sasaran serangan.
Untuk menguasai wilayah manusia secepat mungkin, mereka sering mengambil inisiatif menyerang dengan memanfaatkan Benteng Kai untuk menciptakan zona kabut merah skala terbatas. Ini memungkinkan pasukan bergerak cepat seperti katak dengan perlengkapan ringan, melancarkan serangan ke kota sebelum kabut merah tiba.
Namun setelah sebagian besar wilayah Kerajaan Musim Dingin Abadi jatuh ke tangan Iblis, kecepatan maju mereka mulai menurun. Ini menunjukkan bahwa dengan meluasnya wilayah kekuasaan, musuh mulai kewalahan.
Dari sudut pandang situasi strategis, hal ini cukup mudah dipahami.
Memaksa manusia dan membangun perkemahan sama-sama membutuhkan waktu. Dengan pasukan yang terbatas, semakin luas wilayah yang dikuasai, semakin sedikit pasukan yang bisa dimobilisasi secara fleksibel. Poin kritis lainnya adalah Iblis belum perlu mengerahkan kekuatan utama untuk menghadapi manusia. Dengan dukungan logistik yang memadai, unit-unit kecil mereka sudah cukup menjadi ancaman mematikan bagi pasukan Angkatan Darat Pertama yang sedang melakukan evakuasi, sementara mengerahkan pasukan besar justru tidak efektif.
"Oleh karena itu, sejak dari perbatasan Musim Dingin Abadi, frekuensi operasi tempur musuh telah berkurang banyak. Atau mungkin mereka tidak mengurangi total pasukan yang dikerahkan untuk serangan. Namun saat ini area kontak antara kabut merah dan daratan telah meregang dari awalnya 'satu titik' menjadi 'sebuah garis' sepanjang ratusan kilometer. Mustahil untuk mengcover semua aspek tanpa menambah pasukan secara signifikan."
Kapak Besi dengan tajam menangkap fenomena ini.
"Yang Mulia, semua 「kargo」 yang dikirim dari Tanpa Musim Dingin telah tiba di luar Kota Taring." Seorang prajurit berlari menaiki menara dan memberi hormat sambil melapor.
"Akhirnya datang juga!" Dia langsung bersemangat, berbalik ke Brian dan berkata, "Ikut saya untuk melihat."
……
Sekelompok orang tiba di luar kota. Di tanah lapang dekat gerbang kota terhampar ratusan tong besi setinggi pinggang manusia dengan diameter selebar siku, permukaannya halus membulat tanpa celah pembuka sama sekali.
"Yang Mulia, ini... apa?" Brian mengitari salah satu tong besi dengan bingung. Jika ini wadah penyimpanan, mana gagang pembukanya? Jika senjata... bukti pertempuran menunjukkan bahan peledak statis tak seefektif meriam. Mustahil ini bisa mengalahkan iblis.
Dorongan tangannya tak menggeser tong sedikitpun, jelas berisi material padat dan sangat berat. Mengangkut ratusan tong ini ke garis depan saja sudah sulit, mustahil benda ini tak penting sampai layak menghabiskan kapasitas angkut yang berharga.
“Gagasan baru yang dipikirkan Yang Mulia, wajar saja Anda tidak tahu karena saat pengujian Anda masih berada di perbatasan selatan ekstrem membuka wilayah untuk Yang Mulia,” Kapak Besi tertawa, “Tong-tong besi inilah protagonis strategi penghalang kali ini. Jika efeknya benar-benar seideal uji coba, bahkan dalam pertempuran dinamis pun kita bisa mengejutkan iblis!”
