Fajar, Kota Duri.
Kota kecil terpencil di kaki Gunung Long ini kini telah berubah menjadi tempat yang ramai meriah.
Selain berperan sebagai “pos terdepan” markas komando Gunung Long, alasan utama lainnya adalah keberadaan kamp pelatihan garis depan Akademi Ksatria Udara yang terletak di sini.
Untuk memenuhi pengeluaran raksasa pasukan udara, tim demolisi membangun beberapa jalan semen yang mengeras dan lebar di sini. Satu sisi terhubung dengan arteri besar utara-selatan, sisi lain langsung menuju pelabuhan paling utara Fajar. Tarikan dan embusan sumber daya dalam jumlah besar secara alami menarik perhatian Pedagang Fajar. Setelah kehilangan rute perdagangan Hati Serigala dan Musim Dingin Abadi, Greycastle menjadi harapan terbesar mereka untuk memperoleh keuntungan. Layanan yang diberikan mulai dari pengangkutan barang hingga penyediaan anggur yang tumpah, bisa dibilang mencakup segalanya.
Ada kesempatan dagang pasti menarik aliran orang – dalam waktu hampir setahun saja, skala kota kecil ini telah meluas beberapa kali lipat. Kedai minuman dan penginapan yang sebelumnya hanya bisa ditemui di kota-kota besar, kini tumbuh bak jamur di musim hujan, menyebar secara acak di sekitar zona inti kota.
Perubahan ini paling jelas dirasakan oleh Tili yang sering menerbangkan pesawat melintasi langit.
Sebelum salju turun, jika dilihat dari udara, garis besar dan komposisi kota kecil ini masih bisa dibedakan dengan jelas – Bangunan penduduk asli yang paling suram warnanya, dengan genting atap yang setelah puluhan tahun terpapar angin dan matahari, menunjukkan corak kecoklatan gelap dan keabu-abuan. Jumlahnya tidak banyak, masih mempertahankan bentuk asli Kota Duri. Di bagian luarnya, gradasi warna tiba-tiba menjadi sangat beragam.
Di antara rumah-rumah baru tersebut terdapat bangunan kayu rendah, rumah batu berlantai satu, bahkan sebagian merupakan bangunan semen dan bata. Jelas bahwa setelah teknologi pembakaran Greycastle menyebar ke Fajar, sebagian bangsawan dan pedagang mulai menerima dan mencoba menggunakan material bangunan baru ini.
Sekarang salju dari Bulan Xie telah mengurangi perbedaan antara zona baru dan lama, namun dari tata letak yang berantakan di area lama, masih bisa dikenali perubahan besar yang terjadi pada kota kecil ini.
Mungkin Kota Perbatasan juga berevolusi langkah demi langkah seperti ini.
Setelah mengantar Vanilla dan pedang patah pergi, Tili kembali fokus pada pelatihan harian——versi Tianhuo Tipe Dua yang telah disesuaikan menurut saranannya mencapai hampir empat puluh unit, ditambah lebih dari dua puluh unit Tipe Satu lawas, pasukan ksatria udara kini menjadi kekuatan tak terabaikan dalam ketentaraan.
Faktanya, serangan balik Angkatan Darat Pertama yang lancar tak lepas dari perlindungan udara pesawat bersayap ganda. Dibanding senapan mesin anti-pesawat, Kobaran Api Surgawi jauh lebih mengancam bagi Fearful Beast. Tanpa taktik penerobosan efektif, pasukan artileri bisa leluasa memanfaatkan keunggulan jangkauan untuk menggempur pos terdepan Iblis, lalu menarik diri sebelum kepungan musuh terbentuk. Selama iblis tingkat tinggi tidak muncul, musuh akan sulit mendekati garis depan Angkatan Darat Pertama.
Setiap kali menjalankan misi tempur, puluhan Kobaran Api Surgawi akan berbaris seperti gajah di landasan pacu, lepas landas berurutan dengan jarak minimal. Gemuruh mesinnya masih terdengar jelas meski terpisah sebuah kota kecil. Pemandangan spektakuler ini sulit diungkapkan dengan kata-kata, bahkan serangan frontal pasukan berkuda pun tak ada bandingannya. Siapa pun yang menyaksikan langsung pemandangan ini akan memiliki pemahaman baru tentang kekuatan Greycastle.
Pemandangan ini pun menjadi keajaiban Duri. Banyak bangsawan Fajar berdatangan untuk membuktikan legenda ksatria udara. Perlahan, bahkan di hari latihan biasa, atap gedung rendah di sekitar landasan pacu dipenuhi kerumunan yang antusias menyaksikan kawanan burung baja berputar-putar di langit.
Tili juga mencari tahu bahwa posisi-posisi dengan pandangan luas semuanya berbayar.
Tentu saja, perkembangan Akademi Ksatria Udara tidak sepenuhnya tanpa hambatan. Setidaknya dibandingkan dengan produksi Kobaran Api Surgawi, masalah lambatnya peningkatan jumlah pilot mulai sedikit demi sedikit terlihat.
Bagaimanapun ambang rekrutmennya memang tinggi, tidak hanya membutuhkan dasar budaya tertentu, tapi juga kondisi fisik yang cocok untuk terbang. Hanya yang memenuhi syarat bisa masuk ke tahap pelatihan berikutnya, sedangkan lamanya sampai bisa ikut pertarungan nyata sepenuhnya bergantung pada bakat. Tili pernah menemui beberapa siswa yang performa latihan biasa-biasa saja, tapi langsung panik begitu berada di langit, akhirnya hanya bisa berkontribusi sisa di batalyon logistik.
Jika bukan karena Kobaran Api Surgawi tipe dua yang diubah dari kursi ganda ke tunggal sehingga sementara meredakan masalah kekurangan pilot, Ordo Ksatria Udara mungkin sudah harus menghadapi dilema punya pesawat tapi tak ada pengemudi.
Selain terus memperluas jangkauan rekrutmen dan menambah jumlah siswa persiapan, dia tidak punya cara yang lebih baik untuk mengatasi ini.
Untungnya Kakakmu ini juga sangat memperhatikan Ksatria Udara, yang lebih penting lagi hampir tidak pernah menolak usulannya. Masalah ini seharusnya bisa membaik ketika gelombang siswa persiapan berikutnya tiba di Duri.
Baru ketika tengah hari, uji terbang dan pendaratan yang padat akan berhenti sejenak.
"Sebagai Orang Luar Biasa, Tili tidak perlu memulihkan energi melalui istirahat siang. Di waktu senggang saat melepas jabatan sebagai pengajar, dia sering memilih terbang sendirian sebentar. Ini sekaligus untuk membuktikan ide-ide baru yang muncul selama mengajar, juga sebagai proses menikmati penerbangan."
"Tapi kali ini, dia menyadari ada keanehan di area gudang landasan pacu."
"Baik siswa maupun kru darat tidak segera bubar, malah berkumpul di sekitar gudang, seolah terpikat oleh sesuatu."
"Tak lama kemudian, penjaga melaporkan situasi ini padanya."
"Yang Mulia Putri Sulung, sepertinya ada kiriman logistik baru dari Kota Tanpa Musim Dingin yang membutuhkan persetujuan Anda."
"Logistik baru?" Tili mengangkat alis. Dalam jadwal hari ini tidak ada rencana seperti itu. Tapi mengingat jarak ribuan li antara kedua kota, wajar jika ada penyesuaian dadakan.
"Saat mendekati area gudang, yang lain membuka jalan. Tapi sebelum sempat melihat barang, telinganya sudah menangkap teriakan yang familiar."
"Nyonya Tili!"
"Moriel melompat-lompat mendekat, membuka telapak tangan lalu menerjang ke dalam pelukannya."
"Dengan pasrah, Tili menggosok kepala gadis kecil itu. Baru sadar bahwa yang bertugas membongkar muatan adalah pelayan magis. Makhluk biru itu membengkak seperti balon, dengan hati-hati 'menelan' peti dari truk uap ke perutnya, lalu perlahan memindahkannya ke gudang."
"Jadi inilah alasan mereka semua berhenti di sini?"
"Tunggu... Tidak sepenuhnya..."
Ketika Tili menatap peti kargo yang panjang itu, tiba-tiba menyadari jawabannya takkan sesederhana itu.
Terdapat tiga peti kargo. Dari material logam dingin yang menyusun badan peti, jelas para peti ini identik dengan yang digunakan untuk mengangkut Kobaran Api Surgawi, hanya ukurannya jauh lebih besar dengan bentuk lebih ramping. Kedua sisinya bahkan bercat pola awan merah terang, bagai sepasang sayap yang terkembang.
Mendekorasi peti pengangkut sepertinya hal yang tidak berarti, tapi justru karena itu membuatnya terasa istimewa.
Di hati Tili, jantungnya berdegup kencang.
"Omong-omong, ada permintaan khusus untuk warna rangka pesawat? Jika tidak, bagaimana dengan merah?"
Suara Roland bergema di telinganya.
"Apa bedanya?"
"Biasanya protagonis penakluk langit menggunakan warna ini."
Para awak darat telah dengan ahli melepas baut pengunci peti pertama. Saat penutupnya perlahan turun, kerumunan mengeluarkan decit kagum.
Sebuah badan pesawat yang belum pernah terlihat sebelumnya muncul di hadapan yang lain.
