Seluruh tubuhnya mengalir lancar, garis permukaannya membentuk kurva mulus sempurna dari segala arah. Catnya yang berkilau bahkan bisa memantulkan siluet cahaya.
Kokpit terlihat seperti gelembung yang menonjol, diselimuti seluruhnya oleh kaca tanpa cacat. Rancangan ini jelas mempertimbangkan pengaruh aliran udara saat terbang berkecepatan tinggi. Posisi kabin yang terletak agak ke belakang dengan bagian ekor gelembung sedikit lebih tinggi dari depan, menyatu mulus dengan rangka pesawat. Keuntungan strategi ini terlihat jelas: bagian depan rendah dan belakang tinggi mampu meningkatkan pandangan pilot secara signifikan. Kurva ramping kaca kokpit yang menyatu dengan kemudi belakang menciptakan kesan rangka pesawat yang bersih dan terintegrasi sempurna, menyatukan semua bagian dengan harmonis.
Perbedaan paling mencolok dari pesawat baru ini – dan tak mungkin dilewatkan oleh siswa manapun – adalah tidak adanya baling-baling di hidung pesawat!
Dengan hilangnya mesin pipih, bagian kepala akhirnya menyempit menjadi kerucut runcing yang terkesan sanggup menembus awan dan membelah ombak. Sebagian besar wilayah pesawat dicat warna oranye-merah terang, membentuk siluet ramping bak kobaran api. Beberapa garis putih dekoratif yang membentang dari kepala hingga ekor semakin memperkuat kesan vitalitas yang hampir meledak dari rangka pesawat.
Bahkan orang awam yang tidak tahu apa-apa tentang penerbangan pun bisa merasakan keanggunan dan keindahan siluetnya.
Sekilas pandang pertama pada pesawat baru itu, Tili langsung menyadari bahwa dia sudah jatuh cinta.
Tapi... tanpa baling-baling, bagaimana cara pesawat ini terbang?
Bukan hanya Tili – ini juga pertanyaan yang mengusik sebagian besar orang di lokasi.
Jawabannya baru terungkap setelah dua peti kargo lainnya dibongkar.
“Di dalam Peti Besi Nomor Dua tersegel sayap dan ekor sayap. Dari segi jumlah, ia hanya memiliki sepasang sayap, tidak seperti Kobaran Api Surgawi yang memiliki sepasang sayap utama di bagian atas dan bawah. Di bawah permukaan sayap terdapat dua sambungan simetris yang terbuka, jelas disediakan untuk komponen besar lainnya.”
“Di peti terakhir terletak dua unit mesin.”
“Tapi jika dikatakan hanya mesin, volumenya agak terlalu besar.”
“Dibandingkan dengan yang ada di Kobaran Api Surgawi, ini lebih mirip kesatuan terintegrasi yang bisa diganti kapan saja. Tili yang cermat telah memperhatikan permukaannya dicat merah serasi dengan rangka pesawat, dengan banyak pintu pemeriksaan tersebar di atasnya. Di lubang bawah poros baling-baling terpasang senjata hitam legam yang mencolok.”
“Mengaitkan sambungan cadangan di sayap, gambaran kasar pesawat baru mulai muncul dalam pikirannya.”
“Rangka tak lagi menanggung Sistem Tenaga, sayap tunggal ramping terletak di bawah badan pesawat mengurangi hambatan udara. Dua mesin terpasang di kedua sisi sayap, memberikan daya dorong dua kali lipat...”
“Dia sudah tak sabar ingin naik dan mengalaminya langsung!”
“Ngomong-ngomong,” Moriel mengorek-ngorek kantongnya dan mengeluarkan surat, “Ini kiriman Yang Mulia Kaisar bersama barang-barang. Amplopnya menyatakan harus dibuka sendiri oleh Yang Mulia.”
“Tili mengeluarkan kertas surat dan membentangkannya di tangannya.”
「Adik Tersayang.」
「Inilah hadiah yang kujanjikan, semoga itu bisa memuaskanmu.」
「Penjelasan detail tentangnya dan parameter spesifik semuanya ada di manual penjelasan di kokpit, tapi aku yakin sembilan dari sepuluh kemungkinan kamu tidak akan membacanya dengan teliti, melainkan akan langsung tidak sabar menuju ke tema utama.」
「Kalau sekarang dia sudah bisa terbang, bahkan surat ini mungkin akan kamu baca setelah terbang——inilah alasan aku sengaja mengirimnya ke fajar. Setidaknya saat pekerja merakitnya, kamu punya waktu untuk membaca manual penjelasan dulu.」
「Karena bagaimanapun, struktur dan karakteristiknya sangat berbeda dengan Kobaran Api Surgawi, meskipun kamu Orang Luar Biasa, tidak ada salahnya untuk memahami secara menyeluruh sebelum lepas landas.」
Apa sih... Tili menyeringai canggung, apa dirinya mudah ditebak seperti ini?
“Yang Mulia Kaisar bilang apa? Aku juga mau lihat...” Moriel mendekat.
Dia buru-buru memiringkan tubuhnya, menghalangi pandangan lawannya, “Ehem, sebenarnya semua ini omong kosong, tidak perlu dibaca.”
“Hah——”
“Mau minum Minuman Kekacauan?”
“Mau!”
“Ambil di kantorku.”
Jari telunjuk Tili menunjuk, Moriel langsung berlari kecil penuh semangat ke arah yang ditunjuk.
Dia menghela napas pelan, mengalihkan tatapannya kembali ke kertas surat.
「Selain itu, tentang nama pesawat ini.」
「Awalnya aku ingin melanjutkan gelar Unicorn sebelumnya, tapi merasa ada yang kurang cocok dengan kilatan listrik merah yang menguasai udara, sehingga akhirnya mengganti nama baru.」
Itu adalah kata yang belum pernah Tili lihat——tak diragukan lagi, diciptakan Roland dari kosakata baru.
Dia mencoba membacanya.
“Phoenix……”
「Di tempat kami, phoenix adalah spesies burung suci, selalu terkait dengan api, cocok dengan warna merah. Tentu yang paling penting, legenda mengatakan phoenix takkan mati, setiap 4.600 hari akan membentuk kepompong emas, dan setelah 4.600 hari lagi akan keluar dari kepompong untuk terlahir kembali.」
「Inilah yang ingin kukatakan – bagaimanapun musuh yang dihadapi, kuharap kau bisa pulang dengan selamat.」
「Seperti phoenix.」
「Aku akan membawa abu untukmu, jadi kau juga harus menepati janji.」
「Kita sudah berjanji, bukankah begitu?」
Entah mengapa, Tili tiba-tiba merasa rongga matanya terasa perih.
Dia mengedipkan mata keras-keras, menahan aliran hangat yang mengalir deras, menarik napas dalam-dalam.
“Phoenix yang abadi……” gumamnya dengan suara hanya bisa didengar sendiri, “Nama yang bagus. Hadiah ini kuterima, Kakak.”
“……Yang Mulia?” Penjaga bertanya kebingungan.
“Tidak apa,” Tili mengangkat tangan, “Beritahu petugas darat, suruh mereka memasang Phoenix-hao dengan kecepatan tertinggi. Aku sudah tak sabar untuk uji terbang.”
……
Tiga hari kemudian, pesawat baru yang selesai dirakit keluar dari hanggar, perlahan meluncur ke landasan pacu.
「Oh? Ini pesawat khusus yang kau sebutkan? Kelihatannya memang sangat bagus.」
Dari Segel Pendengaran terdengar suara Petir.
Tili mengangkat kepala——melalui kaca kokpit, dia bisa melihat dengan jelas tim ekspedisi berdua yang berputar-putar di langit. Sebagai penerbangan perdana Kobaran Api Surgawi, dia sengaja memanggil Petir dan Maisie untuk mengantisipasi krisis.
Harus diakui, desain interior pesawat ini jauh lebih mengesankan daripada eksteriornya.
Saat dia berada di dalam kokpit, bahkan muncul ilusi bahwa ini bukan mesin perang murni. Misalnya, kursi yang lebih tebal dan empuk, tidak menyebabkan pinggang pegal dan punggung nyeri meski dikemudikan dalam waktu lama; berbagai tuas dan tombol memiliki feedback operasional, membuatnya lebih mudah digunakan; serta slot khusus yang disiapkan untuk Segel Pendengaran, memungkinkan dialog dengan beberapa pemegang sekaligus bahkan selama pertempuran.
Dibandingkan dengan Unicorn, pesawat ini memang lebih seperti pesawat yang dirancang khusus untuknya.
"Nanti mau adu siapa yang terbang lebih cepat?" tanya Tili sambil tersenyum.
「Lebih baik tidak. Kobaran Api Surgawi sebelumnya bahkan kalah dengan bentuk Burung Laut Maisie, apalagi melawanku,」 nada bicara Petir menyiratkan kepuasan yang tak disamarkan, 「Benar kan?」
「Benar, bahkan aku saja kalah guk!」
"Bagaimana tahu hasilnya tanpa mencoba?" Tili menginjak gas lebih dalam, gemuruh mesin di kedua sisi tiba-tiba mengeras. Dibanding akselerasi lambat Kobaran Api Surgawi, rangka Phoenix ringan bagai tak berbobot, pemandangan sekitar cepat mundur. Dengan sentuhan ringan pada tongkat kemudi, pesawat langsung menengadah dan menderu menembus langit.
