Surat itu benar adanya!
Wakilisi tidak salah——
Dasar lubang dalam itu adalah sumber energi sihir yang selalu mereka cari!
Gelombang emosi yang sangat kompleks membanjiri hati Haikezuode, bahkan membuatnya kebingungan sejenak.
Jika beberapa hal ternyata benar, maka secara alami hal lain menjadi palsu.
Seperti peningkatan level klan.
“……Dalam Kitab Wahyu, sumber energi sihir berada di tempat tinggi, merupakan wilayah kekuasaan para dewa. Dari segala aspek, ini menyiratkan bahwa ia dan bulan merah adalah satu kesatuan. Ras yang belum meraih seluruh warisan sama sekali tidak memenuhi syarat untuk menyentuh wilayah itu. Karenanya, langit memiliki makna sakral bagi kelompok, sehingga kota bergerak yang bisa mengapung disebut sebagai Dewa Ciptaan Dewa.”
“Tapi kini, sumber energi sihir tidak begitu istimewa—ia berada di sebuah pulau dengan kemampuan penyamaran, setara ketinggiannya dengan semua ras, bahkan lebih rendah.”
“Begitu pula, mencapai tempat ini tidak membawa keuntungan tambahan. Haikezuode tidak merasakan energi sihir yang dahsyat, juga tidak menangkap perubahan baru dalam tubuhnya. Jika batu ajaib Mako berwarna-warni disingkirkan, tempat ini hanyalah lubang dalam biasa, jauh dari gambaran 'perkasa' atau 'sakral'.”
“Menyambut peningkatan level kelompok di lubang alami?”
“Sekalipun ini tipuan, setidaknya penyamarannya harus lebih meyakinkan.”
“Jika semua sesuai perkataan Wakilisi, maka upaya ribuan tahun kelompok kita selama ini menjadi lelucon...”
“……Tuan Langit?”
“Suara Penjaga memutus alur pikirannya.”
“Benar, di sini ada monster yang mengaku telah menjaga tempat ini ribuan tahun, dan mampu dengan mudah menyamar sebagai anggota kelompok tingkat tinggi—dari penampilannya, sangat mungkin ia mengetahui sesuatu tentang Perang Makna Ilahi!”
“Mengingat perang memperebutkan warisan adalah siklus tanpa akhir, ia mungkin telah menyaksikan lebih dari satu kelompok yang mendapatkan 'kunci peningkatan level'.”
Atau lebih jauh…… Segala rumor dan wahyu tentang makna ilahi, semuanya berasal dari sini.
Haikezuode tidak berharap orang tersebut akan menjelaskan dengan sepolos dulu.
Ia memutuskan untuk melakukan serangan mendahului.
Dua Pintu Terdistorsi secara berurutan melesat di samping tubuh orang tersebut, memutus kedua telapak tangan Penjaga setinggi bahu, kemudian diikuti langkah kaki!
Yang kedua belum sempat bereaksi, sudah kehilangan keempat anggota tubuhnya. Ekspresi wajahnya membeku dalam keterkejutan dan kebingungan, lalu jatuh tak berdaya ke tanah.
Haikezuode sebelumnya telah diam-diam menggunakan Batu Ajaib Mako berwarna-warni untuk memastikan, di atas kepala Penjaga tidak terdapat pilar cahaya yang jelas, ini berarti kekuatan energi sihirnya tidak menonjol. Asalkan tangan dan kakinya dipotong, ancaman yang bisa dibentuknya akan sangat terbatas.
Meski begitu, Tuan Langit tetap berada di tengah hampa mengobservasi sebentar, memastikan selain bisikan kesakitan, orang tersebut tidak bisa melakukan apa-apa, baru kembali ke tanah, menyambar Penjaga yang tergeletak dalam genangan darah. Saat ini kain putihnya telah ternoda darah segar menjadi biru, tidak lagi selembut dan semelebat sebelumnya.
"Sebaiknya kau jawab pertanyaanku dengan jujur, mungkin saja aku menyelamatkan nyawamu," ancam Haikezuode. "Apa akhir dari peningkatan level ini? Benarkah dewa itu ada? Mengapa mereka memasang tipuan ini? Kesabaranku terbatas, segera beritahu semua yang kau tahu!"
Yang mengejutkan, di wajah Penjaga tidak terlihat rasa takut maupun kebencian. Ia menarik napas kecil pelan, "Mengapa...... kau melakukan ini?"
“Reruntuhan yang terkubur di perut bumi, semuanya adalah peninggalan pesaing Perang Makna Ilahi di masa lalu? Kini klan kita juga akan mengikuti jejak yang sama, menjadi debu yang dihancurkan, kau masih bertanya mengapa? Beradu seperti binatang buas dan mati, apakah dunia ini hanya ada untuk menghibur para dewa?!”
Setelah menggeram rendah, Haikezuode tiba-tiba tertegun.
Sang Penjaga menatapnya, cahaya sedih pilu muncul di matanya.
“Begitu rupanya... Kau bukan penjelajah yang tersesat, tapi datang dengan persiapan matang. Sayangnya dibandingkan lenyap dalam ketidaktahuan, terkadang mengetahui jawaban justru lebih menyakitkan – terutama saat tak bisa mengubah apapun. Dunia ini memang banyak kekurangannya, tapi bagi kalian, inilah buaian terbaik yang tersedia.”
“Bua... ian?” Tuan Langit tak menyangka akan mendengar kata-kata seperti itu dari lawan bicaranya.
Jejak aura Sang Penjaga semakin redup, Ia mengangkat bahu berlumuran darah seolah ingin menyentuh pipi Haikezuode, “Kalian semua adalah anak-anak dewa, mana mungkin Mereka memperlakukan kalian sebagai... alat permainan? Kini... saatnya pergi, pergilah... sebelum mendapatkan kunci, jangan pernah kembali ke pulau ini.”
“Kau belum menjawab pertanyaanku!”
Namun sebelum Haikezuode selesai berbicara, sosok Penjaga tiba-tiba mulai memudar, seolah tak lagi mampu mempertahankan wujudnya. Dalam hitungan napas, ia menghilang tak berbekas. Bersamanya lenyap pula batu-batu prasasti——dengan cepat, sekeliling hanya menyisakan rerumputan hijau yang subur dan lubang raksasa tak bertepi, seolah semua yang terjadi sebelumnya hanyalah halusinasi.
Namun bercak darah yang tersisa di tangan Haikezuode membuktikan bahwa "pemegang promosi tingkat tinggi" berwujud perempuan itu benar-benar pernah ada.
Yang lebih membingungkannya, meski penampilan lawan itu palsu, kepergiannya justru meninggalkan perasaan kehilangan yang tak terduga.
Haikezuode menggelengkan kepala, memendam gejolak pikiran yang bergejolak di dasar hatinya.
Setidaknya satu hal terbukti: Wakilisi masih hidup, dan lebih dekat dengan kebenaran Perang Makna Ilahi dibanding yang lain.
Langkah selanjutnya adalah menemukan saluran stabil untuk berkomunikasi dengan Nightmare.
Terlalu banyak pertanyaan yang harus diajukan pada sosok itu.
Saat Haikezuode berdiri hendak pergi, tiba-tiba terasa tusukan tajam menyengat di dadanya!
Apa... yang sebenarnya terjadi?
Menunduk, ia melihat lubang belah ketupat di baju zirahnya, di mana cakar tulang runcing perlahan menampakkan diri.
Ini adalah "Bilah" dari Tianhaijie.
Gerakan mereka nyaris tak terlihat, dengan kemampuan kamuflase luar biasa. Hanya dengan persepsi energi sihir keberadaan mereka bisa terdeteksi.
Harus mati... Saat dirinya lengah, Tianhaijie ternyata juga berhasil menyelam ke pulau ini?
Haikezuode merasakan kekuatannya terkuras dengan cepat, ceroboh... Ia memusatkan seluruh perhatian pada Sang Penjaga, ditambah jawaban tak terduga dari yang terakhir itu mengalihkan kewaspadaannya, sehingga gagal mendeteksi musuh yang bersembunyi dalam kabut tebal. Tapi yang tak dipahaminya, sebelumnya musuh jenis ini sama sekali tak mungkin menembus tameng kenaikan pangkat tingkat tinggi, apalagi menusuk hingga menembus baju zirah mereka.
「Bilah」hanyalah cakar Mata Sarang untuk berburu-memburu, hampir tak berguna selain kemampuan bersembunyinya. Kapan bisa mengancam Sang Komandan?
Tusukan di luka dengan cepat berubah menjadi rasa panas membakar, jelas selain ketajaman, cakar itu juga dilumuri racun tertentu.
Haikezuode perlahan menoleh ke belakang, melihat monster raksasa berdiri di sana. Selain cakar tulang berbentuk sabit dan kaki tambahan di perut untuk mencengkeram mangsa, sulit dikenali sebagai Bilah dari masa lalu.
Di kejauhan kabut air yang menyebar, banyak sosok bayangan hitam serupa merayap mendekat ke sini.
Rupanya yang dimaksud Sang Penjaga dengan "waktu terbatas" adalah ini...
Pandangan Haikezuode mulai memudar, tepat di sekejap itu, Bilah yang menusuknya membuka mulut raksasa berdarah dan menggigitnya—
Di sisi lain, Bencana Diam tiba-tiba membuka matanya.
