Usai menangani tugas resmi di malam hari, Roland kembali ke kamar tidur dan melihat Anna sedang merapikan pakaian, dengan sebuah koper kulit besar di sampingnya.
"Eh... Apa yang sedang kau lakukan?"
"Bukannya jelas sekali." Ia menepuk-nepuk pakaian yang telah dilipat rapi di dalam lemari, "Mempersiapkan perjalanan jauh."
"Kalau begitu Kota Tanpa Musim Dingin akan lumpuh," canda Roland, "Apa pantas seorang Menteri Industri pergi diam-diam seperti ini?"
"Tenang saja, selain beberapa hasil karya seperti turbin uap dan mesin piston penguat, pabrik sekarang pada dasarnya sudah bisa memproduksi, meski tingkat kelayakannya agak rendah. Selain itu, anggota Perkumpulan Barang Ajaib yang kamu bawa kembali itu bakatnya cukup bagus, menyerahkan departemen kepada mereka untuk sementara juga tidak akan menimbulkan masalah besar."
"Tunggu..." Roland tiba-tiba menyadari sesuatu yang aneh. Pakaian yang dipilih Anna semuanya bergaya sederhana dan tahan lama, sementara gaun sutra atau rok untuk pesta maupun acara resmi sama sekali tidak ada. Ekspresinya terlihat serius, "Kamu mau ke mana?"
"Pulau Terapung, bersamamu." Ia menunjukkan ekspresi 'masih perlu ditanya?'. "Kamu kan tidak berencana menunggu hasil dari garis depan di Kota Tanpa Musim Dingin? Setelah berbicara dengan Tiga Kursi Takira, aku bisa melihat kamu sudah membuat keputusan. Lagipula pergi ke jurang tak berdasar melalui udara jauh lebih praktis daripada lewat tulang belakang benua. Bahkan jika kamu tidak kembali, alasannya cukup masuk akal."
"Ini tidak boleh—" Roland secara refleks menolak, "Belum lagi soal pertempuran penentu melawan pasukan utama iblis, isi jurang tak berdasar sama sekali tidak diketahui. Menurut Haikezuode, tempat itu sudah dikuasai Tianhaijie. Kamu sendiri tahu betapa besar risikonya—"
"Dak."
Anna mengulurkan telapak tangan, menampar lembut di pipinya untuk menghentikan gelengan kepala itu, lalu menggosok kedua pipinya, "Aku memang tahu. Justru karena tahu, harus begini."
Suaranya tidak keras, bahkan terdengar lembut. Tapi dari matanya yang berkilat, jelas ini adalah keputusan yang tidak bisa ditolak.
Ada seketika ketika penampilan orang tersebut berhimpitan dengan sosoknya di masa lalu saat pertama kali bertemu.
Saat itu Anna masih terlihat kekanak-kanakan, selain kemampuannya sama sekali tak memiliki apa-apa. Namun meski begitu, hal yang telah dia tekadkan tetap sulit diubah.
Roland terpaksa melakukan upaya terakhir, "Sekarang kau sudah berbeda dari masa lalu. Sebagai permaisuri, meninggalkan segalanya di Kota Tanpa Musim Dingin untuk petualangan tak perlu ini bukanlah tindakan matang—"
"Jika benar-benar matang, dari awal tak akan mengizinkanmu pergi ke jurang tak berdasar dalam keadaan buta." Anna menekan kedua telapak tangan memotongnya, "Akhirmu bisa jadi gagal atau lenyap, semua itu mungkin terjadi. Dengan kata lain, serangan ini mungkin jadi pertemuan terakhir kita. Menurutmu aku akan tinggal diam di kota? Jika ini sama-sama sembarangan, menambahkan saya pun tidak masalah."
"……" Roland tahu upaya terakhirnya telah hancur. Bagaimanapun, jika posisinya terbalik, dia pun takkan rela menunggu sendirian di saat seperti ini. "Jika kita berdua tak bisa kembali..."
"Berarti situasinya sudah buruk tak terkirakan?" Anna melepaskan pegangan sambil tersenyum, "Tapi meski begitu, aku takkan menyesal."
……
Melewati garis-garis terdistorsi hitam-putih, Nightingale memasuki kantor yang sepi.
Malam telah larut, kebanyakan orang terlelap. Hanya di halaman masih terlihat titik-titik api berkedip.
Setelah menutup tirai, dia membuka laci dan meletakkan Batu Ajaib Mako bercahaya di dasar lampu.
Segera kamar pun tersinari cahaya lembut.
Pecahan tekodibersihkan oleh pelayan, karpet juga diganti secara kesatuan, insiden sebelumnya tidak meninggalkan jejak apa pun, seolah tidak pernah terjadi.
Nightingale melewati meja telepon, dengan cepat menemukan tujuannya——sebuah kotak kayu yang ditempatkan di ujung meja, tertutupi dokumen berantakan.
Di dalam kabut, dia tidak membutuhkan cahaya untuk melihat. Wilayah kekuasaan yang berubah-ubah itu bagaikan dunia lain, selalu bertahan dalam tiga warna. Siluet yang dibangun dari hitam-putih-abu tetap terlihat jelas meski tanpa sumber cahaya.
Hanya satu situasi yang menjadi pengecualian.
Dia membuka kotak, di dalamnya terdapat setumpuk kertas yang dipenuhi tulisan, serta beberapa butir batu kecil yang jernih menembus.
Nightingale mengambil satu butir dan menggenggamnya di telapak tangan, lalu mencoba menghilang ke dalam kabut——energi sihir yang bergejolak tiba-tiba sirna sebelum terbentuk, seolah dihalangi oleh sesuatu.
"Benar…" Dia menghela napas, dengan kesal melemparkan batu itu kembali ke kotak kayu.
Ini adalah laporan dari 「Menara Sihir」, bukan ditulis oleh Agatha atau Selene, melainkan Isabella—krisis Dewa Ciptaan Dewa baru saja teratasi. Saat ini kabut merah di Dataran Tinggi Hermes masih belum sepenuhnya menghilang. Penyihir Takira juga perlu mencerna temuan dan uji coba Penyuci. Oleh karena itu, Isabella memutuskan untuk tinggal sementara di Tanpa Musim Dingin. Ditambah teknologi yang diperoleh dari Iblis, mereka sepertinya menghasilkan banyak hasil akhir-akhir ini. Setiap beberapa hari selalu ada laporan yang dikirim ke kantor.
Biasanya Roland akan memeriksa laporan pada hari yang sama, tapi hari ini pengecualian. Pemisahan Gunung Beipo dan uji coba pelayaran pesawat besar dijadwalkan pada hari yang sama, membuatnya belum sempat membuka kotak tersebut.
Nightingale sudah menyadari keberadaan "sesuatu" ini sejak awal—di dunia kabut, hanya dua hal yang tidak terpengaruh: energi sihir warna-warni dan lubang hitam murni buatan batu suci. Menurut penelitian Isabella dan kawan-kawan, kedua hal ini mungkin bisa dikategorikan sebagai satu jenis fenomena.
Oleh karena itu, dia sudah mendeteksi cahaya hitam ini saat Roland bertemu Barry Loxa. Hanya saja dibandingkan batu suci biasa, radius pengaruhnya jauh lebih kecil, jelas telah dimodulasi oleh Isabella. Karena ini adalah sampel terkait laporan, dia tidak terlalu mempedulikannya.
“Inilah alasan mengapa saat teko jatuh, alasannya tidak menggunakan Shunpo - cahaya hitam menutupi teko yang sedang terjatuh bebas. Begitu masuk ke kabut, tubuhnya langsung membuat penilaian 'tak bisa dipulihkan'.”
“Andai hanya ini yang terjadi, itu hanyalah krisis kecil. Tapi Nightingale melihat garis meja terpental ke depan saat disentuhnya, menembus cahaya hitam itu, lalu menubruk teko dan mengubah pola jatuhnya.”
“Distorsi apapun dalam kabut tak bisa dikendali. Bahkan dia harus tetap waspada pada garis siluet yang tak stabil, atau tubuhnya sendiri yang akan terpotong.”
“Ini pertama kalinya dia mengalami hal seperti ini.”
“Hanya saja Nightingale tidak yakin, apakah itu kebetulan semata, atau ada perubahan yang terjadi padanya.”
“Dia mengulangi kemampuannya, meraba sudut meja dalam kabut, mencoba beberapa kali mensimulasikan situasi saat itu. Hasilnya, tidak ada krisis yang muncul.”
“Tampaknya kekhawatirannya berlebihan. Nightingale canggung menarik tangannya. Benar kata Agatha, jangan karena banyak penyihir di Aliansi yang berhasil, lantas menganggap evolusi bisa dicapai dengan mudah. Untung tidak sempat diucapkan, pasti Roland akan mengolok-oloknya.”
“Dia menyimpan kembali Batu Ajaib Mako bercahaya ke laci, lalu meninggalkan kantor melalui jalan yang sama.”
“Kreek...”
“Dalam keheningan kamar yang sudah sunyi, tiba-tiba terdengar dentingan halus.”
Di tempat yang tak terlihat oleh siapa pun di meja, sebuah retakan mekar mengikuti serat kayu.
