Seiring semakin dekatnya jarak dengan Ibu Kota Iblis, serangan terhadap pulau mengambang kian gencar.
Dari awalnya sekali sehari, kini menjadi setiap beberapa jam. Seringkali gelombang serangan pertama belum usai, gelombang kedua sudah muncul di cakrawala.
Hanya setelah malam tiba, pulau mengambang baru mendapat ketenangan sesaat.
Semua proyek yang belum selesai dan fasilitas darat praktis terhenti. Tim konstruksi telah memusatkan seluruh tenaga manusia dan energi pada perbaikan landasan. Namun menghadapi serangan musuh yang mengalir deras, Roland pun tak berani memerintahkan ksatria udara untuk melakukan pengejaran lebih jauh, hal ini membuat seluruh tekanan jatuh pada Eleanor.
Sedangkan perubahan lainnya adalah peningkatan jumlah iblis tingkat tinggi yang pesat. Di antara mereka ada yang unggul dalam kekuatan fisik, ada pula yang memiliki kemampuan aneh dan tak terduga. Kerugian mulai muncul di menara mesin senapan nirawak, semakin memperbesar tekanan pertahanan.
Pada sore hari kedua, musuh pertama kali memasuki bagian dalam pulau terapung——Beberapa iblis tingkat tinggi menggunakan pisau sihir untuk membuka gerbang segel, kemudian Eleanor segera mengaktifkan alarm invasi. Penyihir Hukuman Dewa yang dilengkapi persenjataan lengkap membentuk garis pertahanan kedua. Pertempuran kacau terjadi di lorong sempit, mirip dengan medan perang yang telah dipersiapkan Persatuan ratusan tahun lalu, hanya posisi kedua belah pihak yang kini bertukar tempat sepenuhnya.
Dalam konsep Akalis, Penyihir Hukuman Dewa adalah ujung tombak yang menusuk jantung basis pertahanan iblis, kunci untuk menghancurkan obelisk dan induknya. Hanya dengan menghancurkan seperti ranting kering terhadap musuh yang menghalangi, manusia memiliki harapan untuk menang. Namun di pulau terapung ini, giliran iblis yang menjadi penyerang, sementara Penyihir Hukuman Dewa hanya perlu menghalangi langkah maju mereka.
Namun standar kemampuan mereka tidak berkurang karenanya——Dalam arti tertentu, Penyihir Hukuman Dewa memang dirancang khusus sebagai musuh alami bagi iblis tingkat tinggi. Iblis yang kemampuannya disegel sulit mendapatkan keuntungan melawan sekelompok penyihir kuno yang mirip Orang Luar Biasa dan kebal terhadap rasa sakit, apalagi mereka masih memegang senjata api.
Meskipun jumlahnya berada dalam posisi inferior absolut, mereka tetap berhasil menghalangi musuh di luar area inti.
Di saat yang sama, jejak pasukan iblis mulai muncul di permukaan tanah, sebagian besar berupa Kai berbentuk laba-laba. Awalnya hanya beberapa yang terserak, kini telah berkumpul membentuk "genangan hitam" dalam kelompok-kelompok kecil.
“Persis seperti semut yang menunggu mayat.” Agatha memandang pemandangan di bawah pulau terapung sambil bergumam, “Jika kita jatuh, mereka pasti akan serempak menindih dan merobek semua orang menjadi pecahan.”
“Lebih banyak iblis masih dalam perjalanan, tampaknya musuh ingin mengepung kita.” Ekspresi Filipina juga sangat serius, “Dulu Persatuan ingin menghancurkan iblis sepenuhnya dengan pasukan luar biasa, sekarang melihat kembali ide itu terasa sangat naif.”
“Hmm, bahkan tanpa topeng dan pasukan simbiosisnya, jumlah ini tetap terlalu besar untuk ditelan Persatuan...” Penyihir Es menutup matanya, “Kita terlalu meremehkan Perang Makna Ilahi.”
“Tapi setidaknya kalian menyimpan harapan.” Roland menghibur sambil menepuk bahunya. Apapun akhir Kerajaan Penyihir Perempuan, setelah manusia mengalami dua kekalahan telak, mereka masih mempertahankan benih-benih perlawanan daripada menyerah total, ini saja sudah sangat luar biasa.
“Yang Mulia Kaisar!” Saat itu Feline datang membawa intelijen terbaru, “Rute kota terapung iblis berubah arah, sepertinya mengarah ke sisi kita!”
“Siapa yang melapor?”
“Putri Petir dari Ekspedisi. Dia juga menyebutkan bahwa musuh memperluas radius patroli Fearful Beast, dia dan Maisie sudah tidak bisa terus memata-matai di sekitar. Terakhir dia menyebutkan, di bawah ibu kota ada reaksi magis yang sangat mengejutkan mengalir keluar, bahkan dirinya yang tidak ahli merasakan energi sihir pun menangkap kesan aura panas itu.”
Roland tak bisa menahan diri untuk bertatapan dengan Agatha.
"Kurasa apa itu?"
"Aku tidak tahu..." Yang kedua menggelengkan kepala, "Tapi mengingat energi sihir telah terkonsentrasi sampai sejauh ini, pasti bukan sesuatu yang sederhana."
"Sama dengan yang kupikirkan." Roland setuju.
Sungguh mengejutkan, bukan?
Simbiosis, evolusi tingkat tinggi yang diproduksi massal, Dewa Ciptaan Dewa... Sungguh tak ada habisnya inovasi baru yang dilahirkan iblis selama 100 tahun ini. Meski di awal Perang Makna Ilahi mereka masih menggunakan tombak tulang biasa, kini telah beralih ke versi modifikasi yang bisa meledak - walau tak setiap Iblis liar memilikinya. Meski bukan bubuk mesiu manusia, pastilah terinspirasi darinya.
Dulu orang sering bilang perang adalah katalis terbaik peradaban. Tampaknya ada logika di baliknya. Roland menatap langit kekuningan di atas proyeksi, Dewa... Inikah pemandangan yang kau harapkan?
Tak diragukan lagi, jika terus maju menghadapi serangan, mereka tak punya peluang menang. Pulau mengambang ini layaknya perahu yang berlayar melawan arus, sementara aliran air hitam pekat itu adalah ribuan iblis. Jika jumlah musuh bertambah beberapa kali lipat, pasti akan ada banyak korban jiwa di dalam pulau.
Ditambah energi sihir perkasa yang muncul dari ibu kota iblis dan tindakan mendekati secara inisiatif, seharusnya mereka masih menyimpan lebih dari satu kartu as untuk Pertempuran Penentu.
Tapi... Sejak awal dia tak pernah berniat berhadap-hadapan dengan orang tersebut saling membunuh.
Posisi pulau mengambang di peta masih sedikit kurang dari ujung benang merah yang ditandai, tetapi jika Iblis bersedia mempersingkat jarak ini secara proaktif, dia juga bisa menghemat tenaga.
"Beritahu semua orang untuk berkumpul di ruang rapat." Roland memberi perintah kepada Feline, "Sudah waktunya."
Semua orang di pos komando menghentikan pekerjaan mereka dan memandang ke arah ini serentak.
Ruangan itu tiba-tiba menjadi sunyi senyap.
"Segera, Yang Mulia Kaisar." Ksatria itu menegakkan dadanya dan memberikan hormat.
……
Beberapa menit kemudian, para petinggi gereja telah berkumpul di bagian tengah lantai paling atas jembatan kapal.
Matahari senja perlahan jatuh ke Bumi, cakrawala memancarkan warna merah darah, sementara mayat-mayat Iblis yang berserakan di landasan pacu menambahkan nuansa membunuh yang serius pada cahaya senja ini.
"Malam ini, musuh akan memasuki radius serangan akhir kita."
Roland menatap satu per satu peserta rapat yang duduk mengelilingi meja panjang dalam dua barisan - di satu sisi para penyihir perempuan: Anna, Wendy, Agatha, Filipina... di sisi lain komando militer: Kapak Besi, Edith, Brian, Feline... Setiap pasang mata memancarkan kepercayaan diam-diam. Meskipun musuh datang bagaikan awan hitam pekat yang menyelimuti langit, tak satu pun menunjukkan tanda pengunduran diri atau kecemasan.
"Rencana ini tampaknya tak perlu diulang lagi. Sejak momen kelahirannya, kalian semua telah terlibat dan menyaksikan proses pembentukannya dari ketiadaan mutlak." Roland berbicara perlahan, "Meski penggagasnya adalah saya, tanpa usaha bersama semua orang, ini tidak akan menjadi realitas."
Uji coba amunisi, penghitungan parameter, pemilihan desain, uji coba serangan udara——Bahkan dengan bantuan Biro Desain Greycastle, dia menyelesaikan seluruh rangkaian pengujian dari prototipe hingga senjata operasional selangkah demi selangkah sesuai prosedur, demi menghindari segala krisis dalam pertarungan nyata.
"Untuk meminimalisir kemungkinan terdeteksi dan menghindari keausan yang tidak perlu dalam perjalanan, armada udara akan berangkat sekitar pukul lima subuh. Penerbangan malam penuh risiko, tapi aku yakin Tili bisa memimpin ksatria udara mewujudkannya. Jika semua berjalan lancar, saat fajar menyingsing besok, akan muncul 'Sinar Matahari' baru di ufuk."
Melihat tidak ada keberatan di ruang rapat, Roland bangkit berdiri dan berkata, "Kalau begitu, kumumukan Proyek「Sinar Matahari」resmi diaktifkan!" Dia berhenti sejenak, "——Ingat, saat tergelap justru sebelum fajar tiba."
