Di atas Bahtera Perdamaian, Wajah Elang yang sudah memegang erat tuas gerbang dan bersiap menariknya ke atas justru menarik kembali tangannya.
"Arahnya?"
"9 derajat ke timur, mereka sedang bergerak maju menuju pilar asap!"
"Pelatih, apa yang harus kita lakukan sekarang?" pilot utama menoleh bertanya.
Dengan volume Dewa Ciptaan Dewa yang besar, bahkan saat bergerak pun tak bisa menghindari serangan udara dari langit. Apalagi tameng energi sihir sudah lumpuh, Sinar Matahari kedua selama jatuh di sekitar piramida batu hitam memiliki kemungkinan besar untuk menghancurkan obelisk. Bagi kru pesawat, ini juga cara paling aman.
Tapi bukan untuk keamananlah dia naik ke pesawat ini.
"Dua pilot pesawat pengebom dipilih dari siswa-siswa terbaik, sementara kapten pesawat dijabat oleh pelatih. Tujuannya jelas-jelas terlihat. Yang pertama adalah kunci untuk menerbangkan pesawat dengan baik, sedangkan mereka adalah jaminan penyelesaian strategi tempur."
"Tingkat keberhasilan yang tidak kecil berarti juga ada kemungkinan kegagalan."
"Yang dia inginkan adalah mengalihkan bagian yang menunggu takdir, dan memaksimalkan bagian yang bisa dikendalikannya hingga tingkat ekstrem."
"Mengenai kemungkinan perpindahan Dewa Ciptaan Dewa di antara dua serangan artileri, bahkan situasi pergerakan sejak awal, staf telah membahasnya berkali-kali. Metode penyelesaian hanya satu: menukar ketinggian dengan tingkat akurasi sampai musuh mustahil dihindari."
"Turunkan ketinggian dua ribu, hitung ulang rute penjatuhan bom!" perintah Wajah Elang tanpa ragu-ragu, "Ke mana pun mereka lari, kita akan mengikutinya!"
……
Saat ini, Fearful Beast telah "menubruk" armada udara yang sedang menukik.
Goode merasakan langit menjadi lebih gelap, seolah fajar yang baru muncul kembali diserap oleh kelam malam. Di atas, bawah, kiri, kanan - semuanya penuh siluet musuh.
Laras meriam Angkatan Udara Pertama menyemburkan aliran cahaya menyilaukan, satu-satunya hal yang membuatnya tenang. Membidik - atau sedikit meluruskan, lalu menembak. Fearful Beast apa pun yang menghalangi jalur akan dirobek menjadi pecahan. Teknik individu telah kehilangan arti di hadapan pertempuran berskala sebesar ini. Sekalipun mata bisa melihat delapan penjuru, tetap mustahil mendeteksi setiap musuh yang mengincarnya.
Jika bukan karena perlindungan terus-menerus dari satu tim di sampingnya, dia memperkirakan dirinya pasti sudah terkena tombak tulang yang beterbangan.
Setelah tiga penyapuan panjang, Goode tiba-tiba merasakan pandangannya terang-benderang, baru menyadari dirinya telah menembus kawanan Fearful Beast——menoleh ke belakang, ternyata tak ada satu pun musuh yang menggigit di ekor pesawatnya.
"Apa yang dilakukan para Iblis? Perhatian mereka sepertinya tidak tertuju pada kita." Fenjin yang selalu berada di sayapnya juga menangkap kesan ini.
Goode menjauhkan pesawat sambil merasakan kegelisahan, dari perspektif keseluruhan, di langit yang dipenuhi Fearful Beast hanya sebagian kecil yang bertarung dengan ksatria udara, sisanya berusaha keras menanjak ke ketinggian lebih tinggi.
Secara logika, seharusnya para Iblis sama sekali tidak bisa mendeteksi pesawat pengebom yang melintas di atas awan.
Fakta juga membuktikan, mereka memang belum menemukan target.
Meski sedang menanjak, rute yang diambil mereka berantakan, seperti menubruk tanpa arah dalam kegelapan.
"Bangsat, para Iblis sedang mencari Bahtera No.1!" teriak Goode ke radio.
"Bukannya ini bagus?" Fenjin bersiul, "Dengan kecepatan terbang mereka, butuh usaha besar untuk menangkap pesawat pengebom. Kita bisa sekalian menghabisi beberapa, membantu Yang Mulia mengurangi tekanan."
Meski begitu, Goode tetap merasa ada kecemasan mengganjal di hatinya.
"Ada sekelompok musuh lagi mendekat!" peringatan rekan satu tim, "Ayo ke awan, area itu lebih cocok untuk perang konsumsi. Naikkan ketinggian di atas empat ribu meter, Fearful Beast bahkan kesulitan mengepak sayap. Kita bisa menguliti mereka lapis demi lapis seperti mencukur rambut."
"Cara ini terdengar bagus!"
"Aku akan memanjat duluan!"
Lebih dari sepuluh pesawat bersayap ganda melakukan pull-up secara berurutan, terbang menuju ketinggian langit.
Namun Goode tidak mengikuti.
Ia menyetel stasiun radio ke frekuensi tim, berbicara secara khusus kepada Fenjin, "Kita tetap di lapisan udara ini."
"Apa? Tinggal di sini? Jika musuh tiba-tiba berhenti menggeledah, kitalah yang pertama kena serangan!" protes rekan lamanya seketika, "Lagipula, kalau tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk memperluas hasil pertempuran, bukankah prestasi akan direbut orang lain?"
"Semua itu bukan poin utamanya. Yang penting adalah tindakan Iblis!" Goode menjelaskan sambil menatap tajam medan perang, "Coba pikirkan, jika mereka bisa menebak keberadaan pesawat pengebom, mungkinkah mereka menyadari bahwa serangan tadi sebenarnya berasal dari bom yang tidak mencolok?"
"Tidak mungkin... Iblis sama sekali tidak tahu keberadaan rencana 'Sinar Matahari', juga tidak mendeteksi serangan kita sebelumnya. Dari menjatuhkan bom hingga meledak hanya butuh beberapa menit, bagaimana mungkin mereka bisa mengerti sedetail ini?"
"Aku tidak yakin, tapi merasa pergerakan Kota Terapung menuju pilar asap mungkin bukan kebetulan," gumam Goode. Menurut pemikiran kebanyakan orang, itu adalah awan debu hasil ledakan yang harus dihindari, bukan malah didekati. Jika Iblis melakukannya dengan sengaja, maka waktu sejak bom dijatuhkan hingga meledak adalah kesempatan terakhir bagi mereka untuk melakukan balas serangan.
“Baiklah,” setelah diam sejenak, Fenjin menjawab dengan pasrah, “Kalau kau sudah berkata begitu, aku akan percaya sekali ini. Tapi jika jasa perangku berkurang karenanya, kau harus memberiku kompensasi yang pantas.”
“Minuman Kekacauan selama sebulan bagaimana?”
“Tak perlu, cukup perkenalkan adikmu padaku.”
“Dak.” Suara komunikasi terputus terdengar dari headphone.
Fenjin tersenyum, lalu berbalik menuju Goode sambil terbang.
……
Bangsat, para birokrat ini—sungguh sulit diatasi!
Wu menggerakkan Batu Ajaib Mako terbang dengan kikuk, menghindari berkas-berkas peluru yang ditembakkan ke arahnya. Menurut topeng itu, terkena benda kecil ini efeknya sama seperti pukulan palu frontal, tameng energi sihir pun tak bisa bertahan lama. Mengingat Bencana Diam pernah dipanen oleh senjata api manusia, tentu saja Wu tak berniat mengalaminya sendiri.
Sebenarnya dengan kemampuannya, mengganggu persepsi manusia biasa semudah membalik telapak tangan. Meskipun lawan mengenakan Batu Hukuman Dewa, ia tetap bisa mempengaruhi mereka sampai batas tertentu. Tapi yang mengincarnya justru seorang penyihir perempuan.
Yang lebih menyiksa Wu, penyihir itu sepertinya sama sekali tak berniat menggunakan sihir untuk menentukan keputusan. Dia mengemudikan burung besi merah darah yang hampir tak pernah mendekat dalam radius 900 kaki. Meski taktiknya tembak-lari, gerakan lawan sangat lincah dan akurasinya bagus, membuat Wu terjebak dalam situasi pasif: tak bisa mengejar maupun melepaskan diri.
Pemilik sihir yang tidak mengandalkan kekuatan magisnya sendiri, malah bergantung pada bantuan eksternal untuk bertarung, ini dianggapnya sebagai aib yang memalukan!
Dan rupanya orang-orang seperti ini tidak hanya satu.
Misalnya, peluru batu suci yang sesekali ditembakkan dari awan, jelas juga merupakan karya penyihir perempuan - jika bukan karena peningkatan kemampuannya yang membuatnya sangat peka terhadap permusuhan, pasti sudah menjadi korban serangan mendadak musuh.
Awalnya berniat mengejar manusia, alih-alih malah jadi mangsa yang tak henti-hentinya dikejar, terjebak dalam dilema maju-mundur, Wu Wang belum pernah merasakan kemarahan sebesar ini. Intinya, hanya Haikezuode yang dijuluki "Tuan Langit" lah yang bisa bergerak lincah di udara seperti di tanah. Meski memiliki segudang kemampuan, sekarang ia hanya bisa mengandalkan Batu Ajaib Mako terbang untuk menghindar ke kiri-kanan, semua ini kesalahan Nasuopeile. Jika pasukan kuda terbang Borgir langsung bertempur frontal dengan musuh, mana mungkin ia bisa diburu seenaknya oleh burung besi merah ini?
Katanya ada pasukan inti serangan yang bersembunyi di ketinggian, seolah-olah dia sendiri yang melihatnya.
Wu Wang melesat menghindari sapuan tembakan lagi dari penyihir perempuan itu, menatap penuh amarah ke atas kepalanya, lalu tertegun.
Seekor burung besi raksasa berwarna gelap gulita meluncur keluar dari pilar asap, tubuhnya lebih besar daripada kuda terbang Borgir terbesar, empat sistem penggerak tergantung di bawah sepasang sayapnya, membuat burung besi bersayap ganda lainnya tampak tak berarti!
Tak diragukan lagi, inilah "fenomena abnormal" yang dimaksud si topeng -
Ternyata ucapannya benar.
「Pasukan bersayap lainnya juga menyadari hal ini, mereka segera mengejar target baru sesuai instruksi sebelumnya. Meski manusia berusaha menghalangi, di hadapan perbedaan mutlak dalam jumlah, upaya penghalang hanya mengulur waktu. Menjatuhkan burung besi raksasa ini hanyalah soal waktu.」
「Baiklah, aku akui kau benar.」Wu Wang berkomunikasi via jimat,「Pasukanku telah menemukan pasukan inti serangan yang kau sebutkan. Percayalah, ini akan segera terselesaikan.」
Namun suara Jiamian terdengar sama sekali tidak tenang,「Seperti apa bentuknya? Cepat katakan!」
Wu Wang mengerutkan kening, namun tetap blak-blakan,「Terlihat seperti burung besi buatan manusia yang lebih besar.」
「Bagian bawah perutnya? Apakah ada sesuatu yang tergantung?」
Saat itu penyihir perempuan kembali menyerang.
Benar-benar tak ada habisnya! Setelah menghancurkan yang besar, segera akan tiba giliran kalian! Wu Wang nyaris menghindar, baru sempat mengamati dengan saksama——
「Tidak ada apa-apa di bawahnya. Sebenarnya apa yang ingin kau katakan?」
「Tidak ada sama sekali?」Jiamian langka mengulangi perkataan.
「Benar,」Wu Wang kesal,「Selain lubang besar, aku tidak melihat apapun.」
